ūndecim

7.3K 755 2.5K
                                    




"Marshall..."

Anhara merasa kepalanya mau pecah. Cewek itu akhirnya bangun dengan mata menyipit-nyipit karena cahaya matahari disertai erangan karena badannya terasa luar biasa capek.

Dengan nyawa belum lengkap ia membuka mata pelan-pelan dan langsung diam seketika.

Bentar deh. Anhara cengo liat depan. Ini dimana anjrit?!

Ia noleh kanan-kiri dan menyadari kalau lagi di kamar... Kafka?

What?!

Anhara menepuk pipinya. Dan sadar ini nggak mimpi.

"Kok gue di sini si... Wah-wah, gak bener nih gue."

Perempuan itu beranjak hingga selimutnya jatuh ke lantai dan ia mencari tumpuhan karena kepalanya terasa muter-muter dan saat udah enakan, Anhara berdiri tegap dan baru menyadari, di balik selimut tadi ia tanpa apa-apa.

Siapa yang lepasin?!

Cewek itu misuh-misuh dan langsung menggunakan kaus yang disiapkan di atas nakas, tapi kaus itu nggak menutupi setengah pahanya.

Anhara kini mencari ponselnya tapi nggak ketemu. Masih bingung dan kesel, Anhara muter kayak orang bingung di kamar luas itu. Sampai Anhara duduk di sofa bench depan ranjang karena capek. Ia meneliti kamar itu; nggak ada yang berubah. Bahkan tatanan vas yang terakhir ia beri bunga juga masih di sudut yang sama. Bunga dari Anhara buat nemenin Kafka saat mengerjakan tugas kantor atau kuliah, biar Kafka juga inget kalau ada dirinya.

Hehe, najis banget gue. Anhara mengusap wajah. Yaudah si ya, Anhara meringis sadar diri kalau agak alay. Kan Kafka malem itu seneng-seneng aja meskipun wajahnya datar banget waktu dapet bunga.

Terus gue ngapain ya?

Anhara menuju pintu dengan jantung deg-degan, nyembulin dikit kepalanya untuk mengintip dan menyadari tempat itu sepi selama lima menit.

Kemana Kafka?

Anhara melangkahkan kaki telanjangnya menuju dapur. Lama ia di sana sampai sadar kalau ia sendirian. Sesekali meringis ingat kilasan semalam. Saat Kafka—

Sialan. Kafka sialan.

Getaran di kitchen island bikin Anhara sadar kalau ponselnya berada di sana. Diambilnya benda itu mendapati nama seseorang.

Gan
Ra, ini jadi gue bakar?

Anhara milih menelfon biar puas ngomelnya. "Gan?"

"Hey?"

"Belum lo bakar juga?"

"Belom..."

"Kok belooom?"

"Sibuk gue."

"Udah si bakar aja buruan," kesal Anhara.

"Beneran?"

"Iya...Buruan lo bakar..."

"Semuanya?"

"Iyaaaaa."

"Bener ni semuanya?"

"Iya, Gaaan. Buset, dah."

Lalu pertanyaan selanjutnya dari cowok itu membuat Anhara terdiam. "Foto Kalingga sama baju anak kecil ini juga dibakar? Emang ini bajunya siapa si? Kok gemes banget motifnya?"


 "Foto Kalingga sama baju anak kecil ini juga dibakar? Emang ini bajunya siapa si? Kok gemes banget motifnya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Changed 2 | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang