Mengetahui Arka pernah pacaran membuat pikiran nana stuck pada satu topik itu.
Bagaimana caranya Arka mengajak seseorang pacaran? lalu bagaimana pula gaya pacaran pria judes galak dan sarkas seperti Arka?
"Nana! ayo makan siang, capek ibu teriakin kamu" Nana memutar bola matanya, padahal ia tidak pernah minta ibunya itu untuk teriak-teriak seperti setiap harinya. Nana juga salah, masih saja bertingkah seperti anak kecil yang kalau makan harus selalu diingatkan.
"Nana! kalo kamu sakit ibu yang repot!" Nana menghela nafas, bangkit dari kasurnya yang super nyaman dan tidurable
"Kebiasaan" kata ibunya saat mendapati Nana baru turun makan siang di jam tiga sore. Rissa patut khawatir, karna putri tunggalnya itu memiliki imun yang lemah, mudah sakit dan tentu tidak ada ibu yang senang jika anaknya sakit. Dari dulu Nana memang mudah terserang penyakit, berbanding terbalik dengan sikapnya yang ceria, Nana kena hujan semenit saja besoknya pasti demam.
"Bu, Arka kemana ya? Kok gak keliatan dari tadi pagi" jujur saja, kadang Rissa tidak enak dengan Arka karna putrinya ini kentara sekali sedang mengejar-ngejar Arka, menggunakan cara berlebihan pula.
"Jadi kamu gak keluar-keluar kamar karna gak ada arka?" tanya Bagas sang ayah yang tumben-tumbenan sudah ada dirumah sore hari.
Nana mengangguk lesu, mengaduk-aduk nasi diatas piringnya sembari menopang dagu.
"Pindah kali, capek dia sama kamu" Nana mendelik tidak suka, ibunya itu cocok jika jadi ibunya Arka. Sama-sama judes, sama-sama sarkas.
"Jangan gitu dong bu" Bagas membelai kepala putrinya.
"Kasi tau tuh yah istrinya" Rissa cuek bebek, mengambilkan lauk untuk putrinya, Nana yang sengaja menunda makan dan suaminya bagas yang sengaja menunggu Nana untuk makan sama-sama. Kadang Rissa hanya mampu geleng-geleng kepala untuk suami dan anaknya yang senang sekali membuat dirinya harus teriak.
✨✨✨
Nana sengaja duduk di teras rumahnya menunggu Arka kembali, sebenarnya ada banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya. Namun harus ia telan bulat-bulat karna khawatir membuat Arka tambah tidak nyaman, tapi untuk keberadaannya akan ia buat Arka merasa nyaman.
Motor yang sudah sangat Nana hafal berhenti tepat didepan rumah Arka, langsung saja Nana berlari keluar rumah.
"Hai kak Arka, apa kabar hari ini?" senyum Nana cerah sekali, lebih cerah dari bulan diatas langit.
Arka tidak menggubris, ia bergeming menunggu bi Minah membuka pagar seperti biasa. Ia terlalu lelah hari ini, tugas kampus yang menumpuk membuatnya terpaksa harus tinggal lebih lama di kampus.
"Kok diem aja sih, capek banget ya?" walau jawabannya selalu sama, tapi Arka tidak pernah diam jika nana mengucapkan "apa kabar" yang sama setiap hari.
"Berisik, minggir lo" bi Minah sampai terkejut mendengar betapa dinginnya suara Arka.
"Kalau---
"Gue bilang minggir ya minggir! lo tuli?!" suaranya naik beberapa oktaf dan Nana sukses terpana, tidak ada orang dalam hidup Nana yang pernah membentaknya seperti yang baru saja Arka lakukan. Ayahnya tidak pernah meninggikan suaranya walau satu oktaf, ibunya walau cerewet tidak pernah membentak Nana seperti cara Arka.
Nana menyingkir tanpa kata dan Arka berlalu tanpa memperpanjang kalimatnya. Bi Minah mendekati Nana yang nampak syok. Walau Arka galak, bentakan tadi tentu belum pernah di lihat Nana sebelumnya.
"Sabar dek, mungkin mas Arkanya lagi capek" kata wanita tua itu dengan elusan lembut di bahu Nana
Memaksakan senyum, Nana mengangguk lalu pamit seadanya. Padahal ia menunggu Arka hampir tiga jam. Bertanya dalam hati kira-kira apa yang Arka lakukan atau sudahkah dia makan atau belum. Tapi tidak papa, mungkin Arka memang sedang lelah.
✨✨✨
Sampai di dalam rumah, Arka sedang menuang air kedalam gelas di tangannya langsung saja bi Minah hampiri, majikannya yang sudah ia anggap anaknya itu.
"Mas Arka jangan kasar-kasar dong, kasian Nana jadi sedih" Arka menghela nafas, menghabiskan air dalam gelasnya terlebih dahulu.
"Abis dia ngapain kepo banget" jawab Arka dengan nada biasa, karna walau judes dan galak, Arka tetap punya etika bagaimana cara bicara dengan orang tua.
"Ya biasa aja atuh jawabnya, besok minta maaf" Bi Minah sudah seperti ibu bagi Arka karna telah bersama keluarga ini bahkan sebelum Arka lahir menyapa dunia, maka Arka sering pula menuruti apa yang bi Minah bilang atau nasehat apa yang bi Minah berikan. Pada dasarnya, Arka adalah anak yang baik di mata keluarga dan orang-orang yang mengenal Arka dengan dekat
"Iya" tapi untuk yang satu ini, ego Arka yang mendapatkan kemenangan. Menapa dia harus meminta maaf sementara dirinyalah yang terusik? Nana yang terlalu ingin tau urusan Arka dan memaksa masuk kedalam hidupnya yang ketat akan seleksi.
Arka sudah bersikap bagaimana layaknya diri sendiri, ia punya pikiran simple dan gampang untuk di lakukan. Jika ingin berteman ya silahkan jika tahan, kalau tidak pun semua bebas pergi. Arka punya wajah untuk masing-masing orang di hidupnya dan sikapnya barusan adalah wajahnya untuk Nana, tidak suka boleh pergi, sanggup silahkan bertahan.
Bye bye...
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?