trīgintā

4.8K 489 1.4K
                                    



Hampir dua minggu berlalu dan Adara terlihat menarik diri.

Sedangkan Kafka kini pergi ke Oslo meninggalkan Adara di apartemen sendirian.

Adara mencoba biasa aja setelah pesan itu masuk ke ponsel Kafka dan tanpa sengaja ia lihat lalu berakhir ia baca. Rasa penasaran yang berakhir dengan rasa sesak.

Adara mencoba menyangkal. Bisa aja waktu itu— Sabine?— dan Kafka ada acara kecil atau sekedar pesta di apartemen perempuan itu hingga kemeja Kafka tertinggal di sana.

Nggak mungkin kan mereka aneh-aneh?

Nggak mungkin juga kan cuman mereka berdua yang ada di sana?

Tapi apa yang mereka lakuin sampe kemeja Kafka tertinggal di sana?


Tapi apa yang mereka lakuin sampe kemeja Kafka tertinggal di sana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Lara memutar spaghetti-nya tanpa minat.

Berakhir tragis lebih banyak yang sisa daripada yang masuk perut. Sebelum akhirnya dibantingnya garpu di atas piring hingga bunyi dentingan keras terdengar. "Nggak nafsu makan!"

Petra yang baru datang terlihat kaget melihat prilaku manis putrinya yang hilang. "Anastasia?" Saapan itu bikin Lara tidak kalah kaget dan langsung memasang wajah kalemnya.

"Eh— ya, Papa?"

"Kenapa dibanting?" Pria itu terlihat lelah sama seperti sebelum-sebelumnya. Stress kerjaanya yang tidak lancar dan soal istrinya yang hilang entah kemana. Petra ingin mencari tau, tapi selalu dibunuhnya pikiran itu. Ia tidak boleh mencari Aileen...

"Um, nggak papa. Aku kira ada hewan atau serangga di kaki aku, otomatis kaget dan banting garpunya." Anastasia Lara mencoba senyum saat berbohong.

"Tapi nggak ada kan serangganya?"

"Enggak, Papa."

Petra senyum. "Yaudah Papa lanjut kerjaan Papa dulu ya di ruang kerja, kamu jangan lupa makan ya Sayang. Biar nggak sakit lagi kayak kemarin. Dihabisin ya makanannya." Petra perhatian terhadap Lara, sedangkan pada Adara, pria itu tidak peduli.

"Okay, Pa."

Petra mendekat lalu menunduk memberi kecupan sayang di pelipis Lara lalu pria itu pergi.

Lara melirik makanan tidak menarik minat itu lalu beralih ke layar ponselnya yang gelap daritadi alias tidak ada pesan apapun dari Kafka atau dari temannya.

Lara juga nggak tau ia ini hidup untuk apa.

Hidupnya tidak seperti orang-orang yang lainnya. Sedangkan dari yang Lara tau, Anhara masih melanjutkan hidupnya.

Lara iri.

Sialan.

Perempuan itu benar-benar merasa sesak. Dalam tunduk kedua tangannya berada di tiap kepala sebelum akhrinya ia menjambak keras rambutnya hingga tertarik ke atas serasa mau copot dari kulit tapi yang dirasakan Lara adalah kebas.

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang