14 - Remember Me

1.8K 213 10
                                    

Selamat membaca ^_^

Obrolan mengalir sebagaimana penggemar dengan idolanya.

Hingga Alea berkata, "Kamu tahu, yang paling banyak halu diantara kita siapa?"

"Siapa?" Haechan menanggapi.

"Jehan.. Jeje kalau udah fangirling oppa, aduuhh parah banget."

"Heh! Jangan fitnah lo ya! Bucin lo lebih parah dari gue!" sahut Jehan.

Haechan terkekeh, meski ia tidak tahu apa yang Jehan katakan. Tapi, dari wajahnya dapat Haechan pastikan kalau Jehan tidak setuju dengan ucapan temannya.

"Benarkah?" Haechan bicara pada Alea, masih dengan senyuman manisnya.

"Ish!"

Haechan menahan tangan Jehan yang hendak merebut ponselnya.

"Wae? Aku lagi berinteraksi sama fans, kamu gak boleh ganggu." ujarnya.

"Sepertinya dia cemburu melihat oppa mengobrol dengan kami." kedua teman Jehan tertawa disana.

Jehan memalingkan pandangannya keluar, menyilangkan kedua tangannya di atas perut. Merasa kesal pada orang-orang yang dengan gamblang membicarakan dirinya di hadapannya.

Alea dan Wanda kompak menceritakan bagaimana saat dulu Jehan fangirling pada Haechan. Jehan merasa tidak punya muka lagi di depan Haechan, sia-sia sudah usahanya untuk bersikap sok cool selama ini.

"Tapi, dia termasuk beruntung oppa. Dulu Jehan pernah bertemu NCT Dream. ~" Wanda menceritakan hari dimana Jehan pertama kali bertemu dengan Haechan. "Oppa mungkin gak ingat." lanjutnya.

Haechan terdiam sebentar. "Ani, naneun gieokhae." gumamnya yang masih dapat di dengar Jehan, tapi tidak bagi kedua temannya.

* Ani 아니 = Tidak
Na-neun 나는 = Saya/aku .....
Gi-eok-hae 기억해 = ingat/mengingat

Ini informal ya.. *

"Ya? Oppa bilang apa?"

"Tidak, bukan apa-apa." Haechan tersenyum.

Sementara itu, Jehan memandang Haechan penuh tanya. Benarkah Haechan mengingatnya? Ia pikir Haechan tidak mungkin mengingat pertemuan singkat mereka. Tentu saja, Jehan bukan siapa-siapa untuk diingat oleh Haechan.

"Oppa tau gak, setelah bertemu oppa dia seperti orang gila. Tiba-tiba senang, tiba-tiba sedih."

"Sungguh??" Haechan tertawa.

"Gak usah lebay ya!" Jehan menyela sebelum teman-temannya kembali membicarakannya. "Oppa, kita harus jalan. Takut ada yang nyamperin kalau kelamaan di pinggir jalan gini." Jehan mengingatkan.

"Oh iya." Haechan menanggapi. "Maaf sekali, obrolannya sampai disini dulu. Aku harus menyetir sekarang."

"Oh? Oke, oppa. Nanti kapan-kapan kita sambung lagi. Hati-hati nyetirnya oppa!" kata Alea.

"Terimakasih, oppa.. Annyeong.." sambung Wanda sambil melambaikan tangannya.

"Annyeong.." Haechan mengembalikan ponsel Jehan, kemudian mulai menjalankan mobilnya.

"Udah? Puas?" sinis Jehan begitu ponsel sampai ditangannya.

"Eheheh.. Makasih Jeje.." jawab Alea.

"Nah, kalau gini kan gak ada alasan buat gak percaya lagi, Je. Makasih juga, Jesay."

"Begini aja bilang makasih lo pada. Heran deh, susah amat percaya sama gue."

[1] So I Married My Idol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang