Hari ini mungkin adalah satu hari paling bahagia seorang Arkatama Alekseev.
Arka sudah rapi dengan toga dan setelan wisudanya. Sudah melakukan serangkaian acara wisuda dengan lancar, sudah berfoto ratusan kali sampai pipinya terasa pegal karena senyum terus.
Di dampingi kedua orang tuanya dan ketiga kakaknya yang menyempatkan diri melengkapi keluarga di hari spesial Arka.
"Ayo foto" Arka menghela nafas, menatap jengah Nadia yang hari ini bahkan membawa kamera untuk memotret dirinya dan banyak hal termasuk Arka. Bagaimana Arka tidak kesal kalau ini adalah ke tiga puluh lima kalinya Nadia meminta foto?
Namun karena ini adalah hari bahagia, hari penting, hari spesial, maka Arka berusaha bersabar. Ia kembali tersenyum menatap kamera yang sudah diarahkan Nadia.
"Akhirnya, kebetulan otak gue kayaknya udah hangus belajar mulu." Ucap Nadia hiperbola. Gadis yang kini terlihat memakai kebaya berwarna pink itu nampak lebih cantik karena menghias wajahnya dengan make up
"Belajar mulu? Serius lo?" Tanya Arka yang tidak yakin, dia tau sendiri Nadia dan juga Ara itu belajar kalau dekat-dekat ujian saja. Selebihnya cuma keberuntungan saja yang membantunya.
"Gue belajar ya! Lo enggak liat aja" ujar Nadia tidak terima di sindir.
"Pacar lo mana?" Arka spontan menoleh, menyusuri seisi gedung dengan pandangannya. Nana tadinya ada disini, bersama keluarganya mendampingi Arka.
Memakai dress cantik yang di belikan Elina agar nampak sama dengan yang di pakai kakak-kakak Arka yang lain.
"Bentar" Arka meninggalkan Nadia yang kembali sibuk ber-selfie dengan ponselnya kali ini.
Di luar ruangan yang mulai sesak karena banyak orang dan jujur saja panas, Arka menemukan Nana sedang mengobrol dengan Dirga yang hari ini juga wisuda. Arka belum berdamai dengan rasa kesalnya tiap kali melihat Nana dengan pria lain terutama Dirga.
"Nana" ia menoleh, menemukan Arka dengan tatapan tajamnya yang tidak repot-repot di sembunyikan.
"Ngapain?"
"Tadi aku gak sengaja liat kak Dirga, aku cuma mau bilang selamat kok." Ucap Nana yang sebenarnya memang sengaja keluar memberi Arka ruang menikmati bahagianya dengan keluarganya.
"Udah kan? Ayo" Arka mengulurkan tangannya yang langsung di sambut Nana.
"Aku duluan ya kak?" Dirga mengangguk dengan senyum ramahnya seperti biasa. Tatapannya beralih pada Arka yang masih saja tidak berubah.
"Selamat Arka" ujarnya menepuk singkat bahu Arka sebelum pergi dari sana.
"Bunga yang aku kasih mana?" Nana memang membawa bunga cantik untuk Arka sebagai hadiah kecil. Yang sekarang sudah tidak dia pegang.
"Ada di pegang Sasha" Sasha adalah kakak sulung Arka yang selama ini hanya beberapa kali Nana temui. Memang, selama ini bahkan sebelum memiliki hubungan dengan Arka. Elina adalah satu-satunya saudara Arka yang paling sering Nana temui karena memang lumayan sering dirumah.
"Arka, aku cariin dari tadi" Sivia datang dengan bunga ditangannya. Seperti biasa, Sivia memang tidak pernah repot-repot mau menyapa Nana.
"Apa?" Arka menjawab cuek, alisnya terangkat heran mendengar Sivia yang mencarinya kemana-mana katanya.
"Selamat ya, ini buat kamu." Bunga itu di sodorkan pada Arka. Sebenarnya Arka ingin menolaknya, namun sangat terkesan jahat rasanya. Setidaknya Sivia sudah susah-susah mau membawakannya bunga. Dan demi menghargai itu, hanya untuk menghargai usahanya itu, Arka menerimanya dengan eskpresi datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
ChickLitKalau Arka yang judes dan sarkas lalu bertemu dengan Nana yang ceria dan berhati selembut gulali? Apakah akan mengubah Arka?