duodēcim

7.6K 738 2.4K
                                    



"Udah nyaris tiga jam. Susah banget cari tu baju?"

"Maaf, ini bajunya sudah saya bawa—"

"Ya terus mana?" Nada Kafka nggak ada santainya sama sekali.

"Sewaktu mau saya letakkan di kamar, pintu kamarnya terkunci."

Sialan. Kafka lupa membukanya.

"Yaudah lo bawa aja." Kafka ambil opsi ini. "Simpen."

Dan panggilan itu mati.

Kafka menuju walk-in closet di kamarnya, ingat menyimpan piyama cewek itu. Ditelusuri tempat itu dan mendapati baju tidur hitam di dekat tumpukan kausnya. Diambilnya beserta barang lainnya dan membawa ke Anhara.

Nggak butuh waktu lama Kafka memasuki kamar dan Anhara masih diam di ranjang. Harusnya Kafka menjaga jarak dengan melempar piyama ini ke lantai atau paling bagus ke ranjang lalu pergi dari sana.

Tapi untuk kali ini nggak.

Kafka justru mendekat, membuka lagi semuanya, mengabaikan akan makin runyam, mengabaikan ucapan mama Anhara untuk menjauh dari putrinya dengan berdiri tepat di depan Anhara.

"Hei? Ganti baju dulu yuk?"

Kafka mau bilang itu. Tapi nggak jadi.

"Udah dicariin baju sama Nijat. Ganti dulu."

Kafka nggak bilang kalimat itu juga.

Cowok itu mikir, jenis kalimat yang tepat untuk menyuruh Anhara ganti baju setelah seharian menggenakan kausnya. Berdetik-detik mikir, akhirnya yang keluar dari mulut Kafka justru kalimat perintah sedikit kasar. "Lo ganti dulu sana."

Saat Kafka akan bicara lagi, ponselnya bergetar, dari Nonna Angger.

"Hai, Kafka?"

"Ya?"

"Bagaimana?"

Kafka melirik jam di pergelangan tangannya dan mengumpat tertahan. "Sori, Kafka fokus nyelesain kerjaan. Jadi baru sadar udah jam delapan lewat."

Jelek banget gue boongnya.

"Oh, gitu? Kerjaan ya?"

"Iya."

"Nonna tau kalau kamu udah menghadap laptop dan kerjaan, kamu bisa hanyut. Tapi nggak biasanya kamu lupa janji."

"Maaf. Kafka nggak bisa dateng. Bisa ditukar hari lain?"

Rupanya ucapan Kafka salah karena Nonna bicara. "Yaudah, pas banget. Nonna habis beli makanan Padang. Nonna makan di apartemen kamu ya—"

"Tapi Nonna—"

Tut tut tut.

Kafka mengacak belakang kepalanya. Nonna habis beli makanan padang. Itu artinya Nonna udah nebak Kafka nggak bisa datang jadi beli untuk makan di apart.

Fokus Kafka hilang ketika dari sudut matanya mendapati Anhara beranjak, membenarkan letak bajunya. "Gue mau pulang."

Alis Kafka naik sebelah.

"Siniin dress gue yang semalem?"

"Gue benci banget lo make baju itu."

Gantian alis Anhara yang naik sebelah. Hawa agak baikan mereka beberapa menit yang lalu juga hilang. "Gue nggak peduli si Kaf, mau lo benci atau enggak."

Sial.

"Jadi mana baju gue. Dan gue bisa pulang."

"Nginep sini aja. Udah malem."

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang