Bab 3 : Salah Paham

436 23 0
                                    

Sudah hampir dua hari, Kirana belum melanjutkan misinya karena Rayhan yang masih sering memantau kelas.

Kelas Kirana dipinta untuk membuat suatu penelitian beserta makalah, setiap orang diberi tema yang berbeda-beda.

Mereka dipinta untuk meminjam atau melihat makalah tahun kemarin, dari setiap kelas, Rayhan, peraih nilai terbaik. Tentunya sebagai referensi.

Entah kebetulan atau bukan, ia memiliki judul penelitian yang sama dengan Kirana.
Gadis itu terpaksa harus menemui laki-laki itu, demi nilainya dan demi masuk perguruan tinggi impiannya.

Ia berjalan melangkah ke arah kelas Rayhan dengan Vinka yang masih dibelakang bersama Rio. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang laki-laki menawarkan rokok kepada Rayhan.

"Woyy, Han. Rokok?" Ucap laki-laki itu menawari Rayhan. Rayhan menggeleng. "Ayo dong kalo lo laki, coba." Rayhan menepis tangan laki-laki itu dan laki-laki itu pergi meninggalkannya.

Kirana sontak kaget, sepertinya ia salah paham dengannya waktu itu. *Mungkin waktu itu temannya menitip rokok dan ia pergi ke wc sebentar.* Pikir Kirana dengan perasaan menyesal.

Ia melihat Rayhan yang berdiri di balkon, yang sedang memperhatikan serangga berjalan mendekatinya. Jika kita biasanya pasti akan menepuk atau menindasnya, Rayhan malah tersenyum kemudian menyentuhnya.

Perasaan bersalah Kirana semakin menjadi, ia percaya bahwa Rayhan sebenarnya anak baik-baik.

"Kak." Panggil Kirana yang sekarang sudah berdiri disampingnya. Rayhan menoleh dengan malas. "Gue minta maaf ya, kalo selama ini banyak salah. Gue udah nuduh kakak yang nggak-nggak."

Laki-laki itu menyengir tapi Kirana tak menghiraukannya. Ia memang salah, wajar jika Rayhan tak menyukainya.

"Dimaafin gak nih, Kak?" Tanya Kirana memastikan, Rayhan hanya mengangkat alisnya sebelah. "Dih, ngomong kali, Kak. Saya mah mana paham kode."

Rayhan tersenyum, "Tergantung nanti."

"Dihh, yaudah deh." Ucap Kirana, "Kak, gue boleh minta bantuan?" Rayhan mengangkat alisnya sebelah. "Bantuin buat makalah kayak tugas Kakak tahun kemarin boleh?"

Oh, ini maksudnya. Batin Rayhan.

Melihat raut wajah Rayhan, Kirana berpikir bahwa ia salah paham dengannya. "Ehh, yang minta maaf tadi, gue serius kok, Kak. Bukan karena ini, sumpah deh." Kirana mengacungkan dua jarinya.

"Kalo lo gue bantuin, lo mau kasih gue apa?" Tanya Rayhan.

Kirana berdecak, "Dihh, zaman sekarang harus ada sogok menyogok dulu ya?" Rayhan mengedikkan bahunya. "Yaudah, gue bakal bantuin Kakak deh selama tiga hari plus gue gak bakalan nuduh Kakak sembarangan lagi. Janji?"

"Yakin? Tiga hari lo harus nurutin gue?" Tanya Rayhan untuk memastikan.

"Eh, bukan jadi babu ya? Cuma bantuin titik, kek kerjaan Kakak tiap pulang sekolah gitu." Ucap Kirana menekankan sekali lagi agar Rayhan tidak salah paham, Ogah kali ah gue harus jadi babu dia kek di film-film. Batin Kirana.

"Yaudah, oke." Balas Rayhan. "Kapan?"

"Balik sekolah deh, Kak atau kalau Kakak punya jam kosong boleh, kok." Ucap Kirana bersemangat.

"Terserah." Jawab Rayhan dengan nada cuek.

Sepulang sekolah, Kirana menunggu di depan kelas Rayhan. Ia tahu betul, tipe orang seperti Rayhan tidak akan mungkin keluar kelas lebih dahulu.

Dikelas Rayhan masih terdapat sekitar tiga orang lagi. Tentunya, Kirana ingin menghindari gosip.

Rayhan melangkah keluar kelas, ia disambut Kirana dengan senyuman. Rayhan memutar matanya, enggan sekali rasanya berhubungan dengan gadis itu.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now