vīgintī ūnus

8.4K 635 1.6K
                                    


Beberapa bulan kemudian...

"Eh, itu dia ya?"

"Eh, iya-iya."

"Coba panggil."

"Lo aja yang panggil."

"Anhara!"

Suara yang memanggilnya semangat membuat perempuan berambut sebahu dengan kemeja berwarna biru lengan panjang dan celana jeans serta tas canvas di bahunya itu menoleh.

"Vi—Violet?" heran Anhara.

"Hai!" Violet mendekat bersamaan dengan perempuan yang Anhara tau selalu bersama Violet. "Gila ketemu di deket parkiran gini dong, beb!"

"Baru nyampe Beb?" tambah Violet lagi,

Alis Anhara naik sebelah. "Ya menurut lo gimana?"

"Baru aja kayaknya." Violet tertawa. "Eh iya kenalin temen gue, Salma." Violet mengenalkan pada Anhara yang tidak merespon apa-apa. "Dan Salma ini temen gue namanya Anhara—"

"Adara," Perempuan itu mengoreksi. "Nama gue Adara. Bukan Anhara."

Violet ingat saat OSPEK Anhara menggunakan nama Adara untuk perkenalan bukan Anhara. Kenapa?

"Hai, gue Salma."

Adara mengangguk kecil tanpa menjulurkan tangan, dan Salma yang sadar, berinisiatif pertama kali. "Adara." Adara akhirnya balik menjabat.

"Nah gini kan enak," Violet senyum. "Oh ya Beb, lo masih main sama temen-temen lo itu nggak?" tanyanya antusias.

Teman yang mana ya? Adara merasa tidak punya teman setelah beberapa bulan yang lalu. Marshall hilang, Gan sudah pindah ke Atlanta, teman-teman perempuannya yang hanya untuk main udah pergi dari hidup Adara sedangkan Kaf— udah kan dua itu aja nggak ada lagi.

Jadi ia sendiri sejak beberapa bulan yang lalu.

"Kok bengong si, Beb. Oh iyaaa, lo nggak mau pergi ke mana gitu? Malem ini?"

"Gue nggak tau," Adara bingung juga. "Kayaknya mau di rumah aja si."

Violet berkata. "Asli lo nggak asik banget sekarang. Ayo si main, yuk? Nggak rame nggak ada elo."

"Nggak rame nggak ada gue?" Anhara pura-pura berpikir. "Maksud kalimat lo gimana? Emang gue pernah main bareng sama lo?"

"Kaku banget si Beeeeb." Violet menepuk bahu Anhara bercanda. "Ya nggak rame gitu, lho. Dulu kan lumayan sering lo sama gue di bar bareng."

"Iya, ikutan aja. Kapan lagi kan." Salma menyaut dengan hangat meskipun rada ngeri juga karena Adara ini nggak ada halus-halusnya kalau bicara. Salma jadi heran kenapa Violet mau deket ya? Pasti ada sesuatu yang menarik dari Adara yang Salma tidak seberapa tau.

Tapi sekali lihat Salma tau semua tentang Adara memang menarik. Wajah cantik perempuan itu meskipun tanpa polesan make up, dan pakaian yang simple tapi Salma tau semua itu berharga tinggi.

"Tuh kan!" Violet semangat. "Salma aja bilang ikutan."

"Nanti gue kabarin deh." Anhara udah pengang mau segera masuk kelas.

"Sip!" Violet mengacungkan jempol. "Gue tunggu ya. Seneng deh gue! Sampai semua ngomongin elo. Katanya lo sombong. Padahal mah engga ya..." Violet rada ragu bicara ini. "Yakan?"

Adara mengembuskan napas keras. Iya, ia tahu. Selama ospek ia menutup diri, berkenalan sama yang lain juga sekenanya. Adara lebih menarik diri. Dan sekarang ia kemana-mana sendiri.

Tapi Anhara tidak peduli.

"Apalagi temen SMA lo yang lanjut di sini juga. Lo nggak nyapa kalo ketemu."

Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang