trīgintā ūnus

4.7K 459 1K
                                    

⚠️

"Cakep banget!"

"Suka?"

"Sukaaak!"

Kafka di sebelah Adara senyum puas sebelum akhirnya mengajak anak itu memasuki rumah berlahan luas dengan ratusan pohon berusia puluhan tahun yang mengelilingi. Hawa di Norway juga sedikit dingin daripada biasanya membuat Kafka nggak hentinya melirik Adara diam-diam, memastikan perempuan itu tidak kedinginan.

"Seneng banget bisa ke sini," ujar Adara.

Kafka ya kayak biasanya, cuman senyum. Tapi cowok itu juga senang Adara lebih baik terhadapnya daripada beberapa hari yang lalu.

Sampai Adara berujar dengan nada nggak berdosa. "Tapi aku masih marah ya sama kamu, nggak mempan aku disogok pake gini." Adara menatap Kafka yang memasang ekspresi seolah: oalah anjrit. "Jadi jangan harap."

Kafka menjawab. "Oke."

Adara berjalan riang memasuki rumah. Kafka mengikuti dari belakang. Sebelum akhirnya berkata. "Mau istirahat apa gimana? Kamu nggak capek?"

"Capek."

"Yaudah istirahat dulu."

"Tapi tanggung, mau muter terus ke danau sana."

Kafka mengembuskan napas mau membantah, tapi nggak urung juga mengikuti Adara ke mana pun. Kafka tau selama ini Adara nggak baik-baik aja dimulai dari perempuan itu susah makan meskipun kadang lapar tapi itu makanan sering dikeluarkan.

Sebelum ia ke Oslo dan waktu balik perempuan itu juga jutek bahkan sampai sekarang Kafka nggak tau ia ini salah apa. Sialan. Kafka mikir. Gue salah apaan ya?

"Eh itu ada tanaman apa?"

Kafka justru berujar. "Ra, minum obat dulu yuk. Buat maag kamu."

"..."

"Nggak modus ini." Kafka menjawab kalem. "Obatnya kan bisa kamu kunyah?"

Adara akhirnya menatap Kafka. "Okay."

"Yaudah ke kamar dulu."

Kafka mengajak Adara ke kamar di sebelah kanan, ruangan itu terbuat dari perpaduan bata dan kayu, membuat Adara betah. "Ini kamarnya beda-beda?" tanya Adara.

"Ha? Maksud?"

"Kamar kita. Barengan apa beda-beda?"

"Barengan lah?" heran Kafka.

"Oh... iya juga ya."

Kafka nggak komen lagi. Cowok itu kembali berjalan ke kamar. Adara yang melihat kasur langsung memekik senang dan melemparkan diri ke sana karena nyaris satu hari perjalanan.

"Kamu istirahat aja. Tapi minum obat dulu, baru makan."

"Okay." Adara udah di kasur, kedua kakinya menggantung ke bawah sedangkan kedua lengannya terlentang. Mengisi penuh ranjang untuk mengistirahatkan punggungnya. "Huu suka."

Kalau ada yang nanya Kafka sekarang ngapain di saat Adara tiduran, cowok itu lagi sibuk. Iya, dengan posisi duduk di atas lantai, tindakan yang nggak terduga yang dilakukan Kafka untuk Adara. Cowok itu fokus membuka koper milik mereka, memilih pakaian untuk perempuan itu dan menyiapkan obatnya dari tas khusus.

Sebenernya Kafka bisa beli baju untuk Adara daripada repot bawa, tapi Adara enggak mau.

"Udahan kamu bangun, ini minum dulu." Kafka udah berdiri menghadap Adara yang tiduran.

"Bantuin."

Alis Kafka naik sebelah. "Nggak bisa bangun sendiri? Perlu banget ditarik tangannya?"

Adara berdercak. "Ih, bukan itu tau."

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang