vīgintī

5.8K 606 1.9K
                                    




Kafka di apartemen pagi itu terlihat segar dengan kaus putih dan celana hitam membalut tubuhnya. Meskipun dibilang masih demam, cowok itu tidak terlalu peduli. Yang ia lakukan pertama kali setelah mandi adalah menuju kamar Aned.

Kafka berjalan tenang menuju tempat tidur yang semalam ia pakai beristirahat dengan Aned dan mendapati anak kecil itu masih tidur dengan posisi miring dan boneka yang dipeluk.

Pemandangan itu membuat Kalingga Kafka Mangkualam tersenyum.

Kemudian cowok itu mendekat, duduk di sisi tempat tidur. Dan karena sadar siapa di sana, Aned terbangun dan membuka mata. Anak itu tidak menangis tapi diam memandangi Kafka.

"Bonjour," sapa Kafka dengan suara seraknya. "Gimana tidurnya?"

Aned kini menatap Kafka, wajah Aned yang datar jadi senyum.

Aned merentangkan tangan dan Kafka dengan senang hati menggendong anak itu dan membawa Aned ke dekapannya lalu mereka menatap menara Eiffel dari pintu balkon apartemen yang terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aned merentangkan tangan dan Kafka dengan senang hati menggendong anak itu dan membawa Aned ke dekapannya lalu mereka menatap menara Eiffel dari pintu balkon apartemen yang terbuka.

"Nyenyak Ned tidurnya?"

Memiliki akses bebas pada Kafka, Aned menyembunyikan wajahnya di leher cowok itu. Dan Kafka bertanya lagi. "Nanti malem tidur sama Kafka lagi mau nggak?"

"Kaf?"

Kafka menoleh mendapati Nonna Angger. "Ya?"

"Mama kamu telfon Nonna lagi."

"Mama tau, Nonna?"

Nonna Angger angkat bahu. "Nonna tidak tau pasti, tapi lama-lama Mama kamu akan tau, Kaf."

"Kafka main aman Nonna."

"Seaman-amannya kamu, Sera pasti tau, nanti."

"Kafka jamin enggak akan."

"Dia nanya kamu di Paris sampai kapan."

"Kafka selesai di sini lanjut Oslo. Mau selesaiin semua."

Nonna Angger tersenyum. Ia menatap Kafka dan Aned yang nyaman di gendongan cucunya itu. "Meskipun Nonna kaget sama semua ini, Nonna seneng ada Aned, Kaf."

Kafka cuman senyum lalu mencium pipi Aned hingga anak itu senyum memperlihatkan giginya yang masih tumbuh beberapa. "Dia nggak mau ngomong ya?"

Nonna Angger tertawa kecil. "Ngambek mungkin sama kamu?"

"Ngambek?" Kafka jadi ingat Aned menampar pipinya kemarin.

"Iya ngambek sama kamu." Nonna Angger berkata.

Kafka menatap Aned lagi. "Aned ngambek sama Kafka?"  pertanyaan Kafka dijawab Aned dengan menepuk-nepuk pipi Kafka dan nyengir, Kafka memberi kecupan lagi di hidung Aned karena gemas. "Is that a yes, Sayang?"

Aned mengangguk-anggukan kepala dan Kafka yang gemas senyum kecil.

"Badan kamu gimana, Kafka? masih demam?"

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang