EU;44

2.2K 136 2
                                    

Setelah percakapan terakhirnya dua hari lalu, nana berusaha untuk tidak terlihat di hadapan arka. Nana juga tidak mengirim pesan atau berkunjung kerumah arka seperti biasanya.karena setau nana, arka sedang marah padanya dan nana sedang sadar diri untuk tidak mengusik arka lebih jauh. Nana tidak merasa memiliki kesalahan apapun, mengenai dirga atau apapun karena apa-apa yang ia katakan pada arka di mobil waktu itu adalah kebenaran.

Rasanya, nana juga menjadi marah pada dirga.karena bisa di bilang pria itu adalah pemicu pertengkarannya dengan arka. Nana juga tau ia terlalu bodoh karena tidak mencegah dirga untuk membawanya kerumah pria itu dan tetap menerima dirga ketika datang dan duduk di sampingnya meski ia tau arka tidak suka hal itu

Dan arka, pria cuek itu justru melakukan hal yang sama.tidak mendatangi nana sama sekali atau menghubunginya barang sekali. Mereka seperti kembali menjadi asing dan nana sebenarnya tidak suka situasi ini.

"Na, ke kantin"? Friska menepuk singkat bahu nana, ia sudah memanggil gadis itu dari tadi tapi pasti tidak terdengar karena nana memakai headset.

"Ayo" nana melepas headset nya, memasukkan barang-barang nya kedalam tas lalu mengikuti friska ke kantin.

Mereka berdua duduk di bangku biasanya, di pojokkan kantin yang agak menjauh dari keramaian.

"Kak arka tuh" nana menoleh mengikuti arah dagu friska, arka duduk lumayan jauh di belakangnya. Bersama teman-temannya yang terkenal pintar dan populer beberapa perempuan dan beberapa nya lagi laki-laki.

Nana hanya menatap sebentar lalu kembali menatap friska,  untuk waktu yang entah sampai kapan, nana merasa arka memang sedang tidak ingin ia dekati dan nana akan memaklumi itu sampai arka reda sendiri.

Sejujurnya, hati dan pikiran nana sudah lama berdebat. Pikirannya ingin nana meminta maaf karena membuat arka salah paham. Tapi hati nana menolak keras karena merasa tidak melakukan kesalahan apapun.  Adanya dirga di sekitarnya bukan kuasa nana.

Menyadari belakangan ini memang interaksi nana dan arka tidak seperti biasanya, nana juga belakangan tidak pernah menerima telpon dari arka, friska memilih diam dan tidak akan bertanya. Urusan nana tidak semuanya bisa ia campuri meski ia ingin.

"Kamu mau pesan apa? Aku mau mie ayam" kata friska memecah heningnya nana setelah melihat arka sebentar.

"Samain aja fris, nanti aku yang bayar" friska tidak menjawab, ia beranjak untuk memesan makanan mereka berdua.

Nana hanya sedikit merasa kecewa, arka di belakangnya terlihat biasa saja.normal-normal saja seolah tidak ada apa-apa.ia masih nongkrong dengan teman-temannya mengobrol apa saja bahkan tertawa. Sementara dirinya harus sedih bahkan menangis di malam hari karena bingung dengan sikap arka. Nana merasa sedikit tidak adil, tapi ia tidak bisa seperti arka. Pikirannya serasa hanya dipenuhi oleh masalahnya dan arka.

Belum selesai dengan suasana hatinya yang memburuk, nana mendapati Sivia memasuki kantin, dan dari suaranya yang entah kenapa begitu keras nana tau ia mendatangi arka setelah memanggil nama pria itu dengan ceria.

Friska yang duduk di hadapan nana melihat dengan jelas bagaimana sivia tanpa ijin mengambil duduk di dekat arka yang diam saja. Ini bukan kali pertama ia melihat perempuan itu mendekati arka dan rasa penasaran itu sudah tidak bisa lagi ia tanggung.

"Tuh cewek siapa sih, nempel mulu kek prangko" nana menoleh untuk memastikan, mendapati arka dan Sivia juga teman-teman arka terlibat dalam obrolan membuat nana cemburu.

Selama berpacaran dengan arka, nana saja tidak pernah duduk atau bahkan diajak arka untuk gabung atau sekedar berkenalan dengan teman-teman arka. Tiba-tiba saja sivia sudah sedekat itu atau nana saja yang baru tau?

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang