quīnquāgintā tres

6.1K 519 343
                                    



Dalam hitungan dua hari, semua berubah dengan cepat. Anhara mulai dipindahkan ke ruang rawat inap begitu juga dengan Kafka di satu ruangan yang sama.

Setelah Adara yang lebih dahulu sadar, dan saat itu kondisi Kafka menurun, Sera panik setengah mati tidak berhenti berdoa. Tapi bersyukur beberapa jam kemudian semuanya berubah. Kondisi Kafka mulai membaik dan stabil.

"Kamu pulang dulu aja, biar dia aku yang jaga."

Sera mendongak, menatap Mikail kaget. Apa dia bilang?

"Pulang dulu. Kamu kacau banget soalnya."

Sera masih memproses ucapan suaminya itu. Ia nggak salah dengar 'kan? Pria dingin ini menyuruhnya pulang? Itu artinya—

"Iya, Sera. Aku suruh kamu pulang dulu. Biar aku aja yang jaga Kafka dan Anhara."

Sera langsung berdiri, menubrukkan tubuhnya ke tubuh Mikail. Memeluk erat pria itu. Ia tau Mikail masih marah, setelah apa yang udah dilakukan Kafka dan Adara, Sera nggak bisa menyalahkan juga. Tapi ia lega akhirnya kalimat itu keluar, bentuk perhatian dan terbukanya Mikail meskipun menggunakan dirinya; menyuruh pulang— buat menyamarkan perhatiannya pada Adara.

Kafka dan Mikail memang selalu seperti itu kalau perhatian. Sukanya disamarin. Tidak ada bedanya.

"Makasih." Sera mengusap sudut matanya yang tiba-tiba basah. Yang mana sama Mikail diberi kecupan kecil di sudut mata itu untuk menghilangkan.

"Udah jangan nangis." Mikail menenangkan. "Kamu pulang dulu, nanti ke sini lagi boleh. Biar aku yang jaga. Lagian kamu harus ke Erlang."

"Iya..." Sera mengangguk. "Aku pulang dulu. Sekalian siapin buat dibawa ke sini."

"Iya." Mikail tersenyum. Tipis. Sambil mengusap puncak kepala Sera.

Sera sendiri mundur dari pelukan Mikail dan wajah sedihnya kemudian hilang, berganti cengiran isengnya. "Mikail..."

"Apa?"

"Kamu akan jadi kakek nanti."

Mikail nggak kuasa buat tertawa lirih. "Masih lama, Sera."

"Bentar lagi itu."

Mikail senyum. "Iya."

Sera mengembuskan napas keras. "Tapi kamu... nggak marah 'kan?"

Ganti Mikail yang berubah jadi heran. "Marah buat apa lagi? Semua udah kejadian. Sekarang kita perlu doa yang baik buat Anhara dan Kafka."

"Iya..." Sera senyum. "Aku selalu doa buat mereka."

"Yaudah, sana pulang dulu. Jangan lupa sarapan."

"Siap, Kakek Mikail." Sera nyengir lalu pergi dengan senyum dan gelengan dari suaminya.

" Sera nyengir lalu pergi dengan senyum dan gelengan dari suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang