ii. extra chapter

8.4K 519 418
                                    

"Kamu kenapa melihat dia seperti itu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kamu kenapa melihat dia seperti itu?"

"Genit dia sama kamu."

"Dia hanya melihat, tidak melakukan apa-apa."

Sambil dengus, Marshall mengajak Aned yang masih kesal untuk segera pergi dari lorong makanan cepat saji ke tempat camilan berada. "Aned mau yang mana?"

"..."

"Aned?"

"Itu saja," jawab Aned sekenanya.

"Satu doang?"

"Iya."

"Masa satu?"

"Sereal satu bungkus saja cukup. Di rumah masih ada. Kamu selalu membawakan Aned banyak makanan setiap kali kamu pulang dari kuliah. Sereal masih ada dua dus. Dan masih banyak lagi." Omel Alodie Aned.

"Yang lain." Marshall justru mengambil beberapa camilan. "Ini ya? Ini juga kan kesukaan Aned."

"Tidak."

"Kalo ini pasti suka kan? Ngestok banyak nggak papa," Marshall menujuk sereal froot loops.

Aned mencoba kuat. "Ti. Dak."

"Shall?"

Suara Adara membuat Marshall menoleh. Mereka sedang grocery shopping. Adara bersama Tatjana Shazieh tapi tanpa Kafka. Jangan nanya Marshall kenapa Kafka bolehin, Marshall juga ngga ngerti. Aneh tapi nyata. Cocok masuk tujuh keajaiban on the spot.

"Udah belom belanjanya?" tanya Adara.

"Bentar, milihin anak gue." Marshall liat Aned. "Mana lagi, Ned?"

Marshall kembali menatap deretan lorong buat nginget kali aja ada yang kelupaan. Cokelat udah, snack dan permen udah, sereal kesukaan Alodie Aned udah— kelewat banyak, buah udah, yoghurt udah, keju udah, apalagi yang belum?

Oh iya... kebahagian Aned bareng gue.

"Sudah cukup." Aned melihat Adara. "Tolong marahin dia."

Kaia Anhara tertawa. "Memang Marshall mengapakan Aned?"

"Dia belanja banyak sekali. Dan dia selalu jutek setiap kali ada anak seusia Aned melihat Aned."

"Dia genit sama kamu." Marshall nyaut juga.

"Astaga? Yang di parkiran?" heran Adara. Marshall jadi mengingat ingat. Ya meskipun anak itu cuman melihat aja, tapi Marshall yang langsung antisipasi sendirian. "Kan dia udah cabut? Lagian masih kecil, nggak genit, Marshall..."

"Sama aja."

"Jangan galak-galak ih, sama Aned."

Marshall liat Adara. "Lo belum ngerasain, coba ntar Tatjana udah gede, pusing lu."

"Nggak ye, nggak bakal aku bikin anak orang jadi takut."

"Ya elu nggak, Kafka beda lagi."

Adara langsung diam. Masa iya? "Nggak ah, dia pasti si protektif. Tapi nggak seserem itu juga." Adara sebenernya juga ragu.

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang