EU;4

4.5K 288 3
                                    

Sepulang sekolah bahkan tanpa mengganti baju seragam, Nana langsung saja menjadi tamu dadakan dirumah Arka. Seperti memberi warna baru, semangat hidupnya seakan bertambah sejak Nana mengenal seorang Arka. Walau seminggu berlalu Arka masih judes dan sarkas, Nana tidak pernah merasa tersinggung. Atau mungkin belum.

"Hai calon mertua!" Intan tertawa lalu memeluk Nana sejenak

"Kamu datang di waktu yang tepat Nana" komentar Intan dengan kedua jempol terangkat

"Iya tante, aku memang sudah di takdirkan jadi pasangan hidupnya Arka" mereka berdua kembali tertawa.

"Bukan, maksud tante kan sekarang tante mau pergi arisan, jadinya Arka sendiri tuh di dalam. Eh, ngak sendiri sih ada Elina" mata Nana nampak berbinar seperti singa yang diberi daging. Kesempatan emas sedang berada di depan mata.

"Yaudah tante pergi gak pulang-pulang juga gak papa"

"Kamu nih bisa aja, sana gih masuk. tante juga mau pergi. Tapi jangan macem-macem sama anak tante loh ya" Nana cengengesan, memang seharusnya Arka yang di khawatirkan akan sikap bar-bar Nana yang sudah tidak tertolong.

"Iya tante aku cuma satu macam"

✨✨✨

"sore Arka!" Suara Nana yang menggema hingga ke seluruh penjuru rumah mengangetkan Arka, tapi pria itu memilih diam saja. Gadis ini semakin berani keluar masuk rumahnya seakan ia adalah pemilik rumah. Arka tidak suka tapi malas ikut campur.

"Eh ada kak elina ternyata" Elina. Kakak kedua Arka melambaikan tangan sebagai sapaan karna sedang memakai masker di wajahnya.

"Arka apa kabar hari ini?" pertanyaan rutin itu lagi, setiap hari dimana pun bertemu, Nana pasti akan menanyakan kabarnya dan jawaban Arka pun masih sama

"Buruk, gara-gara liat muka lo." saat Elina justru memukul bahu adiknya, Nana justru tertawa sampai sudut matanya berair. Dia suka mendengar suara Arka apapun kalimat yang keluar dari bibir pria itu.

"Jadi gimana? udah suka belum sama aku?" semua orang mungkin bisa menganggap Nana bercanda gila dan tidak serius, tapi walau caranya bertanya selalu riang bagai melempar lelucon, nyatanya nana tidak pernah main-main.

Dia suka Arka

Suka dalam jenis yang sebenarnya

Ia mau Arka jadi miliknya

Walau Arka nampaknya tidak menginginkan hal yang sama. Tapi tidak apa-apa karna Nana sanggup dan bersedia berjuang sendirian

"NGAK" satu kata pendek lalu Arka memilih beranjak ke kamarnya.

Elina yang paham kemudian menepuk puncak kepala Nana mengisyaratkan untuk sabar-sabar menghadapi Arka yang sejak masih menjadi janin memang sudah judes dan galak.

"Kalo Arka gitu terus gimana caranya mau dapat pacar" sebenarnya Elina sedang tidak bisa bicara karna takut maskernya retak, tapi untuk Nana maka akan ia usahakan.

"Arka pernah pacaran, dua kali" kata Elina susah payah, ia mengangkat jarinya menunjukkan angka dua dengan jari.

Nana yang tadi bersandar menegakkan punggungnya seketika

"Serius?" Elina mengangguk membiarkan Nana naik ke lantai dua dan mengetuk pintu kamar Arka secara tidak sabaran.

Arka yang berada dalam kamar berdecak, merutuki mama dan semua orang rumahnya karna dengan senang hati dan penuh ke ikhlasan membebaskan Nana berkeliaran di dalam rumah ini. Kalau ayahnya ada Arka pasti bisa mengadu

"Apaan sih lo! mau bikin pintu gue roboh?" Nana mengabaikan wajah marah Arka

"Kata kak Elina kamu dulu pernah punya pacar" Arka berdesis, kakaknya yang satu itu memang tidak bisa diandalkan, dan kenapa pula cewek ini? Memangnya Arka manusia batu tidak punya ketertarikan terhadap lawan jenis? Tentu saja pengecualian Nana

"Jawab dong kak" Nana menarik bagian depan kaos Arka namun segera di tepis lelaki itu.

"Emang kenapa, masalah buat lo?" walau lebih sering dirumah, Arka sadar dia tampan dan meski begitu, bukan berarti dia punya hidup yang hambar dan tidak merasakan apa itu pacaran. Walau berakhir buruk

"Kok bisa?" Nana kira, siapa yang akan tahan dengan sikap Arka yang begini?

"Maksud lo?" Arka tersinggung, egonya sebagai laki-laki terpancing

"Ya giman__

"Lo gak usah ikut campur urusan gue lah, kayak gak punya kerjaan lain aja. Lo urus urusan lo sendiri gue juga urus urusan gue sendiri" Arka membanting pintu tepat dihadapan muka Nana yang sudah agak memerah karna menahan kesal

"Oke kak Arka, aku minta maaf kalau kesannya aku ikut campur. Kalau gitu aku pulang dulu" namun Nana masih meminta maaf, mungkin saja memang ia terlalu ingin tau urusan Arka sementara di dunia ini memang tidak satu pun orang senang jika urusannya di campuri.

Arka kembali menghela nafas, sudah berapa kali memberikan serangan pada bocah bernama Nana ini. Tapi tetap saja ia muncul. Tidak menyerah dan selalu saja datang di hari berikutnya.

Elina kemudian masuk, wajahnya sudah tidak di lumuri masker bengkoang lagi.

"Ketok dulu kali, kebiasaan!" Elina berjalan menuju adik songongnya

"Pala lo gue ketok, mau?" Arka berdecak

"Kasar banget sih lo jadi cowok" selain di beri kebebasan di rumah ini, Nana juga sudah mengambil alih kepercayaan dan simpati semua orang rumah.  Arka jadi tambah gedek

"Biarin" jawabnya cuek

"Pantes sampe sekarang masih jomblo" Arka tidak peduli, ia tetap menatap layar laptopnya. Menonton percy jackson yang kalau kata Ara benar-benar seru dan bagus.

Sementara Elina terus saja mengoceh panjang lebar soal bagaimana cara menghargai perempuan.

"Lo denger gue ngomong gak sih?"

"Enggak" Elina mengepalkan tangan, berusaha menyabarkan diri dengan mengatur nafasnya.

Inhale...

Exhale...

"Hargai selagi ada, penyesalan datangnya belakangan, bahagiakan selagi sempat" lalu kakak perempuannya itu keluar tanpa pamit

"Sok bijak, hubungan sendiri aja ambyar" Arka berdesis, mengingat kisah percintaan kakaknya pun tidak ada yang beres, tapi sok-sokan menasehati. Dasar manusia pandai mencari solusi masalah orang lain tapi masalah sendiri tidak bisa di bereskan.

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang