Elina hari ini ulang tahun, Nana tau dari Intan yang pagi tadi bertemu dengannya di depan rumah. Katanya, akan ada makan malam dimana keluarga Nana juga di undang. Tapi Bagas tidak bisa karena mendadak ada pekerjaan dan segera ke bandung. Sementara Rissa sebagai seorang istri, tugasnya adalah menemani suaminya. Hingga akhirnya Nana dirumah sendirian dengan segala wanti-wanti Rissa dan Bagas yang sebenarnya berat meninggalkan Nana di malam hari. Tapi Nana juga tidak bisa ikut. Jangankan ke bandung, turun ke lantai satu saja Nana malas. Ia mendekam di kamar sejak pagi dengan laptop yang seolah oksigen. Tidak ia lepaskan sedetik pun
Nana sudah mengirim pesan pada Elina bahwa ia tidak bisa datang dengan alasan sakit. Supaya Elina tidak memaksanya. Tante Intan bahkan datang membawakan Nana bubur buatannya karena percaya itu. Sebenarnya Nana merasa bersalah sudah berbohong, tapi berada di tengah-tengah keluarga Arka setelah tidak adanya hubungan diantara mereka pasti akan canggung. Nana menolak
Ia juga bilang pada Elina kalau kado akan menyusul, syukurnya Elina tidak mendesak. Nana hanya sedang melamun menatap layar laptopnya yang mati-, saat ponselnya bergetar. Nana meraihnya, pesan itu dari nomor yang sengaja tidak ia namai.
Sakit apa? Sudah ke dokter?
Nana hanya membacanya, tidak berniat menjawab meski sejak kemarin pikirannya menjadikan pria itu sebagai objek utama.
Nana? Mau ke dokter?
Tidak juga Nana balas, ayolah Arka. Dia ini sedang berusaha untuk move on. Kenapa pria itu malah bersikap seolah mereka masih ada hubungan? Kenapa pria itu seperti memberinya harapan?
Arka menelpon, hingga lima kali, dan Nana tidak mengangkat satu pun panggilan itu.
Ia menidurkan kepalanya diatas meja, Arka adalah orang pertama yang ia sukai, yang sempat ia dapat juga punya kenangan, sayangnya masih ada. Cintanya juga sepertinya iya. Tapi buat apa itu semua? Nana merasa dirinya ini bodoh sekali karena memelihara perasaan yang tidak perlu. Pria itu sudah kembali, tapi egonya mengatakan untuk jangan mengulang apapun dengannya. Ia tidak mau menganggap dirinya begitu gampang di raih. Meski itu sebenarnya juga menyiksa hatinya
Bel berbunyi, kenapa sih tamu suka sekali datang disaat ia sendirian? Nana membiarkan bel berbunyi hingga beberapa kali. Hingga kemudian tidak terdengar lagi dan Nana merasa lega.
Ponselnya kembali berbunyi, kali ini yang menelponnya adalah tante Intan. Mamanya Arka, karena dia adalah orang yang baik bahkan ketika tau ia bukan lagi pacar Arka, perlakuannya tetap sama. Nana mengangkat panggilan itu
Jadi lo sengaja enggak mau angkat panggilan gue?
Sialan, Nana mengigit bibirnya karena agak kesal. Arka menggunakan ponsel mamanya untuk menelponnya
"Lagian apaan sih? Kenapa nelpon terus?" Nana tidak punya utang pada Arka, tapi kenapa pria itu menelpon terus?!
Gue di depan, buka pintunya atau gue dobrak?
"Dobrak aja, nanti aku panggil pak RT biar kamu di tuduh maling!" Lalu Nana mematikan sambungan telpon itu begitu saja. Ia naik keatas kasur, lebih baik berusaha tidur dari pada meladeni Arka.
Namun rasanya Nana baru memejamkan matanya selama lima menit, saat tiba-tiba saja lampu di kamarnya padam. Ia bangun dengan cepat, Nana tidak takut gelap. Tapi ia takut kalau berada di kegelapan sendirian.
Ia mencari-cari ponselnya, menyalakan senter dengan baterai nya yang tersisa hanya dua puluh persen. Ia agak panik karena ternyata seluruh lampu dirumahnya mati.
Nana mau menangis karena merasa panik juga bingung, ia cepat-cepat mendial nomor Arka.
"Kamu sengaja matiin lampu dirumah aku ya?" Tuduhan itu terdengar tidak berdasar. Memangnya Arka petugas PLN apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?