45 - Pekerjaan

777 108 8
                                    

Selamat membaca ^_^

Sekembalinya Haechan dari Indonesia, ia langsung disibukkan dengan persiapan comeback terbarunya. Tak jauh berbeda dengan Jehan yang mulai mencari pekerjaan sambil merangkai rencana bisnis bunda.

Bunda mempersiapkan bisnisnya dibantu Jehan, Rafy dan adik bunda yang tempo lalu dibicarakan. Tak hanya mereka, bunda juga memberi kepercayaan pada beberapa karyawan catering-nya untuk ikut serta mempersiapkan rencana tersebut.

Begitu rencana matang, hal pertama yang dilakukan bunda adalah menyewa bangunan. Letak bangunannya di sisi jalan raya tak jauh dari rumah Jehan, berlantai dua dengan luas bangunan total 400 meter persegi. Pemiliknya masih tetangga mereka, karenanya bunda tentu mendapat potongan harga sewa. Bunda sangat bersyukur, segala urusannya dimudahkan oleh yang maha kuasa.

Bunda memulai bisnisnya dengan membuka kafe, karena kafe lebih disenangi saat ini, terutama oleh kalangan muda. Rencananya, perlahan-lahan kafe tersebut akan dikembangkan menjadi 'Kafe & Resto' sesuai keinginan bunda. Rencana itu akan diwujudkan saat bisnis kafe ini sudah bisa dianggap stabil nanti.

Sembari membantu bunda, Jehan juga sibuk mencari pekerjaan. Ia harus menerjemahkan berkas-berkas kelulusannya ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu. Agak sulit juga karena Jehan belum punya pengalaman bekerja di perusahaan mana pun.

Hubungan Jehan dengan kekasihnya sejauh ini baik-baik saja, tidak ada masalah serius. Sebisa mungkin mereka meluangkan waktu satu sama lain dan saling mengerti dengan kesibukan masing-masing.

Satu lagi, belakangan Haechan lebih giat belajar bahasa Indonesia. Ia ingin bisa mengobrol dengan keluarga Jehan tanpa perantara, juga agar dirinya tidak kebingungan sendiri saat Jehan sedang mengobrol dengan keluarga atau teman-temannya. Padahal Haechan ada disana, tapi ia tidak mengerti apa yang orang-orang bicarakan. Ia tidak menyukai situasi seperti itu, katanya.

~

Jehan sedang membuat pamflet pembukaan kafe bunda selagi yang lain menyiapkan dekorasinya. Kafe ini di desain dengan konsep natural minimalis, terdapat beberapa spot foto estetik untuk lebih menarik pengunjung. Mereka juga menyediakan tempat makan outdoor di lantai atas.

Alea tiba-tiba datang sambil berlari, masuk ke dalam kafe dan langsung mengambil tempat duduk di hadapan Jehan.

"Santai dong bu, bisa rusak tu pintu." Jehan menunjuk pintu kafe dengan dagunya.

"Je, Jeje.. Gue punya.., berita bagus." ujar Alea dengan nafas terputus-putus.

"Lo naik motor kenapa ngos-ngosan dah?" lirih Jehan lalu mencari keberadaan adiknya. "Fy, ambilin minum dong buat Ale!"

Rafy mendengus malas, tapi tetap berjalan ke dapur kafe.

"Berita apa?" Jehan kembali menaruh atensi pada sahabatnya.

"Jadi ternyata, di kantor gue ada lowongan kerja. Cocok banget buat lo."

Rafy datang dan meletakkan segelas air putih di meja antara Jehan dan Alea.

"Makasih." ucap Alea dan langsung meminum airnya dengan rakus.

"Terusin." titah Jehan begitu Alea selesai minum dan napasnya kembali normal.

"Tadi siang, gue ngobrol sama senior gue, terus gue cerita ada teman anak dkv lagi cari kerja tapi gak dapat-dapat, karena lulusan luar negeri dan belum punya pengalaman kerja sama sekali."

"Bentar, senior lu cewek atau cowok?" potong Jehan.

"Cewek, mak. Ampun.."

Jehan mengangguk-angguk. "Lanjutin."

"Terus dia bilang, 'lah kan kantor kita lagi buka lowongan desainer grafis. Gak harus punya pengalaman kerja juga, karena kantor lagi nyari anak-anak fresh graduate yang punya passion tinggi. Kenapa gak kamu tawarin aja?' gitu katanya. Makanya balik kantor gue langsung cabut kesini."

"Lo kan bisa chat gue, kenapa langsung buru-buru kesini?"

"Oh, iya ya.. " Alea tertawa. "Yaudalah terlanjur. Nih ada di website kantor, takutnya lo mau lihat." Alea menunjukkan layar ponselnya pada Jehan.

"Bodohnya kau Alea..!" seru Jehan tertahan. "Ini udah dari gue baru nyampe Indo.. Kenapa baru bilang sekarang?!"

"Ya.., lo kan tau gue gak peduli yang begitu. Mana pernah seorang Alea ngurusin yang begitu. Bodo amat lagi, yang penting gue udah kerja."

"Tapi teman lo lagi butuh, Ale..!"

"Yaudah sih, yang penting sekarang gue udah bilang. Kalau lo mau gue bisa bilang ke senior yang tadi gue ceritain. Fyi, dia anaknya yang di atas."

"Seenak jidat lo ngomong!"

"Maksudnya anaknya bos! Elah Jeje.."

Jehan terdiam sejenak, berpikir. "Emang lo dekat sama anaknya bos itu?"

"Lumayan sih."

"Hmm.. Lewat jalur dalam dong gue?"

"Enggak juga kok. Katanya kalau mau lo bisa langsung datang aja ke kantor, diterima atau enggaknya tetap tergantung sama diri lo."

"Bentar, terus tujuannya lo ngasih tau gue dia anak bos tuh apa?"

"Gak ada, cuma mau ngomong aja." Alea menyengir. "Jadi, mau gak?"

"Boleh deh. Makasih Ale.." Jehan mengerucutkan bibirnya, memberi kecupan dari jauh.

"Yaudah gue chat nih ya orangnya."

"Iya."

"Katanya, lo bisa langsung ke kantor aja nanti, kapan aja yang penting hari kerja. Bawa berkas-berkas seperti yang tertera di website tadi, plus contoh desain buatan lo sendiri, minimal tiga desain."

"Harus desain terbaru?" Jehan bertanya.

"Satu bulan terakhir, usahakan desain terbaik lo. Kalau lo udah punya desain yang bagus silahkan, tapi kalau lo mau buat lagi yang baru yang lebih bagus, itu lebih baik."

"Ada temanya gak?"

"Bebas, asal jangan nyeleneh."

Jehan terkekeh lalu mengangguk mengerti. "Oke. Makasih banyak Ale, sayang deh."

"Lo sambil cari lowongan di tempat lain juga, ini belum tentu dapat juga kan."

"Iya, Ale..." Jehan bangkit dan memeluk Alea. "Sekarang bantuin gue mau gak?"

"Bantuin apa?"

"Itu tembok yang disana, lo bikin mural ya, ini desainnya." Jehan menunjuk satu sisi tembok yang masih polos, lalu menunjukkan desain mural yang ia buat di sebuah kertas. "Bisa kan?" Jehan mengerjapkan matanya --puppy eyes.

Alea mendesah pelan sebelum menjawab. "Oke deh. Apa si yang enggak buat Jeje."

"Makasih, Ale sayang.." Jehan mengeratkan pelukannya lalu mengecup pipi Alea.

"Ewh, Jeje ih! Gaulnya sama Ecan si lo jadi gini kan."

"Ya kan dia cowok gue."

"Udah si lepasin, mau gue bantu gak muralnya?"

Jehan melepas pelukannya. "Yaudah sana, selamat bekerja.. Makasih lho Le."

"Bilang makasih sekali lagi, gue pulang."

"Jangan dong, semangat ngecat nya sayang!!"

Alea tersenyum. Jehan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda --mendesain pamflet.

"Btw, si Wanda masih koas?"

"Masih empat bulan lagi kan?" Alea balas bertanya.

"Maksud gue gak ada libur gitu? Kan mau weekend."

"Gak tau deh, coba aja tanya."

"Nanti deh, nanggung ini."

"Yaudah."

~ Tbc ~

~🌹N

[1] So I Married My Idol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang