EU;45

3.4K 165 9
                                    

Arka membawa nana sampai parkiran, membuka kunci mobil pria itu yang mulai sering membawa mobil. Karena setahu nana, arka lebih suka bawa motor ke kampus.

"Masuk" kata arka setelah membuka pintu penumpang untuk nana

"Aku masih ada kelas" nana bahkan enggan menatap arka, ia bukannya benci. Justru ia tau arka sepertinya masih dalam mode marah. Buktinya saja, selama dua hari ini mereka saling mendiami. Tidak ada pesan tidak ada telfon, bahkan nana tidak melihat arka sama sekali walaupun mereka bertetangga.

"Gue cuma mau ngomong, masuk" katanya terdengar memerintah, melihat nana menunduk dan tidak ingin melihat kearahnya semakin memperjelas rasa bersalahnya. Bagaimana dia sinis dan begitu dingin pada nana hari itu memang agaknya keterlaluan. Arka pencemburu, nana tau itu. Namun meskipun dia kesal, arka masih menyadari tindakannya keterlaluan. Ia tidak memberitahu nana soal dirinya yang ke rusia, tidak juga mengabari nana bahkan setelah pembicaraan terakhir mereka. Arka bukan abai dan menjadi tidak peduli, hanya saja arka memberi dirinya sendiri waktu karena berhadapan dengan nana saat hatinya sedang panas bisa jadi malah melukai nana. Selama dua hari itu juga, arka cukup memantau nana hanya dari jauh atau dari teman nana yang ia tau.

Beberapa detik terlewat dengan nana yang diam dengan memandang keluar jendela di sampingnya, serta arka yang juga menjadi diam menatap pemandangan di depannya. Arka bingung mau memulainya dari mana, tapi ia juga rasanya tidak bisa menahan diri lebih lama mendiamkan nana, sifatnya ini bisa membuat nana jengah dan pergi. Arka tidak ingin itu terjadi.

"Papa sakit, makanya waktu itu gue ke rusia dadakan" nana menoleh, memberikan atensi nya pada arka

"Gue gak sempet mikir apapun kecuali langsung temuin papa" sambung arka lagi, ia mengambil tangan nana untuk di genggam meski pandangannya tetap ke depan.

"Gue gak sempet pegang hp, tapi bukan berarti gue gak ingat sama lo" arka tentu saja ingat, tapi ayahnya yang berada di rumah sakit karena kecelakaan lumayan menarik seluruh perhatian arka. Hingga foto yang menunjukkan nana dan dirga memancing kekesalannya di tengah perasaannya yang memang sudah kacau.

"Maaf untuk sikap gue belakangan, maaf untuk sikap gue yang menyebalkan atau kalimat-kalimat gue yang kasar" arka menatap nana kali ini, ia masih arka yang sangat menyayangi nana, itu juga alasan kenapa ia begitu marah ketika ada pria yang mungkin tidak bermaksud mendekati nana, tapi tetap saja membuat sisi posesifnya menyeruak

"Gue minta maaf karna bikin lo sedih, maaf karna udah marah dan bikin lo nangis. Gue kayak gitu karena gue sayang sama lo na. Gue gak suka lo dekat-dekat sama dirga atau siapapun. Lo tau itu kan"? Nana mengangguk samar sembari menatap arka. Sebut hatinya murahan, karena dengan kalimat panjang arka, permintaan maaf pria itu dengan suara rendahnya, membuat hati nana menjadi lega.

"Aku juga minta maaf kalau terkesan terlalu menuntut kamu arka, aku cuma mau di kabarin aja. Aku mau tau kamu dimana" arka mengangguk, menarik pelan nana untuk mendekat agar ia bisa memeluk dan menciumi kepala gadis itu berkali-kali.

"Gimana keadaan papa kamu"? Tanya nana setelah pelukan itu selesai

"Baik, udah pulang kerumah" arka mendekat lagi, mencium kedua pipi nana bergantian. Bohong jika ia bilang tidak merindukan nana

"Nanti pulang bareng, lo selesai kelas jam berapa"? Tanya arka kemudian, menikmati wajah nana yang samar-samar menjadi kemerahan

"Jam 4" arka mengangguk, lalu mengajak nana turun dari mobilnya. Ada rasa lega, karena nana mau mengerti dirinya serta permintaan maafnya. Ia tau ia juga salah disini, tapi entah kenapa arka memang tidak bisa santai setiap kali menanggapi dirga yang masih saja usaha mendekati nana, arka tau itu.

______________

Sesuai kata arka tadi, selepas kelasnya usai nana telah menemukan arka di depan kelasnya. Entah sejak kapan dan berapa lama pria itu disana.

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang