quadrāgintā

5.6K 455 737
                                    

⚠️

"Mar."

"Apa?"

"Aku di sini aja boleh nggak?"

Marshall sedang ngecek barang yang ia bawa untuk pulang. Udah cukup meninggalkan toko bunga dan kuliahnya untuk menemani Sabine di Bali.

"Lho? Kamu nggak jadi ikut aku aja?"

"Tinggal bareng di rumah kamu?"

"Rencananya kan gitu?"

"Tapi nggak deh, Mar. Aku di Bali aja."

"Lho kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Padahal semalem oke-oke aja. Bahkan beberapa menit yang lalu juga."

"Sebenernya udah pengen bilang dari semalem, tapi aku ngga berani."

"Aku ngga fokus nanti kuliahnya, kamu ikut aku aja ya? Lagian udah beli ticket pesawatnya ini, sayang banget."

Sabine duduk, liat Marshall yang udah siap pergi dengan memelas. "Aku di Bali aja..."

"Bine? Ayolah." Marshall sampai berlutut di depan Sabine yang duduk di kursi. "Udah mepet ini, ke bandara agak jauh."

"Iya, Mar... aku mau di Bali aja. Udah nyaman di sini, takut kalau di lingkungan baru jadi kurang nyaman akunya, mana tinggal di rumah kamu di sana. Nanti kalau ketauan temen kamu tinggal bareng gimana?"

"Ya ngga kenapa-kenapa?"

"Takut."

"Ya udah kita nikah aja."

"Kan kamu masih fokus kuliah." Sabine tertawa. Nggak baper. "Lagian nggak enak Mar."

"Nanti aku gimana dong kalo kamu ngga ada?" Marshall ganti yang memelas. Sabine sampai senyum campur iba. "Ya? Ikut aku aja ya? Aku besok ada test, harus banget pulang. Aku ngga bisa lho ninggalin cewek aku sendirian di sini."

"Kamu ke sini tiap weekend aja gimana?"

"Sayang... kan nggak gitu awalnya."

"Ya? Boleh ya? Nanti aku PAP deh tiap ngapa-ngapain," Sabine mengedipkan mata. Membuat jantung Marshall degdegan. "Tiap bangun tidur, abis mandi, sama–"

Marshall mengembuskan napas berat. "Yaudah oke, tapi kamu harus kasih kabar 24/7 ya?"

"Siap, bos!" Sabine membawa kotak makan untuk Marshall. "Aku buatin nasi goreng. Buat kamu kali aja kelaperan sampai di rumah."

"Kamu bikin aku susah buat pulang." Marshall keliatan sedih banget.

Sabine menangkup pipi cowoknya itu. "Beberapa hari kan udah ketemu lagi?"

Marshall masih keberatan. Takut kiriman bunga itu akan muncul lagi di rumah ini. "Kalau ada apa-apa, kabarin ya? Aku berangkat dulu."



"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang