Sebenarnya Nana tau kalau kuliah itu membuat orang jadi lebih sibuk dari biasanya, Nana juga begitu. Makanya sejak hampir satu minggu belakangan Nana berusaha memaklumi Arka yang super sibuk. Meski mereka bertetangga dan satu kampus, bertemu juga merupakan hal yang jarang. Arka selama seminggu ini sering berangkat lebih pagi dari Nana dan baiknya pria itu karena selalu memberitahu Nana sebelum berangkat. Pulang pun karena Arka tidak mau Nana menunggu lama jadi Arka sengaja memesan taksi untuk Nana. Memastikan Nana selamat walau dari kejauhan. Meski sekarang mereka sudah menjadi pasangan, Nana masih harus mengakui bahwa Arka itu benar-benar cuek. Sama sekali tidak ada kabar selain pamit berangkat duluan atau "kabarin kalau udah sampe rumah" yang dikirim Arka tiap hari. Selebihnya tidak ada, Nana selalu kepikiran untuk menghubungi Arka lebih dulu, tapi di halangi oleh rasa tidak enak dan takut menganggu karena Arka sekarang benar-benar sibuk. Nadia saja yang sering berkeliaran di kampus dan lumayan mudah di temukan tidak pernah lagi Nana temui. Besok siang, acara syukuran Ara diadakan entah Arka ingat atau bagaimana. Tapi kalau di pikir-pikir jelas saja pasti Arka ingat, toh Ara kan sahabatnya.
"Kamu kenapa sih lemes banget? lagi puasa?" Nana tertawa kecil, sore ini Nana memutuskan duduk sembari ngemil di taman bersama Friska. Cukup ramai orang karena cuaca memang sedang cerah
"Tugas kamu yang dari pak bima udah selesai?" Friska tau Nana sedang mengalihkan pembicaraan, tapi sebagai teman yang sebenarnya tidak begitu dekat, Friska menolak terlalu ingin tau masalah Nana.
"Belum, susah banget tugas satu itu. Kayaknya lebih gampang di kerjain sama-sama deh. Biar cepet selesai" usul Friska yang diangguki Nana, kebetulan juga, Nana sedang tidak semangat mengerjakan tugas. Ia butuh dorongan dan usul Friska tadi adalah yang benar.
"boleh deh" jawab Nana juga
"Kita ngerjain di kafe aja yuk, aku butuh suasana baru" Nana setuju lagi, meski kampus ini luas dan banyak spot bagus, Nana tidak memiliki keinginan untuk menjelajah. Karena meski sudah hampir sebulan rasa canggung terhadap orang baru masih ada.
"Mau kapan, sekarang aja lah?" Kelas mereka sudah selesai dari tadi, Nana malas pulang karena kebetulan Rissa sedang menemani Bagas untuk menghadiri makan malam bersama kolega kerja. Sebenarnya Nana diajak, tapi melihat bagas dan teman-temannya membicarakan bisnis adalah hal yang membosankan bagi Nana
Tanpa lama-lama lagi, Friska dan Nana membereskan sisa makanan mereka dan menuju ke kafe atas rekomendasi dari Friska yang memang sudah punya satu langganan kafe yang menurutnya sangat cocok untuk mengerjakan tugas disana.
_______
Dua gelas iced latte dan cheesecake sudah tersaji, Friska benar. Kafe ini cukup nyaman dan memberi suasana tenang. Meski meja hampir terisi penuh namun tidak ada suara berisik disini
"Kamu sering kesini?" Friska yang sedang fokus pada bukunya menatap Nana lalu mengangguk.
Beberapa saat terhanyut dalam pengerjaan tugas, Friska tiba-tiba teringat sesuatu.
"Kamu udah izin sama pacar kamu belum?" Nana berhenti menulis, melirik jam pada pergelangan tangannya. Kira-kira sudah sekitar satu setengah jam mereka disini dan selama dari kampus hingga duduk di bangku kafe, bahkan memesan minuman tambahan. Nana belum melihat ponsel sama sekali. Karena ia pun juga cukup yakin, Arka pasti belum mengabarinya dan tidak akan mencarinya karena terlalu sibuk.
"udah" namun demi agar Friska berhenti bertanya, Nana menjawab bohong saja agar cepat selesai.
"Gue boleh gabung?" Nana dan Friska kompak mendongak, menemukan Dirga dengan senyum hangatnya disana.
"Boleh kak, duduk aja." itu Friska yang menjawab, Nana justru sudah canggung kembali karena intensitas pertemuan yang ia miliki bersama Dirga tidak banyak, apalagi terakhir kali Nana tau bahwa Dirga masih menyimpan surat cinta dari Nana. Mengingat itu seketika Nana menyesal pernah dengan asal menyertakan nama Dirga di suratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?