quīndecim

7.7K 708 2.1K
                                    


"Nggak makan dulu?"

"Buat apaan?"

"Liat aja ntar."

"Mau dibantuin?"

"Kamu mandi dulu aja."

Kafka langsung pergi tanpa menyaut, tanpa memberi kecupan seperti biasanya.

Anhara yang pakai bathrobe—setelah mandi dan ke dapur karena nggak ada waktu ganti setelah liat Kafka buru-buru mau pergi mengerjap mikir tingkah aneh cowok itu.

Ia mencoba fokus mengaduk bahan yang kebetulan ada di apartemen. Hingga beberapa puluh menit masakan itu jadi, aromanya bikin Anhara senyum. Diletakkan di piring dengan stroberi dan blueberries di atasnya, lalu menuangkan maple syrup dan meletakkan piring itu di atas meja bar.

 Diletakkan di piring dengan stroberi dan blueberries di atasnya, lalu menuangkan maple syrup dan meletakkan piring itu di atas meja bar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kafka suka nggak ya...

Kalau dulu ia bodoh amat makanannya nggak enak bagi Kafka— asin— Kafka nggak komen apa-apa dengan menghabiskan. Tapi kali ini Anhara yang panik. Karena ia baru mencoba bikin menu ini sendiri—karna biasanya Bibi yang bikin.

Pasti nggak enak...

Tadi masukin garemnya pas kan?

Anjirlah, buang gak ya...

Anhara noleh kanan kiri, berniat membuang ke sampah sampai Kafka muncul, buru-buru Anhara menyembunyikan piring itu di balik badannya.

Ia menatap Kafka yang segar dan harum dengan jeans dan kemeja lengan panjang hitam yang tidak dikancing menunjukkan kaus putih membalut tubuhnya.

Ganteng banget.

"Kenapa," kalimat itu yang dipilih Kafka pertama kali saat liat cewek di depannya bengong melihatnya.

"Ha? Nggak papa." Anhara nyengir kaku. "Kok cepet banget mandinya?"

"Nggak ada kamu soalnya."

Anhara manyun tapi telinganya terasa panas. Padahal nada cowok itu datar banget. "Maksudnya apaan?"

"Nggak tau deh tu maksudnya apaan," jawab Kafka sekenanya.

"Kok ngeselin?"

"Ha?"

"Ya kamu ngeselin, tauuk."

Kafka mengacak rambut anak itu. "Ya cepet karna nggak ada kamu," Kafka menatap Anhara yang dibalut bathrobe sebelum liat arah lain. "Gitu maksudnya," jelasnya sabar.

Owh. Anhara senyum.

"Kamu masak apa? kecium sampe depan."

Anhara malu. "Kaf. Kalau nggak enak, buang aja ya?"

Alis Kafka naik sebelah, menyuruh Anhara minggir. Anhara nggak mau, enak aja!

"Minggir."

"Gak!"

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang