quīnquāgintā ūnus

4K 465 407
                                    



Sudah hampir seminggu dan semua masih seperti sebelum-sebelumnya. Adara dan Kafka belum membaik. Keduanya masih dirawat di perawatan intensif.

Sera bolak balik menjaga Adara-Kafka dan pulang untuk mengurus Erlang setelahnya ia kembali ke rumah sakit lagi meskipun hanya bisa melihat dari luar. Athena sendiri sibuk dengan tugas-tugas akhirnya. Sedangkan Nonna Angger kini menyusul ke Bali untuk berganti menjaga serta mengawasi Aned.

"Hi, Aned."

Aned sedang duduk di sebuah bangku rumah sakit. Merenung sambil menggerak-gerakkan kedua kakinya yang menggantung sampai suara itu bikin ia angkat kepala. Matanya yang jernih membulat polos menatap wanita di hadapannya.

"Hai, saya Seraphina."

"Hai." Aned senyum. "Tante mau duduk?" Ia menggeser tubuhnya agar wanita itu bisa mengistirahatkan kedua kakinya yang mungkin saja kecapekan. "Sini." Ajak Aned ramah. "Aned tubuhnya kecil. Jadi cukup untuk kita berdua."

Astaga... lucu dan sopan banget. Sera senyum. Seraya ambil duduk di samping Aned. "Mau ngobrol aja sama Aned."

"Oh, ya?" Aned tanpak tertarik. "Mengobrol apa?"

"Aned suka jaga Kafka?"

"Iya. Suka." Aned mengangguk berkali-kali. "Tante Mamanya Kafka ya?"

"Iya..." Sera tersenyum.

"Oh..." Aned ikutan tersenyum. "Aned bantu doa. Semoga Kafka sama Adara bisa membaik secepatnya."

"Terima kasih, Aned..."

Aned tersenyum lalu berkata pada Sera. "Tante... Aned sayang sekali sama Kafka dan Adara." Ceritanya. "Tidak tahu sebesar apa. Tapi sangat besar sekali."

Sera mengusap puncak kepala anak kecil itu. Ia juga bersyukur nggak ada Mikail di sini sekarang. Nggak tau akan jadi apa misal Mikail bertemu Aned.

"Iya, Tante tau Aned sayang banget sama Kafka dan Adara."

"Kafka dan Adara kapan ya akan dipindahkan? Kata Athena kalau kondisi mereka membaik akan pindah. Apa betul begitu, Tante? Kalau Aned ingin tahu kapan kepastihannya, apakah Tante Sera sebagai Mama-nya Kafka bisa menjawab hal itu?" polos Aned.

"Tante juga belum tahu." Sera menjawab jujur. Terpukau dengan kalimat Aned. Anak ini bagus sekali menggunakan kata-katanya yang jadinya sopan dan halus. "Tapi kita berdoa saja ya..."

"Tante..." Aned memanggil. "Nanti apakah Aned boleh bermain dengan anak kecil yang berada di perut Adara?"

Sera terdiam sebentar, lalu senyum campur tangis haru kecilnya muncul karena nggak bisa ditahan. "Boleh, Sayang..." ia mengusap puncak kepala Aned beberapa kali. "Aned doain ya, semoga keduanya membaik. Biar bisa kumpul lagi bersama-sama."

"Iya... sudah Aned doakan. Kata Athena kalau kita berdoa Tuhan akan mendengarkan dan akan dikabulkan."

Nyatanya ngobrol bersama Aned benar-benar membantu akal Sera agar tetap sehat. "Makasih ya, Sayang."

Sampai obrolan itu terhenti. "Sera."

Sera menoleh. "Eve?"

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang