decem

6K 704 1.5K
                                    



"...Wah bandel yaaa baru dateng..."

"... Marain Ma Anhara datengnya tengah malem..."

"...Dari mana aja? Abis nge-date yaaa?! Hayo..."

Anhara membalas malu-malu. "... apaan si? Nggak ada ya yang namanya nge-date gitu..."

Lalu Papa akan bilang. "...yaudah, ayo masuk dulu anak Papa..."

Anhara senyum. Papa memberitau. "... Besok, kalau pulang malem Papa aja yang jemput, nggak usah pake sopir, apalagi naik taxi gitu ya... hapenya juga dinyalain, biar Papa bisa pantau. Kalau ada apa-apa gimana? Lagian cowok kamu nggak nganterin?..."

Anhara senyum memikirkannya.

Tapi begitu keluar dari taxi online yang membawanya pulang dini hari di saat semua orang tengah terlelap di rumah—sedangkan Anhara dengan beribu harapan serta doa ketika sampai disambut percakapan seperti itu oleh keluarganya, nyatanya yang didapat hanya sunyi, sepi, dan kosong.

Karna semua obrolan itu hanya angan ketinggian milik Anhara. Gabungan dari harapan serta doa-doanya yang selama ini belum terwujud.

Atau mungkin... tidak akan terwujud.

Nggak papa, Anhara.... Setidaknya ada Kak Lara di dalem rumah...

Papa aja suruh kamu pulang, Papa nggak mungkin bohong kan? Pasti ada Kak Lara...

Anhara melangkah masuk ke dalam, terasa dingin dan lembab. "Kak Lara..." Anhara memanggil setelah menutup pintu di belakangnya. "Kak?"

Nggak ada jawaban.

"Kak Lara? Kak, di mana?"

Kenapa rumah sepi? Kata Papa, Kak Lara udah pulang...

"Kak? kamu di mana?" Anhara melewati ruang tamu. Mulai gusar. "Kak Lara?"

Detik berubah menjadi menit. Anhara memanggil-manggil. Sampai menit berubah jadi puluhan menit dan di saat itu Anhara menyadari, bahwa dirinya sendiri.

Anhara sendiri di tempat itu.

Cewek itu akhirnya jatuh terduduk di samping sofa, memeluk tubuhnya dan menyembunyikan wajahnya di lekukan tangan. Kesedihannya terlihat jelas. Ini alasannya tidak mau pulang, karna saat ia pulang, sama saja bunuh diri pelan-pelan karna rasa kosong yang selama ini ia sembunyikan

"Mama, Papa, Kak Lara..."

Keinginan Anhara sedikit, tapi berat untuk kondisinya. Ia hanya mau Mama dan Papa yang akur. Ada Kakak yang ia sayang sedang menunggunya lalu membicarakan soal apapun seperti saudara pada umumnya.

Lalu di saat seperti ini, selalu dan selalu, keinginan yang menghantui pikirannya sejak dulu akan selalu muncul. Seolah mengingatkan perempuan itu; Ini lho Anhara waktu yang tepat untuk kamu pergi dari dunia yang sama sekali nggak membutuhkan kamu.



 Seolah mengingatkan perempuan itu; Ini lho Anhara waktu yang tepat untuk kamu pergi dari dunia yang sama sekali nggak membutuhkan kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang