EU;17

3.2K 219 1
                                    

Esok harinya saat Arka dengan kelelahan karna semalam memikirkan Nana, kini mendapati gadis itu sedang menunggu ayahnya mengeluarkan mobil dari garasi. Arka menatap Nana sebentar, namun dalam hati ia menunggu sapaan khas Nana yang memang sudah sering gadis itu ucapkan. Tapi sayang, hingga Arka selesai memanaskan motonya Nana berlalu begitu saja. Masuk ke mobil ayahnya tanpa kata sama sekali

Arka..kecewa

Iya, dia sedikit kehilangan. Mungkin bukan sedikit. Ia memang kehilangan dan Arka merasa tidak mengerti pada dirinya sendiri.

"Sialan!" umpatnya sebelum memakai helm lalu bergegas pergi.

Sepanjang hari itu, Arka di kampus membuat Ara dan Nadia heran setengah mati. Arka seperti wanita yang sedang datang bulan

Sensitif sekali.

Hal kecil saja bisa sangat salah di mata Arka, bahkan Ara dan Nadia tidak luput dari bentakan Arka yang sedang dalam mode senggol dikit kena bacok.

"Lo ngapa dah! kalau ada masalah tuh selesain jangan marah-marah doang" oceh Nadia pada Arka, padahal Nadia sudah baik mau mengajak Arka ke cafe favorit mereka bertiga, dengan dalih di traktir Ara padahal sebenarnya Andra. Tapi yang diajak malah marah-marah.

"Bukan urusan lo, pergi sana" Arka membalas dingin, ini semua karna Nana. Kenapa gadis itu tiba-tiba saja berubah? Kenapa ia memandang Arka tidak seperti dulu lagi? dan kenapa juga Arka amat khawatir dengan sikap Nana itu? bukankah ini sudah bagus, bukannya ini niat Arka? Kenapa malah ia yang kehilangan?

"Sialan lo Ka! udah yuk Ra, Arka lagi haid jadi sensitif kayak pantat bayi!" Ara memijat keningnya pelan, sudah jadi hal biasa dimana mereka akan jadi tontonan sekantin. Tapi kenapa Ara masih saja pusing melihat mereka berdua bertengkar ya?

"Lo berantem sama Nana ya?" pertanyaan Ara membuat Arka menolehkan perhatiannya dari game di tangan

"Kenapa harus bertengkar? Emang kita apaan?" jawaban menyebalkan dari tuan Arka, Nadia sampai gatal ingin menonjok wajah Arka

"ya tanya sama diri lo sendiri, lo sama Nana tuh apa?" Arka tersentak, bicara dengan Ara memang Arka perlu pandai-pandai memilah kata. Salah sedikit Arka tau akibatnya

"Cuma tetangga doang kan? kan lo gak suka sama Nana. Tapi tenang aja, Nana kan cantik, banyak yang mau sama dia, apalagi dia gak judes kaya lo" Ara pernah bilang kalau Arka dan Nadia adalah orang yang sama kan? nah ini buktinya, kalau Arka dengan kalimat pedasnya Nadia unggul dengan sikap judes dan paling bisa menjatuhkan lawan dengan kata savage-nya

"Bacot lo berdua! sana pulang!" Ara dan Nadia sepakat meninggalkan Arka. Pria itu perlu diberi waktu untuk menenangkan diri sendiri. Bertanya pada diri sendiri sebenarnya hatinya ini mau Nana atau tidak.

"Inget Ka, Nana cantik baik, banyak yang mau sama dia. Kalo dia bosen ngejar lo tinggal terima yang lain" Arka menatap sinis Nadia yang justru tertawa jahat, Ara sampai harus menarik Nadia keluar dari kantin

"Gak bakal gue biarin"

_____

Rissa memerhatikan Nana yang sedang mengaduk adonan di sampingnya. Putrinya itu berubah jadi sedikit aneh, Nana bukan orang yang gemar berlama-lama di dapur. Jangankan membuat kue, masak mie saja Nana terbiasa di buatkan. Dan Rissa mengakui ia terlalu memanjakan Nana, ia salah karna tidak memperkenalkan Nana pada dapur lebih awal. Tapi justru hari ini Nana dengan ceria seperti biasanya malah mengajak Rissa untuk membuat kue yang katanya ia lihat resepnya di sosial media.

"Udah belum bu?" Rissa melihat adonan Nana lalu menggeleng

"Belum rata, lagi" Nana mengangguk, ia sadar dari tadi ibunya sedang memerhatikan gerak geriknya, tapi Nana berusaha tidak peduli saja.

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang