EU;43

2.1K 126 2
                                    

Pagi harinya, di saat malam tadi nana kesulitan tidur. Nana ingin menunaikan niatnya untuk menemui arka pagi ini. Tidak tau saja arka bagaimana nana harus berusaha menutupi lingkar hitam dibawah matanya.

"Sarapan dulu nana" nana tidak menuruti kata ayahnya, ada yang lebih penting dari sekedar sarapan sekarang.

"Bentar yah, aku mau kerumah arka" nana tidak menunggu ayahnya menjawab, tidak melihat gelengan pelan bagas yang merasa percintaan anak sekarang rumit sekali.

Tiba di depan pagar rumah arka, nana langsung masuk saja seperti biasa. Mengetuk pintu rumah arka beberapa kali sampai elina dengan pakaian tidurnya menyambut.

"Hai na! Pagi-pagi udah cantik aja nih" iya nana memang telah rapi dengan pakaian lengkap karena akan kuliah pagi ini. Nana tidak berencana mengajak arka berangkat bersama atau meminta arka untuk mengantarnya. Arka pasti masih lelah karena baru tiba semalam, nana hanya ingin memastikan keadaan arka saja, mengenai mengapa pria itu berubah atau mengapa pria itu marah padanya?

Nana memasang senyum manis, dalam hati tidak enak juga karena bertamu pagi-pagi

"Arka udah bangun kak"? Elina terdiam, sebenarnya selama di rusia arka memang sudah terlihat aneh di matanya. Adiknya itu bukan pendiam dan tentu saja ketus, tapi selama di rusia arka lebih banyak diam. Hanya bicara ketika di tanya, dan jarang menyentuh ponselnya selama disana. Elina memerhatikan.

"Arka udah pergi duluan tadi, aku kira kamu udah tau" elina merasa tidak enak sendiri, padahal kan yang rumit percintaan arka.

"Ke kampus kak"? Elina mengangguk, mengusap bahu nana sekilas untuk menyalurkan simpati

"Arka emang gitu kalo ngambek, ngalahin cewek dia tuh" nana hanya membalasnya dengan tawa kecil lalu memutuskan untuk pamit.

Ngambek katanya? Nana sudah berfikir beberapa hari belakangan apakah ada dari sikapnya yang membuat arka harus marah? Dan nana merasa tidak ada. Atau mungkin dirinya saja yang tidak sadar?

Sampai di kampus, bahkan sampai kelas nana selesai pun arka tidak di temukan di mana pun dan tidak mengangkat telpon nana sama sekali. Dan nana semakin bingung saja di buatnya.

Nana mendial nomor arka sekali lagi, kalau pun memang ada masalah arka tidak bisa lari seperti sekarang. Dia tidak boleh menghindar karena nana tidak suka berada di posisi bingung dan menerka-nerka ada apa diantara mereka. Panggilan itu terjawab, dan nana merasa lega mendengar suara pelan arka di seberang sana.

"Kamu dimana? Aku mau ketemu" dulu, nana memang suka memaksa arka kan?

Nanti. Sekarang lagi sibuk

"Kamu aneh tau gak, kalo lagi ada masalah jangan kabur" kejujuran itu nana tumpahkan bersamaan dengan emosi. Apakah menurut arka berada di posisi bingung dengan situasi dan dengan dia yang tiba-tiba menghilang membuat nana biasa saja?

Masalahnya di lo

Nana mengernyit, jadi masalahnya ada pada dirinya? Apa? Arka menganggap dirinya adalah masalah? Begitu?

"Aku masalah bagi kamu? Begitu"? Helaan nafas arka terdengar berat, nana menunggu detik demi detik arka untuk bicara, namun pria itu mematikan sambungannya begitu saja

Memandang ponselnya dengan kesal, nana memilih menyerah untuk hari ini. Kelasnya lumayan padat dan nana lelah juga mencari arka dan menguras pikirannya untuk di paksa mengerti, nana butuh pulang dan menjernihkan pikiran.

Selama tidak ada arka, nana selalu pulang dengan ojek online sampai akhirnya terbiasa. Kali ini pun sama meski perasaannya sedang kacau. Nana masih ingin meluruskan masalahnya dengan arka tapi pria itu malah tidak peduli.

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang