Pagi tadi Ara mengiriminya pesan yang berisi ajakan jalan-jalan katanya. Awalnya Nana mau menolak tapi seingatnya, sudah sejak tiga hari selepas kelulusan di umumkan selama itu pula Nana tidak pernah keluar rumah. Ia juga tidak menghadiri acara perpisahan yang di buat angkatannya walau beberapa dari teman kelasnya mengiriminya pesan untuk datang.
Pukul tiga sore, dengan pakaian santai dan tidak ribet, Nana mengiyakan ajakan Ara.
setidaknya Nana ingat kalau Ara adalah orang yang baik walau perempuan itu masih ada sangkut pautnya dengan Arka. Dimana Nana masih dalam upaya melupakan Arka yang ternyata lebih sulit dari yang dia kira."Wah udah cantik aja nih, mau kemana?" Bagas menyambut Nana di teras, Rissa sedang keluar entah kemana Nana tidak tanya.
"Mau jalan-jalan yah, nanti bilangin ibu yah?" Bagas mengangguk, Bagas sebenarnya sudah heran dari kemarin-kemarin, sikap Nana jadi jauh lebih diam dari biasanya, lebih sering di kamar. Ya walaupun Nana tidak tolak kalau Rissa menyuruhnya membantu di dapur.
"Mau jalan kemana? ayah anter yuk" Nana rencananya mau naik angkutan umum saja, karna mall yang Ara maksud tidak jauh dari rumah.
"Gak usah ya, biarkan aku mandiri" Bagas terkekeh, menepuk-nepuk puncak kepala anaknya dengan sayang.
"Ayah gak tau yang bikin anak ayah sedih siapa atau apa. Tapi kamu harus tau Na kalau ayah ibu selalu mau dengerin kalau misal kamu cerita. Jangan ngerasa sendiri, ayah gak besarin kamu buat kemudian dibuat sedih sama orang" Meski sedang serius, senyum hangat tak lepas dari wajah Bagas yang tangannya masih berada di kepala Nana. Yang terdiam menatap ayahnya dengan hati yang terharu.
Ia akui ini berlebihan, Nana kesal dimana hanya karna Arka ia jadi membuat kedua orangtuanya kepikiran.
"Nana gak papa yah, lagi pengen jadi kalem aja" kata nana menghibur Bagas, tidak lupa tawa kecil agar menyakinkan.
"Kalau gitu stop, kamu gak cocok jadi kalem. Hadi gak usah sok kalem" kata Bagas ayah dari Clarinna
Nana hanya mampu tersenyum mendengarnya
____
"Hai!" Sapa Ara super ramah, di samping Ara pria berkemeja tampak sedang mengawasi Ara bahkan menahan Ara yang hampir lompat di tempat.
"Maaf ya kak aku lama" macet di sore hari memang menyebalkan. Mau bagaimana lagi, itu normalnya hidup di ibukota. Tidak macet berarti bukan ibukota.
"Gak kok, yaudah mas kamu pulang aja udah ada Nana" ucap Ara pada lelaki di sampingnya.
"Inget pesan saya tadi" Ara memutar bola matanya, dan kembali melihat pada Nana.
"Na kenalin, dia Andra suami aku." Nana tersenyum sambil mengangguk kecil menatap Andra yang menatapnya sekilas. Lagi pula pria itu terlihat tidak tertarik dengan sesi perkenalan dadakan ini.
"Maklumin ya, dia emang kaya robot orangnya" Andra berdehem, memberitahu kalau dia masih disini.
"Yaudah sana pulang"
"Jangan lama-lama, jangan jajan sembarangan jangan lari-lari__
"Iyaaaaa, udah kayak bocah" Nana terkekeh kecil, indah sekali ya kalau bertemu dengan orang yang juga mencintai kita.
Nana jadi iri
"Oh iya Na, aku ada kabar baik nih" Nana membiarkan Ara mengandeng tangannya, mereka mau menuju ke salah satu store fashion yang cukup terkenal untuk memulai jalan-jalan ini.
"Apa kak?"
"Aku hamil"
Nana berhenti melangkah, di susul Ara yang juga otomatis berhenti.
"Serius? Selamat kak aku seneng dengernya" Ara tertawa, sudah ia duga reaksi Nana akan begini.
Tidak sampai satu jam mereka memilih baju, Nana bahkan hanya beli satu. Itu juga karna dia tidak enak keluar tanpa beli-beli apa.
Gengsi dong ayah kan kaya, masa masuk ZARA gak beli apa-apa
Mereka sudah duduk di salah satu restoran cepat saji karna Nana dan Ara sepakat ingin makan cheeseburger
"Na, kamu lagi marahan sama Arka ya?" Nana pun sudah tau kalau Ara pasti akan bertanya, seperti yang sebelumnya Nana bilang, Ara ada sangkut pautnya dengan Arka. Tidak mungkin ini tidak di bahas. Tapi kenapa Ara bisa tau dan berfikir begitu ya?
"Gak, kenapa emang kak?" jawab Nana sesantai mungkin.
"Arka jadi aneh belakangan ini" pelayan mengantarkan pesanan mereka, dua cheese burger dan air putih karna Nana tidak mengijinkan ada minum soda atau lainnya.
"Aneh gimana?" seharusnya Arka biasa saja dengan perubahan yang ada. Toh, dia yang menginginkan hal ini.
"Arka emang judes Na, tapi gak sepemarah sekarang. Nanya baik-baik Arkanya marah. Dia jadi lebih sensitif gitu kek cewek PMS" Ara saja pernah tidak mengajak Arka bicara selama dua hari saking sebalnya, Arka jadi sulit diajak kemana-mana bahkan bermain game kesukaannya saja jadi sedikit berkurang, lebih sering sendirian entah sedang memikirkan apa.
Untung ada Nadia yang mendamaikan mereka berdua.
"Emang itu udah pasti karna aku? Aku gak ada apa-apa tuh" sedikit terbesit di hati Nana mengenai apakah ia pun punya pengaruh bagi hidup Arka?
"Kayaknya iya, kamu tau gak na Arka itu gak pernah mau ribet untuk urusan cewek" Iya Nana tau, pantas mereka tidak akan pernah bersatu karna Nana ribet dan Arka yang tidak mau ribet di satukan akan jadi tidak mungkin.
"Dulu mantan pacarnya Arka yang pertama mutusin Arka karna Arka cuek banget" Ara ingat saat gadis itu datang dan nangis-nangis padanya, meminta saran tapi Ara tidak tau mau melakukan apa dan esok harinya kabar mereka putus sudah sampai ke telinga Ara.
Nana berusaha untuk tidak bereaksi berlebihan meski ia penasaran, Nana merasa untuk melupakan Arka maka apapun yang menyangkut pria itu pun tidak seharusnya di bahas.
Tau kalau Nana berusaha tidak tertarik, Ara tetap lanjut. Ia paham situasi ini, pasti ada dari sikap Arka yang membuat Nana jadi menjauh. Tapi malah pria itu yang kerepotan sendiri.
"Kalau yang kedua di putusin Arka soalnya dia matre" Nana tetap diam mendengarkan, kalau pun harus menanggapi, memang Nana harus bagaimana?
"Arka biasa aja pas putus dua kali itu, tapi sama kamu Arka jadi beda" lanjut Ara lagi
"Kak, aku kan gak ada apa-apa sama Arka" Nana memperjelas lagi, takutnya Arka tau dan mengira Nana yang mengada-ada.
"Kamu bilang suka sama Arka" Ara jadi tidak terlalu berselera makan, pokoknya masalah ini harus segera di luruskan.
"Iya, tapi sekarang udah gak. Aku gak mau maksa lagi kak. Capek" Iya memangnya siapa yang bisa tahan dengan mulut bon cabenya Arka? cuma Ara dan Nadia saja, itu pun setengah mati.
"Arka juga suka sama kamu, tapi dia gengsi" dalam hati Nana memaki Arka, menyumpahi pria itu dengan berbagai umpatan. Sudah syukur ada yang mau dengannya.
"Gak kak, gak mungkin." Ada sedikit rasa senang, sedikit harap, dan sedikit doa yang minta diaminkan jika memang itu benar. Tapi di sisi lain sepertinya itu mustahil.
Nana tidak mau tambah menyakiti diri sendiri, selagi ia masih bisa berhenti maka Nana akan optimis.
"Kalau dia beneran suka sama kamu?" Nana diam lagi, itu tidak mungkin.
"Aku gak tau kak, aku udah gak berani berharap."
Ara yang mendengarnya ikut sedih, ingatkan dia untuk menjitak kepala Arka nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?