vīgintī duo

4.4K 514 1.1K
                                    



"Bisa geser badan lo? Ganggu."

Adara menoleh dan mendapati perempuan berkaus hitam yang satu kelas dengannya nyaris setengah tahun ini. "Lo ngeliatin gue?"

Alis cewek itu naik sebelah. "Pede gila lo."

Adara membasahi tangannya dengan air di wastafel dan langsung cabut pergi dengan tenang seolah tidak ada siapa-siapa. Ditinggal tanpa ucapan benar-benar menyinggung perempuan yang tadi ngobrol bersama Adara; Betaria.

"Tunggu," tahan Betaria.

Adara tidak peduli, tapi Betaria menahan lagi kali ini ada permintaan di nada itu membuat Adara batal mendorong pintu dan Betaria langsung melanjutkan. "Lo ngapain selalu cabut setiap ada gue?"

Adara tidak mengerti. Ia merasa tidak pernah menarik diri hanya karena ada Betaria. "Sorry, tapi lo terlalu tinggi nilai diri lo."

"Gue nggak pernah liatin lo, Adara... umm, atau Anhara?" Betaria menyinggungkan nama itu. Setiap kali nama Adara dibawa di tempatnya nongkrong, yang katanya; Adara tukang kobam, suka sebat sampai lupa diri, Betaria tidak pernah melihat itu secara langsung semua itu. Jadi Betaria bingung, itu semacam label pada diri sendiri yang dibuat Adara atau memang ada sesuatu yang Betaria sendiri tidak tahu.

"Gue harus panggil lo apa?" ulang Betaria pura-pura bingung.

"..."

Betaria senyum ramah dibuat-buat. "Nama lo diganti buat apa sih?"

Adara kini benar-benar berbalik badan untuk melihat lawan bicaranya.

"Tenang aja," Betaria mengalihkan topik. "Gue nggak pernah liatin lo kok."

"Gue juga nggak peduli sih." Dagu Adara naik ke atas sedikit, dengan tatapan tenang dan intimidasinya. Salah satu sikap yang tanpa sadar ada di pola pikirnya karena terlalu lama bersama Kafk—

"Ya bagus kalo lo nggak peduli," ujar Betaria.

"Tentu aja," Adara senyum tipis. "Mata-mata lo sendiri. Hak lo juga kan... ya meskipun lo tau, tingkah lo annoying banget."

Betaria tersinggung tapi ia senyum. "Bener juga."

Merasa semua tidak perlu dibahas dan cukup selesai sampai di sini, Adara berbalik badan, berniat mendorong pintu sampai Violet masuk dengan lipstick di tangan. "Yaampun, Beb!" pekik Violet. "Gue kaget!"

Adara memasang raut tidak peduli. Cewek itu mau pergi begitu juga dengan Betaria tapi batal ketika Violet berkata pada Adara dengan nada menggebu-nggebu. "Oh, ya! Lo ke mana aja si? Dulu banget lo cabut waktu sama Salma, Sabtu kemarin skip lagi nggak dateng. Ada apa?"

"Violet, please," lelah Adara. Tidak mau membahas hal ini lebih jauh.

"Kenapa? Padahal gue seneng banget kalo ada elo, Beb."

"Ga bisa, Let."

"Kenapa nggak bisa? Karena ada simpenan-simpenan lo itu ya?"

"..."

"Jadi lo harus sama dia? Semacam memuaskan?"

"..."

"Beb udah nggak usah ditutupin, lo sekarang udah biasa aja nggak sekelas dulu. Apa lo sekarang udah sendiri? Atau masih sama duit berjalan lo itu?"

"Oh..." Tiba-tiba Betaria memotong dengan senyum menang. "Jadi Adara ini simpenan ya, Let?"

"Maksud lo apaan, Let?" Adara mengabaikan Betaria, bertanya pada Violet.

"Udah deh nggak usah pura-pura nggak tau," Violet menepuk bahu Adara kemudian menatap Betaria. "Iya, Bet. Gitu."

"Gue nggak ngerti maksud lo." Adara bersuara lagi. "Simpenan apaan lagi maksud lo?"

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang