quadrāgintā duo

4.6K 417 594
                                    

⚠️

Marshall lagi di gate kedatangan.

Dengan kaus hitam, celana jeans yang cocok membalut badan tegapnya, Marshall menatap kerumunan yang keluar pintu dengan tenang. Sampai perempuan anggun, cantik, yang menarik perhatian di antara ratusan orang di sana muncul, dengan gaun bunga-bunga dan tatapan lucu yang lagi bingung mencari dirinya.

Sialan gue kangen banget.

Marshall melambaikan tangan, perempuan itu: Sabine, yang melihat langsung mendekat dengan langkah riang, begitu juga dengan Marshall yang senyum sambil menghampiri.

"Marshall..." Melupakan di keramaian, Sabine langsung lompat masuk pelukan Marshall. "Kangen..."

Baru pisah beberapa hari tapi perempuan itu tampak sangat rindu. "Marshall udah nunggu lama?"

"Lumayan." Marshall tersenyum.

"Maaf ya."

"Maaf apa?"

"Nunggu lama, sorry."

"Ntar aja sorry-nya di rumah."

Sabine yang polos cuman berseru. "Oke."

"Yuk?"

Sabine melepas pelukan berganti bergelung manja di lengan cowok itu. "Pulang ke rumah kamu?"

"Iya. Sini aku bawain tasnya."

"Marshall aku laper."

Kalau dulu bilang sama Kafka, cowok itu pasti naikin alis dan menatap Sabine heran. Tapi berhubung ini Marshall, jadinya beda. "Mau Bakso Pak Mamat? Jangan sampe asam lambung kamu kumat."

"Bakso Pak Mamat?"

"Iya." Marshall ingat obrolan sama Tania. Tapi Sabine benar-benar bingung. "Kamu pernah ke sana?"

"Belom, enak nggak? Mau cobain."

"Yaudah yuk."

Saat udah di mobil, Marshall menggenakan sabuk pengaman untuk Sabine padahal perempuan itu bisa sendiri. Sabine senyum dan berterima kasih dengan memberikan kecupan di sudut bibir Marshall. Disusul Marshall mengacak rambut perempun itu.

Mobil itu keluar. Melewati jalan yang lenggang. Harusnya Marshall ke Bali, tapi berhubung ngga bisa mastiin kapan kelar urusan kampus, jadi dipaksanya Sabine buat ke sini.

Marshall juga nggak tenang kalau Sabine di Bali sendirian.

"Kamu udah baikkan?"

"Udah kok." Sabine memaksakan senyum. Tau maksud Marshall: mawar.

Nggak lama mobil itu masuk pelataran tempat makan. Marshall memarkirkan mobilnya, turun begitu juga Sabine.

"Marshall, rame ya." Sabine menatap tendah tempat bakso itu berada. Ramai padahal nggak lagi jam makan. "Aku beli air mineral dulu deh, keburu haus kalau nunggu."

"Aku aja yang beli, kamu tunggu dulu."

"Aku aja."

"Aku aja, Sayang."

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang