Selamat membaca ^_^
Bel pulang sekolah berbunyi, Jehan segera merapikan isi tas nya dan keluar dari kelas.
"Je, Jeje!" panggilan seseorang menghentikan langkah Jehan.
"Je, lo serius gamau ikut gue nonton k-wave?" tanya Alea, sahabat seperbucinan Jehan.
"Enggak Le, enggak. Gue harus kerja." Jehan menatap mata sahabatnya sendu.
"Terus gue nonton sama siapa dong?" tanya Alea dengan ekspresi sedih.
"Ajak si Wanda aja sana, dia kan suka Renjun." usul Jehan. "Ya biarpun dia gak bucin sama nct juga, tapi kan setidaknya ada yang di suka dan dia juga suka sama artis-artis Indo yang tampil disitu kan? Ayolah dia pasti mau kok temenin lo, daripada lo gak jadi nonton gara-gara gue." Jehan mencoba membujuk Alea.
Alea terdiam. Bukannya ia tidak ingin pergi bersama Wanda. Hanya saja, Wanda tipikal orang yang mudah bosan. Lagipula, Wanda tidak begitu suka NCT Dream sebagaimana Alea dan Jehan. Alea tidak ingin Wanda merasa tidak nyaman saat harus menemaninya menonton NCT Dream di K-wave besok, tapi perkataan Jehan ada benarnya juga.
"Oke deh. Semangat cari uangnya, sayang!!" Alea tersenyum gemas sambil mencubit kedua pipi Jehan. Kenapa temannya ini harus sesibuk itu, pikirnya.
"Sama-sama. Yaudah gue pergi ya!" Jehan melepaskan tangan Alea dari pipinya kemudian melambaikan tangannya sambil lalu.
"Kenapa sih nct dream harus hari selasa? Kenapa gak rabu aja kan gue libur kerja. Lagian kenapa Alea ga nonton exo aja si, kan setidaknya bisa nonton. Eh tapi gak bisa ketemu Echan dong, tapi gapapa, yang penting nonton biarpun ketemunya sama abang exo kan mirip mirip ya sama adeknya." monolog Jehan saat berjalan dari kelasnya hingga ke parkiran sekolah.
~~~
Sekolahnya usai pukul 3 sore. Jehan harus segera pulang dan merapikan diri, kemudian pergi mengajar les privat pukul 4 sampai 6 sore, setiap hari selasa dan kamis atau hari hari lain saat diminta. Tidak sampai di situ, Jehan lanjut bekerja di kafe pukul 7 sampai 11 malam setiap harinya.
Tidak mudah memang, sering pulang malam hingga digunjingkan oleh beberapa tetangga dan kekurangan waktu istirahat. Tapi, Jehan tidak peduli, selama pekerjaan yang ia lakukan masih lah pekerjaan yang halal. Bayangkan saja, di usianya yang baru berjalan 18 tahun, ia sudah bisa menikmati penghasilan hingga 4 juta rupiah setiap bulannya. Hasil jerih payahnya sendiri, ingat itu baik baik.
Jehan melakukan itu semua bukan tanpa alasan. Sejak kepergian ayahnya 10 tahun lalu, bundanya bekerja keras untuk menghidupinya beserta kedua adiknya. Jehan tahu seberapa sulit hari-hari yang dilewati bundanya. Sebab itu, Jehan ingin meringankan beban ibundanya dengan mencari pekerjaan sendiri.
Jehan mulai mengajar les privat sejak duduk di bangku smp. Awalnya ia hanya mencoba mengajar anak tetangga. Tapi lama kelamaan, Jehan mulai disenangi para orangtua. Dengan cara mengajarnya yang disukai anak-anak dan hasilnya pun anak-anak mereka selalu mendapat nilai yang cukup memuaskan.
Hal itu membuat para orangtua tersebut mulai 'mempromosikan' Jehan kepada kerabat mereka sehingga Jehan banyak mendapat permintaan untuk mengajar. Bayarannya pun lumayan untuk uang jajannya dan sebagian ia tabung.
Jehan mengajar pukul 4 sampai 7 malam setiap harinya hingga kelas 10 sma. Kelas 11, ia mulai mengajar hanya sampai pukul 6 sore dan lanjut bekerja di kafe. Sejak SMA, Jehan sudah membayar biaya sekolahnya sendiri, pun keperluan lainnya. Biarkan pendapatan bundanya digunakan untuk biaya dan keperluan adik-adiknya.
Di bangku kelas 12 ini, kegiatan sekolahnya sudah semakin padat mengingat ujian semakin dekat. Bunda sudah berkali kali menyuruh Jehan untuk berhenti bekerja. Namun, Jehan tetap bersikeras dengan alasan uangnya ingin ia tabung untuk biaya kuliahnya nanti. Jehan percaya dirinya bisa mengatur waktu antara belajar dan bekerja.
Jehan berencana ingin kuliah di Negeri Ginseng. Selain karena kecintaannya pada industri hiburan korea, ia ingin merasakan tinggal di negera dengan empat musim, mencari suasana baru. Ditambah, makanan disana --yang sering ia lihat di drama Korea-- menurutnya sangat cocok dengan lidahnya.
~~~
Jehan pergi mengajar di apartemen yang tak begitu jauh dari rumahnya, 10 menit perjalanan menggunakan sepeda motor, akan lebih cepat bila jalanan lengang.
Selesai mengajar, Jehan pergi ke kafe di depan apartemen tempatnya mengajar. Sebelum berganti shift, Jehan biasa menghabiskan waktunya dengan belajar --menyelesaikan tugas sekolahnya-- atau membantu pekerjaan temannya.
~~~
Keesokan harinya,
Jehan membuang nafas kasar melihat bangku di sebelahnya kosong. Alea benar-benar tidak masuk sekolah hari ini. Jehan pun memutuskan untuk menelponnya.
"Udah ketemu baby Lele nya?" tanya Jehan begitu telepon tersambung.
"Belum lah bu, masih lama. Aduh cecan kepanasan." di sebrang telepon, Alea mengibaskan tangannya.
"Sabar ya, terima konsekuensi nya kalau mau ketemu suami."
"Yeu.., setidaknya gue ada perjuangan ya daripada L." Alea menjulurkan lidahnya.
"Heh, gue juga berjuang ya cari uang biar ntar bisa ngejar doi ke Korea." Jehan membela diri. "Eh jadi gak sama Wanda? Mana anaknya?"
"Lagi beli minum" jawab Alea. "Ni dia datang"
"Apa?" ujar Wanda diseberang telepon.
"Mau-an Wan disuruh beli minum sama Ale."
"Justru dia yang mau-an jaga antre, gue sih mending jalan-jalan ya sambil cari minum juga. "
"Wan, gapapa kan lo temenin Ale nonton?"
"Gapapa kali, lo pada kenapa si? Biarpun gue gak sebucin kalian tapi ya tetap lah gue senang kalo ketemu mereka."
"Syukur deh kalau gitu." ucap Jehan. "Jangan lupa fotoin Haechan ya." pintanya.
"Gue kan kesini mau menikmati ketampanan, kelucuan, keimutan dan keuwuan Lele kenapa harus salah fokus ke Echan??" Alea menolak.
"Dih geer banget si lu, orang Jeje ngomongnya sama gue." sahut Wanda.
"Iyanya dih, please ya Wandaku sayang nanti gue beliin chatime semau lo!" kata Jehan dengan mata berbinar.
"Mau chatime.." Alea mengerucutkan bibirnya.
"Gak! Gak ada jatah buat Ale." Jehan dan Wanda tertawa.
Tak lama kemudian bel pulang sekolah berbunyi.
"Eh udah bel, yaudah gue pulang ya." ujar Jehan.
"Oke, hati2 beb."
Jehan lalu menutup sambungan teleponnya.
~ Tbc ~
~🌹N
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] So I Married My Idol ✔
FanficMenjadi pasangan hidup seorang Lee Donghyuck selalu menjadi impian Jehan. Hanya mimpi, imajinasi, sebatas menghibur diri. Namun siapa sangka, beberapa kali dipertemukan secara tak sengaja membuat keduanya saling mengenal dan menaruh hati satu dengan...