Selamat membaca ^_^
"Makasih udah nemenin hari-hari sulitku. Tanpa kamu, aku mungkin gak akan ada disini hari ini. Kamu, kalian, banyak ngajarin aku untuk bertahan, kalian menyelamatkan aku. Seberat apapun masalahnya, Tuhan selalu punya rencana dibaliknya. Kita hanya perlu bertahan."Haechan mengusap punggung Jehan dengan sayang. Jehan menyenderkan kepalanya di bahu Haechan, menikmati pelukannya yang bisa membuatnya merasa tenang.
"Sebentar-" Jehan melonggarkan pelukannya.
Haechan mengangkat alisnya. "Kenapa?"
Jehan menatap mobil Haechan di kejauhan, lalu menepuk lengan kekasihnya. "Kita udah jalan jauh banget. Kamu si! Aku tu kalau udah cerita gak bisa berhenti. Kamu malah dibiarin aja."
"Eh udah jauh? Aku gak nyadar, keasikan dengerin kamu." Haechan ikut melihat ke arah mobilnya dan tersenyum jahil.
Jehan menatap sinis.
"Yaudah, kita putar balik deh biar gak tambah jauh." Haechan merangkul Jehan menariknya untuk kembali berjalan.
"Oppa, kita tanding yuk! Yang duluan sampai mobil dia menang."
"Yakin kamu nantangin aku?"
Jehan mengangguk antusias. "Mulai ya.. Satu.. Dua.. Tiga!!" Jehan berlari di hamparan pasir
Haechan tetap berjalan santai sambil memperhatikan gadisnya yang berlari dengan riang.
Jehan berhenti, "Oppa! Kenapa gak lari?!"
"Jelas aku yang menang kalau aku ikut lari!" Tentu saja, karena Haechan termasuk pelari tercepat di NCT.
"Buktiin dong, jangan ngomong aja!" Jehan menjulurkan lidahnya dan mulai berlari lagi.
Haechan menyeringai, ia tentu tidak akan mengalah dalam pertandingan, sekalipun itu melawan kekasihnya.
Haechan ikut berlari dan mereka berkejaran di hamparan pasir pantai. Begitu Haechan menggapai kekasihnya, ia langsung memeluk gadisnya lalu diangkat ke pundaknya, seolah membawa karung. Jehan yang terkejut meronta dan memukul-mukul punggung kekasihnya.
Haechan mencebik, "Diem ya! nanti kamu jatuh."
"Turunin! Turunin gak! Aaa...." Haechan berlari sambil membawanya --masih dengan posisi tadi-- membuat Jehan semakin takut hingga ia memejamkan matanya.
Haechan terus berlari menuju mobilnya sambil tertawa, sungguh menyenangkan menggoda Jehan.
Begitu sampai di samping mobilnya, Haechan menurunkan gadisnya. Wajah Jehan sudah seperti kepiting rebus, jantungnya berpacu cepat, kepalanya terasa pusing. Jehan refleks menyenderkan tubuhnya ke badan mobil.
"Gak ada yang menang, kita seri!" Haechan semakin tertawa melihat ekspresi Jehan.
"Buka mobilnya!" Jehan bicara dengan nafasnya yang tersengal-sengal.
"Baik, nyonya Lee." Haechan menurutinya, membiarkan Jehan masuk dan menutup kembali pintu mobil.
Haechan berjalan ke sisi satunya, ikut masuk ke dalam mobil. Jehan segera mengambil air yang ia minum saat sampai tadi. Setelah napasnya kembali normal, Jehan tiba-tiba tertawa kecil, ia menyadari kalau Haechan hanya ingin menghiburnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] So I Married My Idol ✔
FanfictionMenjadi pasangan hidup seorang Lee Donghyuck selalu menjadi impian Jehan. Hanya mimpi, imajinasi, sebatas menghibur diri. Namun siapa sangka, beberapa kali dipertemukan secara tak sengaja membuat keduanya saling mengenal dan menaruh hati satu dengan...