Nana tau bahwa, ada banyak hal yang tidak terduga di dunia ini. Beberapa bahkan datang tanpa perlu dicari, di tunggu atau bahkan di harapkan untuk terjadi. Tapi mungkin ada sedikit perbedaan, Nana pernah berharap ini terjadi sebelum perasaannya lebih dulu sadar akan realita.
Tapi takdir jelas punya jalannya sendiri.
Nana sekali lagi mencoba mengelak tapi fakta jelas terpampang di hadapannya, bahwa dia memang telah di terima di kampus yang sama dengan Ara. Sekaligus Arka
Bagian terakhir membuat Nana agak khawatir
Tapi kampus itu pasti sangat luas dan tidak mungkin ada Arka di setiap penjurunya. Nana hanya perlu tak terlihat dan semua menjadi tenang.
Bagas menjadi orang pertama yang Nana beritahu dan sudah dapat di tebak Bagas senang bahkan berlebihan
"Anak ayah udah pasti lulus dimana juga" kata Bagas berbangga diri. Di samping itu, Rissa membuatkan menu spesial di makan malam kali ini dengan dalih ingin merayakan suksesnya Nana masuk universitas. padahal Nana baru lolos tahap pertama belum tahap-tahap selanjutnya. Tapi melihat bagaimana orang tuanya senang, Nana ikut berbahagia dengan itu. Maka seharusnya lupakan saja ketakutan-ketakutan tidak penting yang membuat Nana merasa mengeluarkan banyak tenaga secara sia-sia karna terus saja memikirkan itu.
"Bu, emang gak lebay apa masakannya?" Nana juga ikut membantu menata meja makan. Karna Nana tidak mahir masak jadi sebaiknya tidak usah coba-coba apalagi partnernya Rissa
"Ya enggak dong" meja makan nyaris terisi penuh dengan serba-serbi masakan Rissa
"Tapi nanti gak habis, mubasir" sambung Nana lagi
Bagas bergabung setelah memberi makan hewan peliharaan yang kebetulan baru-baru ini Bagas beli atas rayuan teman
Seekor burung yang Nana tidak tau jenisnya apa karna sebenarnya Nana juga tidak peduli, tapi burungnya cantik warna bulunya bagus.
"Pasti habis, kan yang mau makan banyak" kata Bagas mencomot satu pisang goreng keju yang Rissa buat sore tadi.
"Banyak gimana kan kita cuma bertiga" tepat setelah Nana mengatakannya, bel pintu berbunyi.
"Salah, ayah sama ibu udah ajak Arka sama keluarganya" dan kata Bagas barusan seakan memberi efek serangan jantung kecil untuk Nana
"Hah?" respon Nana cepat, mungkin saja dia salah dengar atau Bagas cara bicara
"Gak usah hah, sana buka pintu" tegur Rissa mendorong pelan bahu Nana untuk cepat membuka pintu
"Kok ada dia sih? Ini kan harusnya untuk keluarga aja" Nana masih protes
Arka siapa! kenapa harus diajak! kenapa sih tidak ada yang paham dengan hati Nana!
"Ya liat aja nanti, siapa tau Arka sama keluarganya sekalian mau ngelamar" Bagas menikmati ekspresi anaknya sambil tertawa
***
"Nana apa kabar?" tentu saja Intan yang kepribadiannya hampir sama dengan Nana- menyambut lebih dulu memberi pelukan seakan Nana sangat jauh dari rumah mereka dan mereka tidak bertetangga
"Baik tante, maaf buka pintunya lama."
"Oh gak papa sayang" Nana melirik kearah Arka sekilas lalu pada Elina yang melambaikan tangan lalu mendorong Arka dengan tidak santai
Dalam hati Arka menggerutu, inilah alasan kenapa ia malas jalan dengan Elina mamanya lalu dengan keduanya. Karna Arka pasti jadi bahan bully. Tapi yang satu ini, Arka tidak bisa dan tidak mau melewatkan karna itu berarti ia akan bertemu Nana. Sebut saja Arka terkena karma
"Na, gue beliin kue buat lo selamat ya di terima di universitas keren" Nana menerima kue itu dengan senang, lalu mempersilahkan semuanya untuk masuk tanpa menyapa Arka sama sekali.
Arka kesal, tapi yang lebih kesalnya lagi Arka sama sekali tidak tau Nana diterima di kampus mana. Karna gadis itu selalu menghindar setiap kali Arka tanya, selalu tidak menanggapi setiap pesan yang Arka kirim. Nana memang yang paling pandai dan paling berani dalam hal menguji kesabaran seorang Arka
"Masuk-masuk, Udah lama gak makan se-rame ini" Antuasiasme Bagas di sambut Elina dan Intan. Arka yang sejak tadi memerhatikan gerak-gerik Nana di kursinya mengabaikan sekitar yang riuh padahal tidak begitu banyak orang.
Makan malam di mulai dengan heboh, Bagas Rissa Intan dan Elina benar-benar menikmati makan malam ini sampai Nana rasanya tidak tau mereka bahas apa. Belum lagi Rissa yang mengisi piring Nana dengan banyak nasi membuat Nana mau tidak mau harus menghabiskannya atau Rissa akan mengamuk. Nana tau dia sengaja
"Na, lo ambil jurusan apa?" Elina membuka percakapan baru, sementara Nana dengan susah payah menghabiskan makanan di piringnya
"Arsitektur kak" Elina tepuk tangan, dan dapat Nana lihat ekspresi sombong Bagas seakan menjelaskan "anak gua gituloh"!
"Dimana?" bersamaan dengan itu, meja makan menjadi hening hanya karna kata dimana dari Arka
Nana juga bungkam, belum siap sama sekali membagi informasi pada Arka yang akhir-akhir ini memang terlalu ingin tau urusan Nana
"di universitas yang sama kayak kamu" tapi Rissa memang tidak akan pernah memudahkan urusan Nana jika itu berkaitan dengan Arka. Karna justru Rissa lah yang menjadikan Arka akhirnya tau.
"Saya udah selesai makan, om Bagas saya bisa pinjam Nana sebentar?" Nana merasa udara di sekitarnya menipis, dan makin tambah kacau saat Bagas justru mendukung.
"Boleh, dibawa pulang juga boleh asal gak di macem-macemin aja. Tapi kalo satu macam boleh" Rissa menepuk bahu Bagas, di susul tawa Elina yang sekalian mengejek Arka yang akhirnya termakan omongan sendiri
Nana tidak sempat bilang tidak, Arka sudah lebih dulu menarik tangannya dan membawa langkah mereka berdua ke taman kecil bagian belakang rumah Nana
"Jadi ini alasan lo gak mau gue tau?" Nana menunduk, ia merasa tidak salah. Karna bukan kuasanya kalau Nana ternyata diterima di kampus itu. Nana juga bingung, dari sekian banyaknya kampus yang Nana coba hanya kampus Arka yang tembus.
Apa tidak gila?!
"Kalau orang tanya di jawab" Nana menatap Arka sinis
"Dulu juga lo gitu, gue tanya diem Aja, di jawab juga pake urat" Oke, Arka merasa bersalah untuk itu dan dia sudah minta maaf.
"Nanti berangkatnya bareng gue" Namun tidak bisa di pungkiri, Karna Arka sangat senang dengan ini. Itu berarti waktunya bersama Nana cukup banyak dan ia bisa semaunya melihat Nana
"Gue berangkatnya sama ayah" kata Nana lalu berbalik
"Gue udah bilang jangan ngomong pake lo-gue" kenapa Arka jadi membahas hal yang tidak penting? Kenapa memangnya kalau Nana pake cara itu untuk bicara? Toh Bagas dan Rissa juga tidak melarang. Arka siapa sampai harus repot menegurnya?
"Gue juga udah bilang kalau ini terserah gue" Arka membiarkan Nana masuk kembali ke rumah, Meremas rambutnya sendiri karna cukup sulit mengajari anak kecil. Nana sedikit jauh keras kepala dari Ara dan jauh lebih tukang bantah daripada Nadia.
Kesalnya lagi, semua orang sudah tau dan Nana sengaja menjadikan Arka satu-satunya orang yang tidak tau apa-apa. Sementara Nana dalam hati menegaskan bahwa ini bukan karna adanya Arka, tapi murni arahan takdir yang memang menempatkan Nana pada posisi ini. Jadi Arka tidak boleh GR!
Vote? Follow? Thanks 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?