vīgintī octo

4.4K 480 1.4K
                                    


⚠️


"Ada apa Kafka?"

Cowok itu baru muncul pukul sembilan pagi, itu pun untuk mencari sesuatu di dekat sana yang Nonna Angger tidak tahu apa.

"Kamu kenapa?" tanya Nonna Angger sekali lagi.

"Cari barang."

Alis Nonna naik sebelah. "Nonna bertanya, kamu itu kenapa? Bukan bertanya kamu cari apa."

"Sorry." Cowok itu mengacak rambutnya saat sadar. "Kafka buru-buru soalnya."

Nonna Angger tau ada yang tidak beres. "Kemana?" Sarkasnya. "Oslo? Bali? Atau mana?"

"Ke Bali sebentar." Tenggorokan Kafka terasa tercekat. "Nanti sore langsung balik."

"Main surfing?"

"..."

"Sama siapa? Adara?"

Kafka berniat ke Bali sendirian. Menemui Sabine lalu pulang.

Atau jika ia cukup gila, Kafka akan memilih opsi ini: mengajak Adara ke Bali, bertemu Sabine, lalu ia dan Adara bisa sekalian berlibur berdua di sana.

Tapi jelas itu nggak mungkin.

Sialan, gue bingung.

"Udah jadi kepala keluarga masih begini ya kamu?" Nonna senyum yang artinya tingkah Kafka sangat salah.

"Kafka ada urusan. Penting."

"Kaf?" Nonna tau apa yang terjadi. "Kamu mau meninggalkan Adara lagi? Kamu tau tadi pagi dia senyum Kaf, senyumnya tulus Nonna liat itu diam-diam. Artinya apa kamu tau?"

Kafka memilih diam nggak menjawab.

"Dia lagi senang, pertama kali ke sini yang mana wajahnya murung tapi dibalut senyuman sekenanya tapi tadi pagi saat dia turun ke dapur, Nonna lihat dia langsung berbeda begitu. Hampir semua pelayan disenyumin sama dia."

Kafka nggak tau...

"Nonna nggak tau apa yang kalian lakukan semalam di sini berdua, sampai Nonna liat kalian udah ada kemajuan. Nonna nggak mau tau juga. Tapi kamu mau buat senyum dia hilang karna kamu ke Bali diem-diem?"

Nggak.

"Jangan kabur lagi, Kafka. Kalau pun kamu mau pergi sendiri, kabari Adara. Kasih tau ada apa."

"Kafka nggak bisa cerita, Nonna."

"Memang kamu mau bertemu siapa? Kenapa jauh-jauh ke Bali?"

"Sabine."

Nonna Angger tidak bereaksi apa-apa tapi Kafka tau ia udah cari mati. "Ada apa sama dia?"

"Ada yang mau dia bicarain."

"Harus kamu ke Bali untuk ngobrol?" Nonna Angger menyuarakan semuanya. "Lewat telfon nggak bisa?"

Kafka menggeleng. "Nggak bisa..." padahal Kafka juga nggak tau dan nggak kepikiran. Bener juga, kenapa nggak lewat telfon?

"Masih kamu nekat ke Bali hari ini?" Nonna mencoba menyadarkan Kafka sekali lagi. "Tanpa kasih tau Adara?"

"Iya... Satu jam lagi boarding." Kafka bersiap pergi. "Kafka berangkat dulu Nonna."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang