ūndēvīgintī

5.6K 597 1.9K
                                    



I Gusti Ngurah Rai.

Marshall tau dirinya jahat. Marshall tau dirinya payah dan tidak tepat janji pada Aileen dan Anhara. Tapi untuk sore ini aja Marshall minta egois terlebih dahulu untuk hidupnya.

Mengesampingkan Tante Aileen, cowok itu pergi ke Bali tanpa mengabari. Ia juga bisa membaca kalau Anhara nggak akan bilang ke Aileen soal ini. Setelah ia izin kemarin sore dan satu hari setelahnya tepatnya pada hari ini, ia baru bisa ke Bali dan kini sampai di tempat yang sama dengan perempuan itu.

Marshall segera menaiki mobil yang menjemputnya dan mengecek ponsel menyadari jika Sabine masih di lokasi tersebut.

Iya, Marshall payah. Tapi Marshall juga beruntung.
Tanpa bertanya perempuan itu di mana, Sabine sendiri yang memberi tahu lokasinya melalui media sosialnya. Ya meskipun hanya sebuah foto lautan lepas tanpa lokasi tapi Marshall tau itu dimana.

Cafè Del Mar.

Oke, Cafe Del Mar, batin Marshall. Kamu di Cafè Del Mar. Aku samperin kamu ke sana.

"Pak bisa lebih cepet?"

"Bisa Mas, bisa." Sopir itu mengangguk. "Buru-buru ya, Mas?"

"Iya, Pak."

"Mau ada pertemuan?"

"Mau ketemu mantan saya."

"Oh..." Sopir itu senyum. "Semoga cepet balikan ya Mas."

Semoga...

Marshall tersenyum tapi tidak tenang di jok belakang, sesekali mengecek jalan yang akan dilalui apakah macet di jam-jam sore seperti ini. Jarak dari bandara ke Canggu juga lumayan jauh. Hampir limabelas kilometer.

Bukan, bukan hanya macet yang Marshall pikirkan. Tapi kabur ke Bali meninggalkan Anhara. Bener nggak si ia egois bentar dan percaya perempuan itu akan baik-baik saja?

Marshall menenangkan diri, nanti ia akan nanya kabar perempuan itu dan bilang juga sama Tante Aileen perihal Kafka-Anhara. Mungkin dengan memberitau jika Anhara seperti mayat hidup Aileen akan menghapus semuanya yang sedikit tidak masuk akal itu. Iyakan?

Hingga setengah jam kemudian, mobil Marshall berhenti di tempat parkir. Cowok itu segera turun dan membayar melebihi tarif tanpa meminta kembalian dan pak sopir itu mengucapkan terima kasih banyak.

Marshall segera memasuki cafe yang pertama kali debut di Ibiza itu. Ramai. Tempat itu ramai. Dan Marshall susah mencari di mana Sabine di tengah semua manusia yang memuja matahari, lautan dan musik yang diputar sambil menunggu sunset.

 Dan Marshall susah mencari di mana Sabine di tengah semua manusia yang memuja matahari, lautan dan musik yang diputar sambil menunggu sunset

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sialan. Marshall ingat momen sebelum semua hancur seperti ini dengan Sabine.

God, kamu di mana Sabine.

Cowok itu mencari dengan wajah kakunya nyaris tiga puluh menit. Ia mau menghubungi perempuan itu tapi tertahan ego dan semuanya.

Akhirnya Marshall menyusun rencana, satu; mungkin besok ia akan menunggu Sabine sedang dimana melalui media sosialnya. Atau dua; Marshall langsung bertanya Sabine di mana.

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang