EU:9

3.7K 223 5
                                    

Sudah hampir dua minggu dan gosip itu malah semakin menjadi-jadi, Elsa bahkan tidak segan menyinggung Nana di kelas. Seperti siang ini contohnya, saat seharusnya semua orang sedang menikmati makan siang, Elsa datang berkunjung ke kelasnya melemparkan kata-kata singgungan yang tidak mampu Nana balas. Nana benci keributan. Kalau pun dia adu fisik ia yakin berpersen-persen kalau dirinya akan kalah.  Apalagi dukungan banyak memihak pada Elsa, padahal tidak satupun dari mereka yang tau kebenarannya.

"Dasar cewek gatel, kayak gak ada yang lain aja" sindirnya lagi, matanya hanya terarah pada Nana.

"Elsa" Nana turut menoleh dari bangkunya, pria yang baru kembali dari izinnya karna harus dirawat di rumah sakit sekaligus pria yang menjadikan Elsa gila seperti sekarang.

Rehan berdiri di depan pintu masuk kelas Nana, matanya tajam menusuk netra milik Elsa yang juga terkejut akan kedatangannya.

"lo benar-benar keterlaluan, cewek kayak begini yang harus gue pertahanin?" Kelas menjadi hening padahal sebelumnya mereka tertawa diatas penderitaan Nana

"Jaga Rehan ucapan lo" Ghina menjawab mewakili Elsa yang belum keluar dari keterkejutan.

"Alasan gue mau putus sama lo itu jujur, gue udah suka sama orang lain dan orang itu bukan Nana" Elsa menatap sinis pada Rehan

"Lo gak usah belain dia!" bentaknya, Nana di kursinya hanya mampu memutar bola mata. Drama sekali dunia sekolahnya.

"Gue serius! gue gak ada apa-apa sama Nana. Gue kasi tau cewek itu siapa lo juga gak bakalan tau, lo gak bakalan kenal!" Suara Rehan menggema ke seluruh penjuru kelas dan Elsa masih ingin mengelak

"Gak mung__

"Lo semua kalo gak tau apa-apa gak usah sok menghakimi!" pungkas Rehan, ia berteriak agar suaranya terdengar ke telinga seluruh siswa-siswi SMA budi bhakti.

"Apa yang lo lakuin ke Nana, udah termasuk dalam tindakan pem-bullyan. Gue bakal lapor ini ke BK karna gue yakin Nana gak mau lakuin ini. Dia terlalu santai" setelahnya Rehan keluar dari kelas, jelas saja. Meski lebih sering bermain basket, Rehan juga punya koneksi cukup di sekolah karna yang menjabat sebagai guru BK memang adalah ayahnya sendiri.

Nana merasa lega, bahkan saat tatapan sinis Elsa masih sempat menghujamnya sebelum gadis itu keluar dengan Ghina di belakangnya

"Na, kalo lo di gituin lagi mending langsung lapor BK jangan lemah-lemah banget lah jadi orang. Gemes gue liatnya" kata si ketua kelas Fahri. Sebagai ketua kelas, Fahri sudah pernah menegur tindakan Elsa sejak pertama kali berulah. Tapi memang dasar Elsa keras kepala ia tidak peduli ancaman-ancaman Fahri

Banyak yang bilang Nana lemah, padahal sebenarnya Nana hanya mencoba menahan diri untuk tidak ribut. Nana menahan diri untuk tidak ikut membesar-besarkan masalah. Ia hanya mencoba tenang dan Nana sangat bangga pada dirinya karna itu selalu berhasil walau ia harus dianggap lemah.

✨✨✨

Sore harinya, Nana tidak mengganti bajunya apalagi kalau bukan Arka alasannya. Nana mempercepat langkahnya saat ia melihat Arka sudah menaiki motor besarnya.

"Hai kak Arka, apa kabar hari ini?" Arka menggeleng pelan, entah untuk dosa Arka yang mana hingga tuhan harus menghukumnya melalui Nana

"Kok gak dijawab, kamu mau kemana sore-sore gini?"

Ide jahil muncul di kepala Arka, ia memicingkan mata sebelum menggunakan helmnya.

"Mau kencan dong, ini kan malam minggu" Nana justru memasang senyum lebarnya hingga mata Nana seakan ikut tersenyum. Arka baru menyadari Nana punya mata yang indah.

"Kok lo malah senyum?"

"Tenang aja kak, Aku gak bakalan cemburu. Kakak pacaran aja sepuasnya kan ujung-ujungnya bakal sama aku. Aku kan jodohnya kak Arka" Nana lalu tertawa, kalimat super percaya diri Nana tadi hampir membuat Arka mual.

"Semangat kencannya semoga cepet putus ya"

Stress nih orang!

"Lo pikir gue mau sama bocah kayak lo" Nana memukul pelan bahu Arka

"Cinta gak pandang usia kak, gak papa sekarang kakak gak suka. Cinta aku cukup kok untuk kita berdua" Oke Arka menyerah, ia mengangguk saja agar Nana makin puas lalu menyalakan mesin motornya dan pergi dari sana tanpa pamit lagi.

"Dah kak Arka"!" Nana melambaikan tangannya tinggi-tinggi

Bocah gila!

✨✨✨

Dalam rumah, Rissa sudah menyambut Nana dengan tatapan tajam namun Nana justru cengengesan.

"Bisa gak kamu kalo udah pulang tuh ya langsung ke rumah, gak usah pake acara genit ke anak tetangga!" sembur Rissa, namun segalak apapun ibunya itu, Nana selalu tau bahwa Rissa tidak akan pernah bisa berhenti memerhatikan Nana. Seperti sekarang saat ia mengomel pun, Rissa masih memberikan Nana segelas teh hangat seperti sore-sore biasanya saat Nana pulang sekolah.

"Terimakasih ibuku yang paling cantik"

"Ya iyalah yang paling cantik ibu kamu kan cuma satu"

"eits..siapa tau ayah punya istri simpanan di luar"

"sembarangan kamu!" Rissa tidak tau apakah candaan ini aneh bagi orang lain atau tidak. Tapi bagi keluarga ini hal seperti itu memang tidak jarang terjadi, lagi pula Bagas tidak akan bisa seperti apa yang Nana candakan. Karna pria itu adalah bucinnya Rissa dan Nana seorang.

"Ayah kok tumben belum pulang" Nana meletakkan gelas kosongnya diatas meja, ia minum sambil berdiri padahal sudah ribuan kali di tegur.

"Capek dia punya anak kayak kamu, jadi gak mau pulang" Nana tertawa mendengar ucapan ibunya.

"Bu, mau gak kalo kak Arka yang jadi menantunya ibu?" Rissa yang sedang mengiris wortel hampir melukai diri sendiri.

Sudah sampai tahap mana halusinasi anaknya ini? Bukan Rissa mau menjelek-jelekkan Nana, tentu saja Rissa bangga ia punya anak yang baik cantik dan tidak suka merepotkan orang lain, tapi itu tentu tidak berlaku untuk Arka.

Istilah jaman sekarang, Arka terlalu starbucks untuk Nana yang cuma torabika. Rissa baru tau putrinya ternyata serius dengan rasa sukanya pada anak tetangga.

"Kamu ngomong apa sih nak, sekolah aja belum beres." dan Rissa hanya mampu menjawab itu, dia tidak ingin sedikit pun membuat Nana kecewa dan tidak ingin pula Nana kehilangan kepercayaan dirinya. Tapi bukan berarti Rissa mendukung hal ini, Rissa tau Arka pasti lelah dan kesal dengan tingkah Nana yang bar-bar begini.

"Jodoh kan gak ada yang tau, bisa jadi aku lebih dulu nikahnya dari pada kuliah" Rissa mencoba lebih sabar lagi menghadapi Nana. Bagaimana pun juga, Nana adalah anak yang dulu susah payah ia lahirkan.

"Kamu mandi sana gih, jangan ngaco terus!"

Nana beranjak malas, ibunya tidak asik diajak berandai-andai. Padahal Nana serius dengan pertanyaannya tadi.

















EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang