EU;15

3.4K 193 0
                                    

Tadinya, Arka cuma sekedar asal bicara saat ia bilang pada Nana kalau ia marah. Ia tidak bermaksud apa-apa soal itu. Tapi yang ia temukan sekarang adalah Nana yang menanggapi itu serius sampai-sampai ia mendatangi Arka di kampus

Arka ingin sekali mengatai Nana gila

"Jangan marah dong kak, aku minta maaf" katanya, padahal dari sisi mana pun di pandang, tetap saja Arka yang sebenarnya salah.

Di depan pintu kantin, ramai tidak tapi sepi juga tidak. Masih ada beberapa orang, masih ada beberapa kelas. Arka niatnya ingin makan dulu sebelum pulang tapi tertunda karna tiba-tiba saja Nana muncul di hadapannya.

"Gue gak marah" kata Arka akhirnya, menghela nafas lelah. Kenapa dari sekian banyaknya manusia kenapa harus Nana yang ia temui?

"Tapi tadi katanya kamu marah" wajah polos Nana serta matanya yang menatap Arka polos berusaha Arka jadikan alasan untuk menahan diri

"Dan lo percaya? kalo bego tuh jangan bego-bego banget lah" tapi sayangnya Arka tidak bisa menahan diri terlalu lama. Nana harus di perlihatkan bagaimana Arka sama sekali tidak suka pada gadis itu. Arka mau ketenangannya kembali

Dan Nana menanggapi itu dengan menangis, ia susah payah agar bisa sampai sini. Sempat nyasar juga tapi Arka malah mengatainya begini.

"Jangan nangis disini dong" kata Arka setengah panik, gawat kalau anak kampus yang lain liat. Arka tidak sedang ingin jadi bahan ghibah.

"Gue gak marah" Nana sedang berusaha meredakan tangis, mungkin efek datang bulan. Ia sedikit emosional. Apa-apa nangis, hal kecil saja nangis.

Arka memeluk Nana dengan setengah hati, ia bisa di sangka orang jahat gara-gara membuat Nana nangis disini padahal alasannya adalah hal remeh. Nana memang berbakat membuat kesabaran Arka teruji

"Arka" Arka hafal suara itu, suara tersumbang kedua setelah suara ara. Refleks arka melepaskan nana yang baru saja membalas pelukannya

" Nana, kenapa kok nangis? diapain kamu sama Arka? biar aku getok palanya"  Ara memegangi bahu Nana yang tambah nangis karna Arka menghempaskan tubuhnya begitu saja. Padahal itu pertama kali Arka memeluknya

" Lo kenal?" seorang di samping Ara yang Nana tidak tau siapa bertanya- Ara mengangguk menjawab itu

"kampret lo berdua, rahasiain pacarnya Arka" perempuan tadi memasang wajah marah.

"Biji mata kau pacar!"  tentu saja,Arka tidak akan terima. Di tolak sekian kali mungkin Nana sudah mulai terbiasa tapi mendengar itu diucapkan Arka di depan orang lain sakit juga.

"Terus ini siapa?"

"calon masa depan Arka" kata Ara membuat perempuan itu makin bingung, lalu Nana sedang berada di posisi macam apa? niatnya datang kesini untuk minta maaf bukan untuk mendengar perdebatan apakah dia pacar Arka atau bukan. Tapi kalau boleh Nana bersedia mengaminkan dalam hati.

"Kamu diapain nana?"  Nana belum sanggup menjawab, salah jawab sedikit nanti Arka tambah marah.

"Lo habis lecehin anak orang ya?" perempuan tadi mengadu kesakitan saat Arka dengan tega memukul kepalanya dengan ponsel.

"Kalo ngomong mikir!" kata Arka kemudian, nada pria itu kentara sekali sudah jengah.

"Terus kamu kenapa?"

"Arka marah sama aku" lelah mendengar Ara bertanya, Nana menjawab seadanya.

"Marah kenapa lo ka?"  Arka menghela nafas, satu lagi drama tai kucing yang harus ia hadapi.

"Gue gak marah, dia aja yang lebay" mendengar itu Nana tambah nangis, Ara dan satu lagi temannya terlihat panik.

"Eh lo kalo ngomong biasa aja dong" Nana melihat bahu Arka di tepuk kencang.

"Tau,.ntar dia ninggalin lo mampus lo!" Arka hanya mendengus lalu meninggalkan ketiganya menuju kantin. Sudah hanya begitu, jadi Nana kesini untuk kemudian menjadi sia-sia?

****

Ara mengajak Nana untuk jalan-jalan sebentar di sekitar kampus bersama orang yang bernama Nadia. Dia orang yang cukup ramah dan cukup membuat Nana sedikit lupa bahwa tadinya dia sedang sedih.

Arka?

Pria itu sama sekali tidak muncul bahkan hingga Nana sudah tiba dirumah, untungnya ada Nadia yang mau menemani Nana menunggu taksi

Dasar Arka pria berhati batu!

Kenapa Arka tidak bisa menganggap Nana seperti Ara atau Nadia? Mereka terlihat dekat. Kenapa pada Nana, Arka itu seperti singa? Bisa terlihat tenang bisa tidak ingin di ganggu bisa buas bisa juga tidak peduli.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam saat Nana memandang Arka yang baru sampai di rumahnya. Sepertinya kuliah Arka memang sedang sibuk-sibuknya. Nana berlari begitu cepat bahkan tidak memedulikan Rissa yang menegurnya. Ia harus cepat sebelum Arka masuk ke rumahnya.

"Arka" Arka yang sedang berusaha memasukkan motornya kedalam rumah menoleh sekilas. Tidak perlu diberi tahu Arka sudah hafal orang yang selalu memanggil namanya begitu kencang hanyalah Nana seorang.

Gadis itu aneh, kadang panggil 'kakak' kadang juga cuma 'arka'

"Ka, kamu masih marah?" Arka menghela nafas. Masih membahas topik yang sama rupanya

"Gue udah bilang, gue gak marah"  Nana melebarkan senyumnya

"Malo gitu besok malam temenin aku yuk kak?"

Males banget, mau ngapain.

"Gue sibuk" Arka menjawab pendek, siap melanjutkan aktifitas memasukkan motor tapi Nana kembali menahan.

"Apalagi?"

"sekali ini aja plis Ma, temen aku ulang tahun__

"Kalau temen lo ulang tahun hubungannya sama gue apa? lo kenapa suka banget sih nyusahin gue?!".nada suara Arka sudah agak meninggi, malam-malam begini jangan sampai Arka menganggu ketenangan tetangga lain.

"Aku udah janji mau kenalin kamu ke teman-teman aku" Arka tidak habis pikir, memang untuk apa ia dikenalkan? memangnya dia siapanya Nana.

"Kalo kamu gak dateng, ntar aku bisa di ejekin sama mereka. Mereka pasti bakal ngelakuin apa aja kak. Plis ya bentar aja" Arka juga tidak tau, sebenarnya Nana ini sekolah di tempat macam apa?

"Gue bilang gue sibuk" Arka kemudian benar-benar masuk, terlalu banyak hal yang lebih penting yang bisa ia urusi selain Nana. Lagi pula Arka sudah janji untuk menjauhi Nana. Itu harus terwujud.

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang