Selamat membaca ^_^
Hari ini, Jehan dan Jisun sepakat untuk menjalankan rencana mereka. Sepulang bekerja, Jehan akan mengunjungi rumah Jisun yang letaknya tak jauh dari bakery tempat ia bekerja.
Yup! Sejak hari itu mereka --Jehan dan Jisun-- semakin dekat. Tentu saja Jisun tidak serta merta membawa orang asing ke rumahnya, sebelum ia benar-benar merasa yakin kalau Jehan memang orang baik dan memang betul anak dari teman lamanya.
Saking semangatnya, Jehan tidak sengaja menabrak seorang lelaki saat hendak pergi ke rumah Jisun.
"Ah! Maaf! Saya terburu-buru hingga tidak memerhatikan jalan." ujar Jehan sambil membungkukan badannya.
Lelaki itu pun turut membungkukan badannya. Jehan menegakkan tubuhnya dan tidak sengaja bertemu pandang dengan lelaki itu,
"Oppa?!"
Lelaki tersebut sedikit membelalakkan matanya. Apakah penyamarannya terbongkar?
"Eh, sekali lagi mohon maaf, mungkin saya keliru. Saya pergi dulu." Jehan kembali membungkukan badannya kemudian berlalu pergi.
Lelaki itu memandang kepergian Jehan dengan perasaan yang sedikit aneh dihatinya. Siapa gadis itu? Wajahnya terasa tidak asing baginya.
Sesampainya dirumah Jisun, Jehan segera masuk begitu pintu rumah dibuka. Jisun memperkenalkan anaknya pada Jehan.
"Aku punya empat anak. Ini anakku yang terakhir, perempuan satu-satunya. Kakak-kakaknya semua laki-laki." Jehan tersenyum menyapa anak perempuan yang dikenalkan kepadanya.
"Kakak-kakaknya sedang diluar. Entah belajar atau bermain, biasa lah anak muda. Anakku yang pertama akan datang, mungkin masih di jalan." Jisun melanjutkan.
"Oh iya, berapa usiamu Jehan?" tanya Jisun sambil menyuruh Jehan duduk di sofa-- di sebelahnya.
"Dua puluh tahun imo." Jehan menjawab.
"Dua puluh?" Jehan mengangguk.
"Kalau begitu kamu seumuran dengan anak keduaku."
Suara pintu terbuka mengalihkan pembicaraan mereka.
"Sepertinya anak pertamaku datang." Jisun bangkit dari duduknya diikuti Jehan.
"Uri hyuck-ie.. " Jisun berpelukan dengan anaknya yang baru datang.
"Oh iya! Kenalin, ini gadis yang kemarin eomma bicarakan."
Jehan memerhatikan interaksi ibu dan anak itu hingga si anak lelaki berbalik menghadapnya.
Donghyuck membungkuk sebagai salam. Jehan ikut membungkukkan badannya dengan kaku. Apakah Donghyuck yang ada di depannya sungguh Lee Donghyuck yang ia kenal?
Jisun mengajak mereka untuk duduk kembali di sofa ruang tamu. Sedangkan ia sendiri menaruh barang belanjaan yang dibawa Donghyuck ke dapur.
Pandangan Haechan alias Donghyuck tak lepas dari gadis di hadapannya. Ia sungguh merasa tidak asing dengan gadis itu.
"Kamu siapa?" tanyanya sedikit sinis.
"Eh? Nama sa-"
"Kamu sasaeng kan?" Haechan menyela.
Betapa terkejutnya Jehan, kenapa ia bisa dikira sasaeng oleh bias-nya.
"B..bukan.. Saya bukan sasaeng." Haechan mengangkat sebelah alisnya, masih tidak percaya dengan jawaban Jehan.
"Maaf, tapi kenapa anda bisa berpikir seperti itu?" Jehan bertanya dengan takut.
Haechan menghela napasnya. "Kamu perempuan yang tadi aku tabrak kan? dan sepertinya aku sering melihatmu entah di acara nct atau justru di sekitar dorm? Karena wajahmu sangat tidak asing. Dan sekarang tiba-tiba kamu ada di rumahku, mengaku sebagai anak dari teman lama ibuku.. Apa yang kamu lakukan ini sudah di luar batas. Kamu bahkan berani masuk ke rumahku dan menipu ibuku-"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] So I Married My Idol ✔
Fiksi PenggemarMenjadi pasangan hidup seorang Lee Donghyuck selalu menjadi impian Jehan. Hanya mimpi, imajinasi, sebatas menghibur diri. Namun siapa sangka, beberapa kali dipertemukan secara tak sengaja membuat keduanya saling mengenal dan menaruh hati satu dengan...