Part 52

46 3 0
                                    

Setelah sekian lama akhirnya Kirana kembali menginjakkan kaki di rumah ini. Entah sudah setahun atau bahkan dua tahun yang lalu ia berada di sini hanya untuk menanyakan kabar seseorang yang tak ingin diketahui kabarnya. Ia sebenarnya tak yakin dengan tujuannya berkunjung, tetapi mendengar cerita Sehan membuatnya tidak enak hati pada dua orang wanita yang telah baik padanya. Kirana selalu diajarkan untuk mengasihi dan membalas kebaikan orang lain. Jadi, dia akan bertemu dan melepas rindu berharap jika seseorang yang membuatnya resah beberapa hari terakhir tak berada di sana.

Sebelumnya Kirana telah menghubungi Sehan bahwa ia akan berkunjung dan gadis itu mengatakan bahwa ia akan pulang selepas mata kuliahnya berakhir. Itu merupakan kesempatan untuknya mengorek informasi atas kecurigaannya selama ini.

"Gusti.. Ya Allah, Kirana!" Pekik seorang wanita yang sangat dikenali Kirana.

"Bi Diah.." Gadis itu balas menyapa.

Diah membuka pagar dan langsung memeluk Kirana erat. "Bibi kangen. Kamu udah lama gak main ke sini." Ia menepuk punggung gadis itu gemas.

"Maaf, Bi."

"Bibi ngerti. Jangan terlalu dipikirin yang lalu. Sekarang, kita masuk." Ajaknya seraya menggiring gadis itu masuk ke dalam rumah. "Mama nya Rayhan juga kangen sama kamu."

"Ran juga kangen, apalagi sama masakan Bibi."

"Pas banget Bibi baru dari pasar. Nanti Bibi masakin yang banyak buat kamu."

Kirana tertawa. Betapa ia merindukan segalanya yang berhubungan dengan rumah ini.

"Fia! Fia!" Diah berteriak.

"Gak usah teriak, Bi. Gak apa-apa. Nanti Tante keluar sendiri juga."

"Bisa marah nanti dia kalau gadisnya datang gak dikasih tahu." Ujar wanita itu bercanda.

Lagi, Diah berteriak memanggil Nyonya rumah yang sudah seperti adiknya itu. Ia baru berhenti saat mendengar suara pintu terbuka.

"Apa, Mbak?" Tanya seorang wanita lain yang baru keluar dari salah satu kamar.

"Lihat siapa yang datang." Diah memegangi kedua bahu Kirana.

"Kirana?!" Pekik Sefia, Ibu Rayhan.

"Hai, Tante!" Sapa Kirana.

Sefia melangkah cepat dan menepuk sekali lengan gadis di hadapannya sebelum memeluknya erat. "Kenapa gak pernah main sih, Ran?" Tanyanya.

"Maaf, Tante. Ran sibuk kuliah."

Sefia tersenyum menyadari bahwa gadis itu berbohong. Dia jelas belum melupakan apa yang terjadi hampir tiga tahun yang lalu.

"Kamu udah ketemu Rayhan?" Tanya Sefia sembari menuntun Kirana menuju sofa yang ada di ruang keluarga.

"Udah."

"Sering ketemu?"

"Lumayanlah, Tan. Kenapa?"

Sefia menggeleng. "Tante cuma khawatir." Lirihnya, "dia gak bersikap kasar kan sama kamu?"

Kirana meraih tangan wanita di depannya. "Kak Rayhan udah jauh lebih baik. Ran tahu kalau dia udah berusaha keras untuk berubah. Maka dari itu, Tante, Bi Diah," Ia menatap Diah yang duduk di sofa di seberangnya, "gak perlu khawatir. Cukup bimbing dia jadi lebih baik lagi."

•••

Dua orang wanita itu tidak mengizinkan Kirana ikut memasak, meski gadis itu memaksa. Keduanya mengatakan bahwa Kirana adalah tamu spesial hari itu sehingga ia hanya perlu duduk atau melakukan hal lain. Oleh karena itu, kesempatan tersebut tidak akan ia sia-siakan. Dia harus mencari sesuatu sebelum sang pemilik kamar pulang.

The Endless MomentWhere stories live. Discover now