37 - Mabuk

1.4K 139 15
                                    

Selamat membaca ^_^

"Aku udah kasih peringatan ya!" Jehan berseru cepat. Haechan tidak peduli, ia kembali menciumnya.

Jehan terdiam sejenak. 'Oke.'

Sebelah tangan Jehan merangkul pundak kekasihnya, sedangkan tangan yang lain di pinggangnya. Hal itu membuat Haechan geer dan memperdalam ciumannya.

Dalam hitungan detik, Jehan membalik posisi, membanting tubuh kekasihnya. Tenang, Jehan tidak membantingnya ke lantai.

"Akh!! Kok aku dibanting, sayang?" seru Haechan tidak terima.

"Aku udah kasih peringatan ya." Jehan bangkit dari kasurnya.

Haechan tidak menyerah, ia menarik tangan Jehan agar terjatuh ke kasur. Sayang, refleks Jehan lebih cepat, ia memutar tangan lelaki itu dan menguncinya di punggungnya.

"Jangan macam-macam sama aku." ujarnya menatap datar pada Haechan. "Udah ah, aku mau bikin kongnamul guk."

* Kongnamul 공나물 = tauge kedelai
Guk 국 = sup
Kongnamul guk 공나물 국 = sup tauge kedelai, biasa dijadikan pereda pengar (mabuk/batuk pilek) di Korea *

"Jagiya...!!" Haechan merengek pada gadisnya. Jehan menggelengkan kepala sebagai respon.

Haechan membalik tubuhnya, meringkuk menghadap ke jendela --merajuk.

Jehan membuka lemari penyimpanannya. Syukurlah ia masih punya stok --satu pack tauge kedelai dan bumbu-bumbu dasar.

Jehan mulai mengolah masakannya. Selagi menunggu supnya matang, ia mendekati kekasihnya.

Jehan duduk di pinggiran kasur dan menyentuh lengan Haechan. "Oppa.."

Haechan tidak bergeming, ia masih merajuk.

"Aigoo... Uri agi..." Jehan mengusap surai kekasihnya.

* U-ri 우리 = my = kata kepemilikan saya/ punya saya
Bisa juga berarti kami, contoh: u-ri-neun.. 우리는... = kami adalah.. (Tergantung kalimatnya ya)
A-gi 아기 = bayi *

Haechan menghadap Jehan dengan wajah aegyo-nya. Senyuman lebar dengan mata berbinar, benar-benar seperti bayi.

Jehan tersenyum menatapnya. "Kamu dari mana? Kok bisa kesini?"

"Hmm.." Haechan menunjukkan gestur berpikir. "Darimana ya?"

Tidak, Haechan tidak bercanda, ia benar-benar lupa.

"Gak tahu.. Emang aku dari mana?" ekspresi Haechan seperti orang frustrasi. Ia sungguh tidak ingat.

"Sayang, gimana nih? Apa aku lupa ingatan?" lanjutnya dengan wajah ingin menangis.

Jehan menghela napas pelan. "Yang begini bilang gak mabuk?" lirihnya.

"Jagiya..." Haechan merengek frustrasi.

"Enggak kok, kamu gapapa. Sini handphone kamu, biar aku tanya teman kamu."

"Teman? Siapa?" Haechan bertanya sambil tangannya mengambil ponsel di saku,  lalu menyerahkannya pada Jehan.

[1] So I Married My Idol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang