17 - Kangen

1.8K 192 11
                                    

Selamat membaca ^_^

Jehan memejamkan mata menikmati lembutnya angin malam Incheon yang membelai wajahnya. Setelah menikmati liburan singkat di kampung halamannya, Jeje kembali kesini, ke negeri ginseng yang merupakan tempatnya menimba ilmu dan menempa diri. Juga, tempat lelaki yang sangat ia rindukan tinggal dan berkarya.

Dua unit mobil berhenti di depan mereka. Setahu Jehan, appa meminta supir pribadinya untuk menjemput mereka, menemani Haechan. Jadi, dua mobil itu masing-masing dikendarai oleh Haechan dan supir pribadi appa.

Supir appa turun dari salah satu mobil dan membantu menaikkan barang-barang mereka.

"Je, kamu ikut sama Donghyuck ya, sekalian bawa barang-barang ini." titah eomma sambil menunjuk koper-koper dan paket yang mereka bawa.

"Oke, eomma." Jehan menyetujui.

Jehan berjalan ke mobil Haechan untuk menaruh tasnya. Seunghee mengikutinya dari belakang.

"Seunghee-ya! Kamu ngapain?" panggil eomma.

"Aku mau ikut eonni, eomma.." Seunghee menjawab.

"Gak. Kamu satu mobil sama eomma appa, Seungmin dan Seunghyuck juga!"

Jehan terdiam sejenak mendengar ucapan eomma. Jehan sudah paham soal eomma yang sering membuatnya berakhir bersama dengan Haechan, seolah ingin mendekatkan mereka. Jehan hanya menurut, toh tidak ada ruginya.

"Tapi, eomma..." Seunghee mencoba membujuk eomma.

"Kamu gak liat mobilnya penuh sama barang?"

"Lagian, eomma kenapa semuanya ditaruh di mobil Donghyuck oppa?"

Eomma mencoba mengirim sinyal pada Seunghee, tapi sepertinya Seunghee yang sudah lelah dan mengantuk tidak dapat membaca sinyal itu.

"Udah, kamu sama eomma aja, biar pas."

Mobil yang dinaiki eomma memanglah mobil keluarga dengan kapasitas enam orang. Sehingga akan pas jika dinaiki eomma, appa, Seungmin, Seunghyuck, Seunghee dan supir yang mengemudi. Sedangkan, mobil Haechan yang hanya memiliki 2 baris kursi dan bagasi dibagian belakang lebih cocok untuk membawa barang-barang mereka --menurut eomma. Agar tidak perlu repot membongkar dua mobil juga nantinya.

"Tas kamu mau di sini aja atau dibawa ke depan?" tanya Haechan yang sedang merapikan barang di kursi belakang mobil.

"Aku bawa aja." Jehan mengambil tasnya yang ada di tangan Haechan, memindahkannya ke kursi depan, lalu membantu Haechan menyusun barang.

Setelah semua beres, mereka masuk ke mobil masing-masing dan pergi menuju rumah keluarga Lee.

"Gimana liburannya?" Haechan memulai topik.

"Hmm... Seru, seneng banget ngabisin waktu sama keluargaku, keluarga kamu juga. Sayang banget kamu gak ikut. Kamu tahu teman-teman aku kan? Mereka juga jadi akrab sama Seunghee karena sering main ke rumah selama kemarin aku di sana. Rumah jadi ramai banget, udah lama banget rumah gak se-ramai itu, aku kangen." Jehan masih bisa mengoceh, meski sebenarnya ia mengantuk.

"Keluargaku gak ngerepotin kamu kan?" Haechan bertanya.

"Kamu kok ngomong gitu! Enggak dong malah aku senang, kita banyak jalan-jalan ke tempat kenangannya bunda sama eomma. Aku paling senang kalau bunda cerita soal masa kecil atau masa mudanya." mata Jehan sudah mulai memberat, tapi ia berusaha menahan untuk tidak tertidur.

"Oh ya! Alea sama Wanda nitip sesuatu buat kamu. Sama ada titipin buat member nct juga."

"Oh ya? Aku jadi penasaran.."

"Hm.., tapi lihatnya besok aja ya, kalau sekarang aku udah ngantuk, capek." ujar Jehan, matanya sudah mulai terpejam.

"Oke. Sampein salamku buat mereka ya, bilangin makasih banyak." ujar Haechan.

"Hmm.."

Haechan mengarahkan pandangannya pada gadis di sampingnya. Jehan sudah tertidur, nampak seperti tidur yang nyaman. Raut kelelahan terpampang jelas di wajahnya. Haechan mengusap surai hitam Jehan sebelum kemudian menambah laju kecepatannya, agar lebih cepat sampai rumah dan lebih cepat bagi Jehan untuk beristirahat.

~

Haechan tidak langsung turun dari mobil begitu sampai dirumahnya, ia menunggu Jehan bangun dari tidurnya. Haechan menatap wajah manis Jehan, memikirkan segala hal tentang gadis itu yang mengganggu pikirannya belakangan ini.

Sampai eomma datang dan mengetuk kaca mobil di sisi Haechan. "Ngapain? Kenapa gak turun?" ujar eomma begitu Haechan membuka pintu mobil.

"Jehan tidur, eomma. Aku gak tega banguninnya." jelasnya.

Eomma beralih ke pintu mobil di sisi Jehan, membukanya, mencoba membangunkannya. Jehan tidak bergeming, napasnya teratur menandakan kalau tidurnya sangat nyenyak.

Haechan dan eomma saling pandang. "Udah, gendong aja ke kamarnya."

"Eh, gapapa eomma?" Haechan merasa ragu.

"Terus kamu mau biarin dia tidur di sini sampai besok?" Haechan menggeleng, kemudian menggendong Jehan ke kamarnya.

Haechan membaringkan Jehan di kasurnya dengan hati-hati, melepas sepatu dan jaket yang dikenakannya, lalu menyelimutinya.

Jehan menahan tangan Haechan ketika ia hendak keluar dari sana. "Jangan pergi, aku kangen banget sama oppa.." Jehan mengigau.

Haechan hendak melepas genggaman Jehan ditangannya, tapi genggamannya terlalu kuat, Haechan takut membangunkan gadis itu bila ia memaksa melepaskan tangannya. Alhasil, Haechan membiarkan tangannya digenggam oleh Jehan dan duduk di tepi kasur.

Ceklek

Eomma membuka pintu kamar Jehan. "Kok kamu masih di sini?" ujarnya begitu melihat putra sulungnya masih ada di sana.

Haechan meletakkan telunjuknya di depan bibir lalu menunjuk tangannya yang digenggam kuat oleh Jehan.

"Oh.." eomma berkata tanpa bersuara.

"Ini taruh dimana?" eomma menunjukkan ponsel Haechan yang tertinggal di mobil.

"Di situ aja eomma, maaf." Haechan menunjuk nakas di samping kasur Jehan. Mereka masih mengobrol tanpa suara.

Eomma menaruh tas Jehan dan ponsel Haechan diatas nakas. "Kunci mobil mana? Biar eomma yang kunci." Haechan memberikan kunci mobilnya.

Setelah eomma pergi, Haechan kembali mencoba melepas tangannya dari genggaman Jehan. Tapi nihil, genggamannya semakin erat. Akhirnya, Haechan membiarkan Jehan menggenggam erat tangannya entah sampai kapan.

Tangannya yang bebas bergerak mengusap kepala Jehan. Menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya. Haechan memandang wajah damai gadis di depannya. Nyatanya, Jehan begitu cantik, bahkan saat tertidur lelap seperti ini.

"Je, apa benar aku udah jatuh cinta sama kamu?" pertanyaan Haechan lebih tepat ditujukan ke dirinya sendiri.

"Apa semua bakal baik-baik aja kalau aku nyatain perasaan ke kamu?"

"Apa mungkin kita bisa bersama selamanya sampai akhir?"

Lihatlah gaya bicaranya. Pemuda Lee itu sepertinya benar tengah di mabuk cinta.

~ Tbc ~

~🌹N

[1] So I Married My Idol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang