EU;8

3.9K 246 2
                                    

Terhitung sudah seminggu sejak insiden memalukan lalu di cafe, Elsa benar-benar menepati setiap ucapannya hari itu. Dia berhasil membuat Nana tidak tenang dan makin malas ke sekolah. Tapi demi menyakinkan ibu bahwa semuanya baik-baik saja, Nana tetap berangkat ke sekolah diantar ayah seperti biasa.

Elsa membuat semua orang percaya bahwa penyebab kandasnya hubungan antara dia dan Rehan adalah Nana, sekarang Nana jadi tambah tidak punya teman. mungkin memang ada beberapa yang abai dan tidak peduli soal hal seperti ini. Rata-rata perempuan di sekolah seakan jijik pada Nana, sekarang ada yang memendam ada juga yang diam namun, Nana tau ia telah di jadikan bahan gosip paling hangat.

Foto-foto saat dirinya di siram jus tersebar di mading sekolah, Nana juga bingung dari mana foto itu berasal. Nana memang tidak tenang karna seakan semua orang menganggapnya musuh. Tapi Nana berusaha tegar dan memasang wajah tidak peduli yang justru di salahkan artikan orang lain. Nana dianggap tidak tau malu.

Seminggu seperti itu, Nana akhirnya lelah juga. Ia ingin paling tidak sehari ini saja dia beristirahat dari semua itu. Nana sengaja membolos saat ayahnya meninggalkan gerbang sekolah ia justru pergi berlawanan arah. Kemana saja asal tidak ke sekolah dulu.

Menangis di malam hari sampai bantalnya basah rupanya tidak cukup membuat Nana lega, jujur saja Nana takut. Ia sudah mencoba meminta maaf, tapi Elsa bahkan tidak sudi menatapnya. Padahal Nana berani bersumpah ia tidak seperti apa yang Elsa pikirkan.

"Gak sekalian lo ngelamun tengah jalan noh, biar dilindas mobil" ini kedua kalinya Nana bertemu Arka secara tidak sengaja. Jika sekali lagi mereka bertemu berarti fix mereka memang jodoh. Di sindir seperti itu Nana justru tertawa sumringah

"Kak, kamu sadar gak sih kita udah dua kali gak sengaja ketemu?" Arka diam saja, memasang ekspresi tidak tertarik. Ini bukan kebetulan, Arka yang memang akan ke kampus melewati sekolah Nana dan ia pun melihat bagaimana Nana berlari kearah yang jauh dari sekolah setelah melambaikan tangan dengan ceria pada ayahnya.

"Lo bolos?"

"Kalo sekali lagi kita ketemu fix kita jodoh kak" Nana mengabaikan pertanyaan Arka barusan

"Kakak dari mana? oh iya apa kabar hari ini? Udah suka belum sama aku?" berbanding terbalik dengan suasana hati yang sedang kacau atau pikiran yang sedang berantakan, Nana tetap saja Nana, ia ceria dan tidak mau menampilkan sedihnya di depan orang lain.

"Baik" Nana bungkam, ia menatap Arka terpana yang justru membuat Arka bingung.

"Ngapa lo?"

"Kamu serius kak Arka kan? Tadi kamu jawab sapaan apa kabarnya udah ganti" Arka menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan.

"Gue jawab salah, gak jawab salah mau lo?!" Nana tertawa, hanya dalam waktu seperkian menit Arka mampu membuat Nana seakan lupa dia sedang sedih.

"Lo bolos kan?" Nana terdiam agak lama, mau mengelak tidak mungkin karna pada dasarnya memang dia sedang di luar saat jam pelajaran sedang berlangsung.

"Lamu sendiri kok disini? gak di kampus?" Nana mengalihkan topik

"gue gak ada kelas" jawab Arka sekenanya

"Kemana kelasnya? roboh?" Arka diam, membiarkan Nana selesai dengan tawanya atas lelucon maha tidak lucu yang ia lontarkan sendiri.

"Gak lucu ya?" tanyanya setelah tawa itu selesai

"Lucu, muka lo lucu kayak ikan badut" Nana terbahak lagi, kali ini lebih kencang sampai matanya berair, sampai Nana harus memegangi perutnya yang kram karna tertawa.

Arka diam lagi, orang-orang mungkin bisa menanggap Nana sudah gila karna tertawa sendirian di pinggir jalan begini. Arka benar-benar telah membuang waktunya untuk Nana

"Yaudah lo ketawa aja, gue mau pulang" Arka tidak mau repot-repot menunggu tanggapan Nana, ia menjalankan motornya menjauh. Namun baru beberapa meter jauhnya Arka mengumpat keras. Ia tidak tega meninggalkan Nana sendirian di jalan yang sepi akan angkutan umum tapi ramai catatan kejahatan.

"Kak Arka kok aku ditinggal?" suara Nana terdengar samar-samar saat Arka berhenti beberapa meter. Dari kaca spion motornya, ia bisa melihat Nana berlari kearahnya.

Arka dibuat geram dengan dirinya sendiri, ini ulah Nana. Dia yang bolos lalu kenapa ia harus merepotkan diri dengan menyusul Nana begini? Kenapa dia tidak tinggalkan saja Nana dan urusannya? Kenapa Arka harus peduli pada Nana?

Nana mengusap peluh di keningnya sehabis berlari, ia berhenti tepat di samping Arka yang baru saja mematikan mesin motornya

"Kak Arka marah ya? aku minta maaf kalo gitu. Buat yang kemarin juga" dari balik helmnya Arka menautkan alis

"Maksud lo?"

"Waktu itu kamu pulang kuliah aku langsung dateng nanya-nanya gak penting ke kamu. Padahal kamu lagi capek, aku minta maaf banget" Arka ingat, hari itu ia membentak Nana. Ia tidak merasa bersalah dan seharusnya Nana pun begitu. Tapi setelah Arka ingat-ingat kembali, tidak seharusnya ia membentak Nana. Itu hanya masalah sepele yang seharusnya tidak di pelihara hingga besar.

"Gue yang salah kenapa elo yang introspeksi diri?" Nana kembali mengusap dahinya yang berkeringat, matahari semakin tinggi siang semakin terik Arka sadar, Nana sedang kepanasan.

"Aku yang salah, aku minta maaf."

"Yaudah buruan naik" Arka tidak lagi mau ambil pusing, pola pikir gadis SMA di hadapannya ini terlalu sulit untuk Arka pahami.

Ya tentu saja, perempuan dan cara pikirnya memang sulit.

"Naik ke motor?" tanya Nana dengan sengaja.

"Nama lengkap lo siapa?"

meski bingung, Nana tetap memberi tahu Arka namanya.

"Clarinna Davies"

"Naik ke motor gue Clarinna, sekarang." Nana tau itu hal sepele, banyak orang yang telah menyebut nama lengkapnya. Tapi hanya Arka satu-satunya orang yang berhasil membuat jantungnya berdetak terlalu kencang hanya karna penyebutan namanya saja. Itu bahkan tidak lengkap, tapi Nana sudah seperti habis ikut lomba lari. Debar jantungnya kelewatan.

Nana kemudian naik dengan menjadikan bahu Arka sebagai tumpuan, gadis itu diam saja saat Arka melepas jaket dan memberikannya pada Nana

"Gak__

"Taro diatas paha lo" pungkas Arka cepat, Nana sedang pakai rok, kalau naik motor dengan keadaan begitu paha Nana bisa jadi tontonan orang. Nana menurut dengan hati berbunga. Arka memang nampak cuek, tapi ia seakan memerhatikan semuanya dengan detail.

"Kak" motor sudah melaju membelah jalan, dan Arka hanya berdehem menjawab Nana.

"Jangan bawa aku pulang dulu, nanti ibu marah aku bolos" dan pada akhirnya, tanpa sadar Arka telah menjadikan Nana sama seperti Ara dan juga Nadia .Ia membuat Arka menurut.

Siang sampai sore itu, Arka membawa Mana makan lalu ke toko buku. Mendekam disana mendengarkan Nana berceloteh panjang yang tidak ada lelahnya walau Arka hanya menjawab sepatah dua patah kata.

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang