trīgintā sex

4.7K 385 738
                                    



"Kita bisa tundah dulu kalau kamu masih belum siap."

Mereka di dapur dengan Adara membelakangi Kafka yang kali ini sibuk menggunakan kaus hitam polosnya. Jam udah nunjukin pukul dua siang, yang mana mereka harus segera ke rumah Aileen tapi Adara terlihat melambatkan buat pergi ke sana. Contohnya aja pura-pura sibuk bikin kue kering, atau cuman iseng bikin coklat hangat di siang hari yang panas.

"Kaia Anhara?"

Adara kali ini noleh dikit buat liat Kafka yang udah di sebelahnya. Cowok itu sebenernya lagi sibuk, tapi nyempetin nemenin ke Mama.

"Eh Kaf."

"Apa?"

"Kamu ke kampus aja nggak papa. Aku ke Mama sendirian. Takut bikin kamu repot."

Kafka justru senyum, tipis banget. Gak keliatan. "Hei, ini bukan soal kamu aja, tapi aku juga. Aku perlu juga bicara sama–" Kafka susah bicara kalimat ini. "Sama Mama. Dihadepin bareng-bareng. Oke?"

Adara maksa senyum. "Yaudah, oke."

Kafka membawa kepala Adara ke dadanya. "Semua pasti baik-baik aja. Percaya."

"Kalau nggak baik-baik aja?"

"Pasti bakal baik-baik aja."

"Kaf."

"Apa?"

"Menurut kamu, kita pantes dan bisa nggak si dapetin akhir yang bahagia?"

"..."



"Aned

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Aned..."

Nonna Angger menggendong bocah mungil dan imut itu untuk ia ajak ke depan jendela yang kini menunjukkan suasana Paris yang tenang dengan langit cantik dan sinar matahari yang muncul malu-malu. Kawasan apartemen dekat sungai Siene itu membuat menara Eiffel terlihat jelas dari sini.

"Um..." Aned membuka suara. "Aned au jalan-jlan..."

"Jalan-jalan ke mana?" Nonna Angger mengusap rambut Aned yang terasa sangat halus.

"Kluar..." Aned membentangkan kedua tangan kecil dan imutnya, yang dulu sama Kafka suka dimainkan dengan digigitin karena gemas sampe Aned ngambek dan nangis tapi Kalingga nggak peduli dengan masih gigitin.

"Okay, nanti sore kita jalan-jalan." Nonna mengiyakan karena kondisi Aned yang telah baikan. Sampai obrolan mereka terhenti karena ponsel Nonna bergetar, ada nama Kafka di sana.

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang