Selamat membaca ^_^
Setelah hari selasa kemarin Jehan bertemu dengan para member sekaligus Yura eonni --make-up artist yang sempat dicemburui Jehan. Dan sabtu sebelumnya kedua sahabat Jehan kembali ke Indonesia, mereka tidak benar-benar menginap selama satu bulan. Hari sabtu ini, Jehan kedatangan tamu dari Indonesia. Niko, sahabat sekaligus mantan kekasihnya.
Jehan sebetulnya sempat berpacaran saat sma tapi hanya sebentar, tidak sampai satu bulan. Jehan merasa tidak enak pada Niko karena ia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, meskipun Niko tidak mempermasalahkan itu. Mereka putus secara baik-baik dan memilih untuk berteman saja.
Beberapa hari ini, Niko sedang mengikuti pelatihan yang diadakan di Seoul, ia menghubungi Jehan untuk sekadar bertemu. Bagaimana pun juga, mereka masih berteman baik.
Jehan memutuskan untuk bertemu di tempatnya saja, ia tidak merasa ada yang aneh. Karena menurutnya mereka cukup dekat, jadi tidak masalah untuk mengundang Niko ke tempatnya, ia juga percaya Niko tidak akan macam-macam. Kalaupun iya, Jehan bisa melawan dengan jurus andalannya. Sedikit sombong memang.
"Gimana Korea Selatan?" tanya Jehan usai menyajikan minuman dingin untuk Niko.
"Lumayan enak sih. Disiplinnya gue suka --disiplin waktu."
"Gaya lo! Biasa juga lo tukang ngaret, telat mulu masuk kelas." Jehan tertawa.
"Justru itu Je, gue jadi tertampar. Ternyata gak guna tu malas-malas yang pengennya rebahan aja padahal kerjaan numpuk, kerjaan beres ada lagi yang baru. Padahal kalau gue kerjain tugas pertama di awal waktu, gue bisa punya waktu buat istirahat sebelum tugas baru datang. Terus ni ya, otak gue jadi makin pintar disini karena terlatih berpikir cepat, menemukan solusi dengan cepat. Baru sadar gue Je, selama ini gue banyak buang waktu."
"Ya ya ya..." Jehan mencibir lalu mencomot camilan yang ada di meja.
"Lo sendiri, selama disini gimana?"
"Hm? Gak gimana-gimana. Sejauh ini sih gak ada masalah yang aneh-aneh ya, syukurnya gue cocok sama makanannya, gak jauh beda sama di Indo. Orang-orangnya juga cocok. Paling waktu dulu awal banget sih, agak kaget sama cuacanya, tapi lama-lama terbiasa kok."
Niko melihat ke sekeliling dan menemukan pigura kecil yang menunjukkan foto Jehan dengan seorang lelaki.
"Itu cowok lo?" Niko menunjuk pigura tersebut. Jehan tersenyum dan mengangguk.
"Udah punya cowok aja lo. Orang Korea?"
"Yoi. Lo bisa ngenalin dia gak?"
Kening Niko berkerut tanda bingung.
Jehan mengambil pigura tersebut dan menunjukkannya pada Niko. "Liat deh, gak mungkin dia asing di mata lo."
"Eh iya, kok kayak kenal." Niko memicingkan matanya mencoba mengingat-ingat.
"Ingat gak?" Jehan antusias.
"Ini artis kesukaan lo itu bukan sih? Siapa tu namanya? Chan chan gitu."
"Yup! 100 poin."
Niko menoleh dan menatap Jehan prihatin. "Gue kira lo ke Korea berarti lo udah pintar dan bisa berhenti halu, Je. Ternyata gue terlalu berharap."
"Maksud?" sahut Jehan sengit.
"Mau sampai kapan lo halu Je, masa depan lo gimana? Bisa jadi perawan tua lo Je kalau gini terus."
Jehan menghembuskan napas kasar. "Gue gak halu Niko.. Ini beneran, iya gue tau ini sulit dipercaya tapi beneran. Gue juga gak nyangka bisa beneran kenal sama dia disini dan bahkan sampai jadian sama dia. Nih deh kalau gak percaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] So I Married My Idol ✔
Fiksi PenggemarMenjadi pasangan hidup seorang Lee Donghyuck selalu menjadi impian Jehan. Hanya mimpi, imajinasi, sebatas menghibur diri. Namun siapa sangka, beberapa kali dipertemukan secara tak sengaja membuat keduanya saling mengenal dan menaruh hati satu dengan...