quīnquāgintā

4.4K 473 388
                                    




"Kaf, bertahan ya, Sayang..."

Ucapan Sera sedaritadi terdengar. Seolah ada banyak harapan dan doa meskipun Kafka tidak akan mendengar ucapannya...

Putranya itu tadi melakukan hal tidak masuk akal dengan mendatangi Petra dan mengiris pergelangan tangannya. Irisan urat nadi nggak main-main efeknya. Banyak pembuluh darah yang bertugas penting salah satunya mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Dan Kalingga Kafka Mangkualam melakukan hal itu untuk cepat mengakhiri semua masalahnya.

Alhasil sayatan itu membuat darah Kafka langsung mengucur kuat di lantai, hingga lantai itu basah oleh genangan darah dan kondisi Kafka memburuk.

"Mama nggak mau kehilangan kamu, kehilangan kalian semua. Mama nggak sanggup... Mama nggak mau, Kaf..." Isak Sera.

Mikail yang daritadi diam mulai mengusap lengan Sera, memberi ketenangan tanpa bicara apa-apa.

"Takut..."

Pria itu kali ini mendekap, mengusap punggung istrinya. "Bantu doa. Kafka anak kuat, bisa lewatin ini semua."

"Kalau Kafka nggak ada—"

"Nggak boleh gitu, kita doa, mereka pasti baik-baik aja."

"Kafkaa... jangan tinggalin Mama... kamu nggak salah..." Sera sangat jatuh sekarang. Tangisnya nggak bisa ditahan lagi. Membuat kemeja suaminya basah. Kalau soal Adara tadi Sera masih kuat karena nggak mau membuat Kafka juga ikutan jatuh. Kali ini Sera nggak bisa nahan lagi. Alasannya untuk kuat dan baik-baik aja udah tidak ada. Ia jadi seorang ibu yang rapuh. Takut kehilangan anak-anaknya. "Aku nggak mau kehilangan anak-anak aku."

"Sama. Aku juga."

"Aku sayang Kafka, Mikail."

"Sekarang berdoa. Kamu nangis nggak mengubah apa-apa."

"Tapi takut..."

"Iya, Sayang. Bantu doa."

Sera masih ingat gimana wajah Nijat dan Ramon yang membawa Kafka dengan pakaian Kafka yang penuh oleh bekas darah, mereka terlihat tenang meskipun Sera tahu jantung keduanya berdegup kencang karena nyawa juga di tangan mereka.

Sera kembali menatap pintu di hadapannya. Sebuah ruangan yang membawa ke ruangan di mana putranya sedang berjuang. Bukan kamu, Kaf... semua itu sudah ada jalannya, kamu nggak boleh kalah sama rasa bersalah kamu yang tidak beralasan... bertahan ya, Sayang... Anhara dan anak kamu butuh kamu, mereka pasti mau bertemu dengan Papa-nya.


 Anhara dan anak kamu butuh kamu, mereka pasti mau bertemu dengan Papa-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Athena apakah Kafka bisa selamat?"

Pertanyaan seperti itu terus menerus keluar dari Aned dari semalam saat datang, sampai pagi ini membuat Athena senyum dengan pipi basah lalu berlutut dan memegang tiap bahu Aned lagi. "Aned, Athena tidak tahu. Tapi semua rencana Tuhan itu sudah ada garisnya. Mati-hidup sudah diatur. Sekarang, yang terpenting, kita bantu doa ya?"

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang