EU;39

2.4K 130 1
                                    

Nana melepas helm yang dikenakannya di bantu oleh arka.semuanya seakan normal kembali.nana yang berangkat bersama arka ke kampus dan pria itu yang melepaskan helmnya.

"makan siang nanti sama gue" kata arka lalu turun dari motornya, karena jujur saja ia mulai jengah melihat nana makan bersama pria sok akrab yang entah siapa namanya arka tidak ingat.

"aku udah ada janji sama joy" mengingat hubungannya dan joy yang mulai pelan-pelan semakin akrab nana makin semangat saat joy meminta di temani bertemu dengan pria yang ia kenal lewat sebuah aplikasi

"kemana"? nana menggeleng, joy belum memastikan akan melakukan pertemuan dimana.

"belum tau, terserah joy aja"

"kalau tempatnya gak jelas ngapain pergi" dari sini lah nana mulai merasa arka sedang posesif

"bukan gak jelas, belum di tentukan aja" arka mengangguk, mengusap surai panjang nana yang tergerai bebas lalu mencium keningnya seperti biasa saat hendak berpisah ke kelas masing-masing. Niat itu urung saat melihat sivia mendekat kearah mereka, arka merasa berbahaya jika meninggalkan sivia dan nana berdua saja. Lebih kearah nana tentu saja, sivia itu cukup bar-bar dan arka yakin dia bisa saja melalukan hal-hal aneh kepada nana dimana itu juga bisa berimbas padanya.

"pagi arka" mood sivia yang sudah rusak karena arka menolak menjemputnya tadi pagi sebenarnya makin hancur melihat arka sudah mesra sekali dengan nana pagi-pagi begini. Namun ia tetap memamerkan senyum manisnya untuk arka

"ayo gue anter ke kelas" menghiraukan sivia, arka justru mengambil tangan nana untuk di genggam

"aku bisa sendiri" sivia yang melihatnya ingin sekali menghempas tangan nana. Apa-apaan dia itu? Bukan kah sivia sudah tegaskan kalau arka adalah tunangannya?

"arka kamu apa-apaan sih, kamu kan tunangan aku ngapain mesra banget sama dia" tapi rupanya arka lupa, bahwa sivia memang tidak se-sabar itu. Dari dulu sivia memang selalu dengan mudah mengungkapkan apa yang tidak ia sukai.

Nada bicaranya yang seolah itu adalah kebenaran membuat arka gatal ingin menyumpal mulutnya, belum lagi di tengah-tengah parkiran pagi ini lumayan ramai.

"lo mau sampai kapan sih halusinasi"? nana sengaja mengusap lengan arka, mencegah pria itu untuk berbicara keras. Kebetulan juga nana tidak ingin jadi pusat perhatian atau bahan gosip. Entah kenapa nana merasa, setelah adanya sivia di kampus yang sama dengannya nana jadi merasa tidak tenang

"harusnya dia tau dong kalau____

"lo bukan siapa-siapa gue, dan gue peringatin sama lo buat gak dekat-dekat sama nana atau lo tau akibatnya" ancaman arka tidak pernah main-main, semua yang pria itu ucapkan untuk sivia akan selalu serius.arka pastikan itu

"kamu kok bela dia sih"? arka menggeleng tidak habis pikir dengan pola pikir sivia yang sangat anak-anak. Memangnya kurang jelas penolakannya selama ini?

"sekali lagi gue tegaskan, lo bukan tunangan gue dan jangan ganggu pacar gue"

______

Adanya sivia di kampus yang sama ternyata cukup menarik perhatian.ya bagaimana tidak, perempuan itu mengatakan pada setiap orang bahwa dia dan arka adalah tunangan.beberapa dari mereka bahkan meminta konfirmasi langsung dari arka seakan mereka lupa kalau arka pria yang tidak mau ambil pusing dengan gosip-gosip apapun yang bahkan menjadikan dirinya bahan utama

Selama masih dalam batas wajar, dan selama sivia tidak menganggu ketenangan nana, arka masih bisa menahan untuk tidak berteriak di depan wajah sivia

"lo____

"sivia bukan tunangan gue, mending lo diem" potong arka sangat cepat, membuat nadia cemberut, bibir gadis itu sedikit maju.tapi apapun kata arka dia percaya karena dia adalah arka.

"terus lo diem aja liat di ngaku-ngaku"? kata nadia lagi, kalau dirinya adalah arka sudah ia datangi si cewek tidak tau malu itu.kalau nadia jadi nana akan ia labrak gadis itu karena sudah mengaku-ngaku.

"biarin aja namanya juga orang gila" nadia terkekeh pelan, namanya juga arka.meski bukan pria kulkas yang irit bicara arka juga jago dalam hal cuek bebek


Joe

Cewek lo bukan?


                                        Arka
  
                                     Where?

Joe

Gak usah macam-macam

                                        Arka

                                 dimana? Gue serius




Arka menggenggam erat ponselnya, perasaan marah itu tiba-tiba saja datang tanpa ia duga.bodohnya dia karena tidak bertanya pada nana kemana ia pergi. Arka mengemas barangnya dengan di perhatikan nadia.berteman terlampau lama sudah membuat nadia paham bagaimana arka saat sedang marah meski pria itu tidak mengatakan apapun.

"kenapa lo"? Arka tidak menjawab, ia berlalu begitu saja meninggalkan nadia dengan pertanyaannya yang menggantung

_________

"lo kesini beneran sama joy"? nana mengangguk sekali, mau berapa kali kebetulan yang akan terjadi antara dirinya dan dirga? Ini sudah pertemuan tak terduga yang ke berapa? Nana sampai heran

Lebih heran lagi karena joy belum tiba sampai sekarang, berdua saja dengan dirga tidak membuatnya nyaman apalagi pria itu sempat memeluknya tadi. Kangen katanya, nana mengernyit saat dirga berkata begitu? Kenapa bisa kangen? Memang sebelumnya pertemuan mereka se-sering itu?

"lo marah yah"? dirga jadi merasa bersalah, karena refleks memeluk nana saat mereka berpapasan di pintu kafe tadi.dirga tidak menyesal, lagi pula ia tidak bohong waktu bilang rindu.meski satu kampus melihat nana juga tidak setiap hari

Nana, si gadis manis yang membuat surat cinta yang begitu berkesan untuknya.apakah dia berlebihan karena masih mengagumi surat itu?

"marah kenapa kak"? tanya nana balik

"soalnya tadi gue meluk" nana bergumam oh sembari menggeleng, dia tidak marah hanya kaget saja.saking kagetnya nana sampai lama mencerna situasi membuat dirga betah saja memeluknya, untung sekali karna nana seketika teringat arka membuatnya berhasil mendorong dirga walau pelan

"gak kok kak" senyum nana yang di paksa natural itu masih membuat dirga peka.nana tadi kaget makanya sekarang jadi canggung

"terus joy dimana? kok sendiri aja" nana sudah menelpon joy puluhan kali, mengirim pesan bertanya dia sudah dimana tapi temannya itu belum merespon sama sekali.

"mungkin masih di jalan" nana mengamini dalam hati, ia sungguh sangat tidak bisa berdua terlalu lama dengan dirga begini.meskipun dirga orang yang baik. Tapi, bagaimana kalau arka tau? Nana menggeleng pelan.tidak ada arka disini, pria itu terakhir kali mengabarinya sedang di perpustakaan

"lo sama arka gimana? masih pacaran"? Itu pertanyaan jenis apa yah? Bagaimana nana harus menyikapinya?

"masih, kenapa"? dirga tersenyum tipis, punggungnya bersandar pada sandaran kursi

"siapa tau gue punya peluang" dirga berkata pelan, dan terdengar aneh di telinga nana

"peluang apa"? nana bukan tidak mengerti, ia tidak akan pura-pura bodoh dengan kalimat barusan hanya saja dia butuh sedikit penjelasan

"gak papa na, lupain" nana terdiam, rasanya ia makin tidak nyaman.jujur ia menyesal sekali sudah membubuhkan nama dirga pada surat cinta sialan itu

"joy atau dirga"?


EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang