Selamat membaca^_^
Haechan menangkup pipi Jehan, mereka saling menatap dan melempar senyum. Haechan mulai mendekatkan wajahnya pada Jehan.Dan..
'Ceklek'
"NGAPAIN LU BEDUA CIUM CIUMAN DI KAMAR?!!"
Jehan refleks mendorong Haechan hingga ia terjatuh ke lantai.
"Ugh!"
"Oppa gapapa?? Maaf, oppa.. Aduuh." Jehan mengusap-usap pundak Haechan yang terbentur lantai. Haechan mengangguk tanda ia tak apa.
Eomma yang mendengar keributan segera menyusul ke kamar Haechan.
"Ngapain lu, hah?! Jadi begini kelakuan lu jauh dari bunda??" bunda mencubit lengan Jehan.
"Aw aw, ampun bunda."
"Ada apa, Ren?" eomma bertanya di ambang pintu.
"Anak lu boleh dicubit gak?" tanya bunda penuh emosi.
"Hah?" eomma melihat tangan bunda yang masih saja mencubit Jehan kemudian beralih menatap putra sulungnya. "Gapapa sih.." lirihnya.
Tanpa menunggu lama, bunda langsung mencubit lengan Haechan juga dengan tangan satunya.
"Lu apain anak gua?!" bunda menatap nyalang Haechan lalu beralih pada Jehan. "Lu juga! Bunda kasih izin buat sekolah jauh bukan buat macam-macam ya!"
"Ampun bunda." Haechan meniru yang dikatakan Jehan tadi.
"Udah dong, bunda.. Dia gak ngerti juga bunda ngomong apa." Jehan memelas.
Bunda menghela napas kasar lalu melepas cubitannya. "Maaf!" bunda mengusap lengan anak-anaknya yang tadi ia cubit.
"Sakit kan? Emang cubitan bunda yang paling sakit sedunia kayaknya." Jehan berbisik pada Haechan.
"Gwaenchana.." Haechan menjawab sambil melirik bunda yang masih memberi tatapan nyalang pada mereka.
"Ngomong apa lu! Jangan ngomong macam-macam mentang-mentang bunda gak ngerti." seru bunda lebih kepada Jehan.
"Cuma bilang 'cubitan bunda sakit kan?' tapi kata dia gapapa." Jehan membela diri. Bunda menelisik ke dalam mata Jehan lalu melepas tangannya dari lengan keduanya.
"Hati-hati, tahu batas! Ngerti kan maksud gue?" Jehan mengangguk. "Terserah kalau mau cium-cium, tapi jangan bablas!"
Mata Jehan membola seketika, "Bunda serius ngomong gitu?" Jehan ragu.
Bunda menghela napas kasar. "Harusnya sih jangan, tapi mau gimana lagi? Bunda yakin ini bukan pertama kalinya kalian begitu. Percuma bunda larang, yang ada kamu begitu diam-diam di belakang bunda. Daripada kamu bohongin bunda dan bunda bohongin diri sendiri." bunda mengendikkan bahu. "Bilangin gih bunda ngomong apa." Jehan terdiam, ragu untuk menterjemahkan, ia merasa canggung untuk mengatakannya pada kekasihnya.
"Artiin!" seru bunda. Jehan mengartikannya pada Haechan dengan ragu.
"Tapi kalau lebih dari itu bunda gak bolehin. Kalian udah dewasa, harusnya tahu mana yang baik mana yang enggak, nafsu gak baik, jangan diikutin. Kamu perempuan, Je.. Jangan bodoh! Ngerti?!" Jehan mengangguk dan menerjemahkan semuanya pada Haechan.
"Ngerti?" bunda bertanya pada Haechan. Haechan mengangkat kepalanya untuk melihat bunda dan langsung kembali menatap Jehan karena segan saat bertemu pandang dengan bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] So I Married My Idol ✔
Fiksi PenggemarMenjadi pasangan hidup seorang Lee Donghyuck selalu menjadi impian Jehan. Hanya mimpi, imajinasi, sebatas menghibur diri. Namun siapa sangka, beberapa kali dipertemukan secara tak sengaja membuat keduanya saling mengenal dan menaruh hati satu dengan...