vīgintī tres

6.1K 621 1.4K
                                    




"Halo Tante Aileen?"

"Ya Marshall? Kenapa telfon malam-malam?"

"Tante, koneksi internet Tante cepet, nggak?"

"Gimana?"

Marshall mengerutu dan memaki dirinya sendiri. Kenapa, Shall? Kenapa harus bahas koneksi internet?

"Nggak papa, Tante. Marshall mau tanya aja."

"Jujur aja sama Tante."

"Tante masih di rumah sakit jagain temen Tante?"

"Nggak," jawab Aileen kelewat cepet, Marshall tidak menyadari nada berbohong itu.

"Tante pulang terakhir kapan?"

"..."

"..."

"Maaf, Tante." Marshall buru-buru menimpali. Ia juga menduga Aileen Adrea tidak akan menjawab pertanyaan kapan terakhir pulang dan Marshall yang pada akhirnya akan merasa berdosa karena melontarkan pertanyaan sensitif itu. "Marshall cuman nanya aja. Tante nggak perlu jawab kok."

"Beberapa bulan yang lalu." Nggak diduga Aileen merespon membuat Marshall kaget. "Udah beberapa bulan yang lalu Tante pulang lagi."

"Beberapa bulan? Dia di rumah sendirian, Tan."

"Ada Lara sama Petra, kalau kamu lupa..."

"Maaf Tante, tapi Anhara sama aja sendirian kalo teman yang Tante anggap itu mereka."

"..."

"..."

"Tante juga merasa bersalah, Shall. Tante benci sama diri Tante sendiri."

Marshall marah tapi ia percaya Aileen melakukan hal ini karena alasan yang kuat. Tapi dari semua alasan, nggak ada samsek yang masuk ke otak dan akalnya. Kenapa? Kenapa Anhara harus ditinggal sama duo maut itu?

"Marshall boleh benci sama Tante," kata Aileen.

"Marshall nggak mau benci, cuman Marshall bingung. Tante bilang sayang Anhara, tapi nyuruh Anhara sama orang lain, bukannya nyiksa dia?"

"..."

"Kalau Tante lupa, Anhara sayang banget sama keluarganya. Dia rela Tan buang kebahagiaanya," Marshall mengingat Kafka. "Adara buang kebahagiannya demi orang lain, yang mana orang lain itu keluarganya sendiri."

"Kalau yang kamu maksud orang lain itu; kamu, itu salah, Shall. Kamu bukan orang lain di lingkup hidupnya Anhara. Begitu juga dengan di hidup Tante," lanjut Aileen.

"Tapi Anhara nggak butuh Marshall, Tan..." lelah Marshall.

"Kalau gitu dia butuhnya siapa, Shall. Coba bilang sama Tante."

"Anhara itu butuhnya Tante Aileen sama Kafka."

"Anhara itu butuhnya kamu."

Marshall frustasi. Mau marah, melampiaskan, tapi nggak bisa.

"Maaf Tante bilang gini, tapi itu kenyataanya," ujar Aileen.

"Kenapa dia butuhnya Marshall Tante? Coba Tante jelasin, kenapa harus Marshall. Di saat ada Kafka yang bisa kasih Anhara segalanya."

"Beda, Shall. Kamu nggak bisa bandingin dua hal yang nggak bisa dibandingkan. Kafka itu ibarat rumah. Iya benar, Anhara butuh rumah. Tapi Kafka hanya rumah sementara di mana Anhara nggak bisa tinggal lama di sana. Beda sama kamu. Kamu itu tempatnya Anhara untuk pulang, tinggal dan menetap."

"Bisa kamu pahami maksud Tante, Shall?"

Marshall mengembuskan napas berat lalu mengeluarkan unek-uneknya selama ini. "Kalau Tante begini untuk Lara, Tante jahat."

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang