quadrāgintā quattuor

3.8K 382 482
                                    




Bali.

Sudah dua minggu berlalu dan semua seperti terakhir kali.

Adara dan Kafka tidak lagi seperti dulu.

Cowok itu menyibukkan diri pada kerjaan dan kuliahnya yang akan selesai. Sedangkan Adara: ngampus dan kerja lagi ikut Eve —Ya tentu aja awalnya Sera menolak takut Adara kenapa-kenapa. Tapi setelah Adara menjelaskan bisa bagi waktu dengan baik dan ia juga butuh pemasukan sendiri, meskipun Kafka tetap mengirim uang dengan jumlah nggak masuk akal dalam rekeningnya, tetep aja Sera nggak nerima itu. Sampai Adara bilang, kalau ia sangat butuh udara luar biar nggak stress. Dan akhirnya Sera menyetujui meskipun harus pake sopir untuk antar jemput.

"Adara makan dulu, Sayang."

Ya Adara, kamu butuh makan buat jalanin hari yang berat ke depannya. Berat badannya selama ini turun drastis. Dulu Kafka mengingatkan jangan lupa makan. Tapi sekarang nggak mungkin hal itu terjadi.

Kafka di mana sekarang aja, Adara nggak tau...

"Sekarang kamu makan yang cukup, terus minum vitamin juga. Itu bentuknya sirup jadi kamu bisa minum sendiri." Sera mengusap kepala Adara sayang.

Sirup bukan tablet... "Iya, Ma."

"Besok udah harus balik, ya?"

"Iya." Adara bersyukur bisa ke Bali tanpa sembunyi-sembunyi. Ini kan tujuannya? Itu pun kalau ia bisa kembali ke kampus tidak dalam kondisi tewas.

"Adara, Mama sebenernya nolak lho, kamu ke Bali." Sera menatap serius. "Mending kamu di apartemen selama akhir pekan. Tapi karena kamu mau banget, jadi Mama turutin. Tapi masih inget kan, pesan Mama ke kamu apa?"

Adara mengangguk ragu. Yeah ia ke sini nggak gampang. Butuh keberanian ngehadap Sera, menebalkan muka juga. Ya gimana lagi, ini semua kan demi Lara.

"Iya, aku di villa ini terus kok, nggak kemana-mana..." Adara senyum.

"Kalau kamu mau pergi ke pantai, atau cafe atau manapun gapapa, tapi sama Mama ya? Mama mau kok diajakin kamu main."

"Iya." Adara senyum disusul anggukan paham Sera.

Soal Lara, Adara udah mencoba mengubungi sejak dua minggu yang lalu. Tapi nihil, Lara hilang. Adara sampai bertanya-tanya. Kemana kakaknya itu.

Ingat soal itu, Adara akhirnya mengirim pesan lagi.

Adara
Jadi bertemu? Aku besok harus pulang
Aku ngga ada alasan bisa lama di Bali kalau kita ngga ketemu sekarang

Lara
Baca email lo

Adara mengecek emailnya. Janjian pukul lima sore. Lokasi masih dirahasiakan.

Oke, Adara. Lo harus berani. Adara menyemangati dirinya sendiri, sampai suara langkah kaki dan sapaan membuat Adara menoleh.

"Mama, Kak Adara."

Adara menoleh, menatap Athena yang baru muncul dengan senyum canggung yang jarang menghias bibirnya. Perempuan itu tampak beda auranya, Adara jadi bertanya-tanya. "Athena?"

"Kak, kangen banget sama kamu." Athena mendekat, memeluk Mama dan Adara.

"Kamu sampai jam berapa tadi?" tanya Sera.

"Satu jam yang lalu. Mau telfon Mama tapi buat kejutan aja. Papa mana?"

"Tadi lagi di ruang kerjanya."

Villa di kediaman Sera di Bali luas. Terdapat hamparan lahan yang di tengahnya terdapat satu rumah utama, kolam renang di bagian belakang, sebuah garasi di dekat gerbang utama sebelah kanan, dengan rumah ukuran lebih kecil yang sebenarnya nggak kecil karena difungsikan untuk tempat bersantai dan berkumpul dengan ormamen batu dan kayu lengkap dengan tempat menonton film dan dapur—di mana Adara berada sekarang—dinding sebagian dari kaca, yang kini window blind-nya terbuka, menampilkan seluruh kediaman itu.

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang