06 - South Korea

2.3K 249 3
                                    

Selamat membaca ^_^


3 tahun kemudian...

Pukul delapan pagi, Jehan berjalan santai sambil merasakan butir-butir salju yang turun menyentuh wajahnya.

Tunggu? Salju?

Sesuai dengan apa yang jadi cita-cita nya dulu, Jehan melanjutkan pendidikannya ke 'Negeri Ginseng'.

Sejauh ini, tidak ada masalah yang serius. Hanya rindu akan keluarga dan kampung halaman juga suasananya. Atau perbedaan budaya yang kadang terasa asing baginya.

Tapi Jehan tahu, semua itu risiko hidup di negeri orang. Lagipula ini pilihannya, tak patut rasanya jika ia ingin menyerah. Jadi, yang harus ia lakukan ialah bertahan dan menikmati semua prosesnya.

Soal Haechan, perasaannya masih sama seperti dulu, cintanya pada sang idola membuatnya tak pernah melirik pria lain. Terdengar bodoh memang, tapi begitu nyatanya.

Lagipula, untuk apa mencari lelaki lain untuk dijadikan pacar. Banyak hal yang harus Jehan kerjakan. Tak ada waktu untuk berkisah kasih, masa depannya lebih penting. Cukuplah Haechan yang mengisi tempat sebagai 'kekasih' dihatinya.

Jehan tak pernah tahu, apa yang akan terjadi di masa depan.

Jehan telah sampai di bakery tempatnya bekerja seminggu terakhir. Jehan segera masuk dan mengganti pakaiannya. Kemudian berkumpul bersama pegawai lainnya sebelum briefing dan mulai bekerja.

Seorang wanita memasuki bakery dan memesan kue pada Jehan.

"Apa kau pegawai baru disini? Sepertinya aku baru melihatmu." tanya wanita itu sembari Jehan menyiapkan pesanannya.

"Iya nyonya, saya baru bekerja disini." jawab Jehan seadanya.

"Sepertinya kamu bukan orang Korea? Asalmu dari mana?"

Jehan merasa sedikit risih tapi juga senang. Pasalnya, selama lebih dari dua tahun tinggal di Seoul. Jehan belum pernah bertemu dengan orang yang seramah ini. Bisakah Jehan menyebutnya ramah?

"Betul nyonya, saya bukan orang Korea." Jehan tersenyum.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku yang satunya. Asalmu dari mana?"

Jehan bingung harus menjawabnya atau tidak. Biar bagaimanapun, orang di depannya adalah orang asing.

"Maaf, kalau aku banyak bertanya. Sejujurnya wajahmu sangat mirip dengan teman lamaku." Wanita itu tersenyum, lalu mengambil pesanannya yang sudah siap.

"Semoga harimu menyenangkan. Aku harap bisa berkenalan denganmu." lanjutnya kemudian pergi meninggalkan bakery. Jehan membalas dengan senyuman.

"Kaget ya? Bingung? Beliau memang begitu. Ramah, bahkan ke orang yang baru di kenal. Gak kayak orang Korea kebanyakan." ujar Nina, sahabat nya di Korea yang juga membantunya untuk mendapatkan pekerjaan di bakery ini.

"Emang itu siapa?" tanya Jehan.

"Pelanggan setia disini. Sejak bakery dibuka dua tahun lalu. Dengar-dengar sih pernah tinggal di Indonesia, kayaknya lo bakal cocok deh, coba aja kenalan." jelas Nina.

Jehan menoleh mendengar nama Indonesia disebut.

"Tenang aja baik kok orangnya, seru lagi." lanjut Nina.

"Oke. Mungkin lo benar, gue bisa nemuin sosok bunda versi Korea kali ya." Jehan terkekeh. Nina mengangguk.

"Oh iya, anaknya yang pertama itu artis. Siapa tahu lo bisa jadi menantunya." Nina mengedipkan sebelah matanya.

[1] So I Married My Idol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang