duo

12.6K 851 1.4K
                                    




"Woi bro?!"

"Apa lagi anjir?"

Nathan ketawa di balik layar, beda sama wajah Kafka yang udah lesuh banget antara emosi dan pegel.

"Wots, santai men," kata Nathan.

"Ngapain lagi?" potong Kafka.

"Nyoba vidcall elu."

"Ya gak pagi-pagi gini juga anjrit." Kafka nggak kuat nahan emosi.

"Abis keramas lu ya?" Nathan justru menyelidik Kafka yang tubuh atasnya tanpa kaus, hanya handuk menyampir di bahu dan rambut acak-acakan khas cowok itu yang terlihat masih basah. "Ngapain itu keramas pagi-pagi gini?"

"Apaan."

"Trus dia ke mana?" Nathan nggak peduli Kafka sekarang, Nathan justru nanya hal penting itu. Kepalanya celingkukan ke depan kamera seolah ada seseorang di balik tubuh tegap Kafka. Yang lagi disembunyikan. "Lo gak aneh-aneh kan?"

"Aneh-aneh apaan."

"Terus dia mana?"

"Dia siapa si?"

"Anhara, Kaf..."

"Anhara siapa?"

"Si goblok!"

"Dahlah."

"Seriusan tu anak di mana?"

"Lu kenapa si, Than..." Kafka kesal. Diletakkan ponselnya gitu aja di atas meja kerja kamarnya, lalu fokus mengeringkan rambut dengan handuk yang tersampir di pundak.

"Kaf? Lo masih di sana kan?" Suara Nathan kembali terdengar. "Jangan lo tunjukin atep juga, jingan."

"Bacot lu."

"Kafkaaaa..."

Kafka mengembuskan napas berat. Karna di sana ia mendengar suara Ayako yang memanggil ceria ditambah Nathan yang tertawa cekikikan karna seneng banget bakal ada huru-hara.

"Kaf, Anhara adek gue mana? Kata Nathan di rumah lo ya?" Ceria Ayako. "Kafkaaaaa!"

"..."

"Ini kenapa si, Than? Kok ke atap layarnya?" heran Ayako.

"Tau tu dia kemana."

"Kafkaaa." Ayako teriak lagi.

"..."

Lalu suara Nathan terdengar lagi. "Anhara diumpetin sama Kafka."

"Kafkaa! Anhara manaaa!" Ayako makin teriak. "Kangen woi, dia gue telfon kaga bisa, Kaf!"

"Bentar itu Kafka abis keramas." Nathan memberi info.

Cewek berdarah Jepang bernama Ayako mengerjap salah tingkah. "Oh... okay."

"Menurut kamu, ngapain dia keramas pagi-pagi?"

"Ih, Nathan!" Ayako menggeplak lengan cowoknya itu. "Ngapain nanya aku?!"

"Ya nanya aja." Nathan ketawa.

"Ish!" Ayako mulai teriak lagi, mengabaikan Nathan. "Kaf! Anhara di mana?"

Kafka sendiri masih sibuk di kamarnya, membiarkan layar ponselnya ke atas, biar Nathan dan Ayako bosen melihat atap kamarnya hingga panggilan itu dimatikan dengan sendirinya oleh mereka.

Cowok itu lagi nggak mau diganggu.

Peduli setan.

Sampai di tengah kegiatan akan mengambil kaus, gerakannya terhenti. Tubuh Kafka seperti membeku seketika saat tanpa dimau, matanya menangkap kemeja yang tergeletak begitu saja di kursi.

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang