05 - Gift

2.4K 238 1
                                    

Selamat membaca ^_^

"Je, jadikan chatime?" tanya Alea pada Jehan.

"Iya sayang, ribut amat si lo!" jawab Jehan.

"Padahal kan chatime harusnya jatah gue ya, kenapa si Ale yang ribut." sahut Wanda yang berjalan ke dapur untuk menyiapkan minuman untuk mereka.

Ini hari minggu, mereka sedang berada di rumah Wanda setelah jogging pagi tadi.

"Kan jatah gue juga satu." balas Alea.

"Iya iya. Ini baru jam 7 le, mall nya belum buka. Lo mau nunggu di depan mall sampe buka?" Jehan mencibir.

"Ya enggak. Takutnya aja lo php lagi."

"Kapan gue php hah?" Jehan tidak terima.

"Lo bilang mau kasih bukti ketemu Haechan. Mana coba?!" Alea balas mencibir Jehan.

"Oh?!" Jehan terdiam.

Jehan teringat bahwa ia belum menunjukkan foto bersama nct dream seperti yang ia katakan pada teman-temannya beberapa hari lalu. Tapi itu semua bukan tanpa alasan, Jehan pun masih menunggunya dari Sisil.

Nyatanya benar, sulit sekali untuk mengakses arsip kantor. Karena kamera yang digunakan waktu itu adalah milik kantor dan Sisil masih berusaha untuk mendapatkannya demi adiknya yang ia tahu sangat menginginkan foto itu, 'kenang kenangan sama suami' katanya.

"Mana? Gak ada kan?!" Jehan masih terdiam, entah bagaimana harus menjelaskannya pada Alea.

"Padahal gue udah senang. Kalau emang lo bisa ketemu Haechan, artinya kemungkinan gue buat ketemu face to face sama Lele juga besar dong. Tapi lo-nya bohong." Alea memasang wajah sedihnya. "Gue tunggu sampe minggu depan. Kalau belum dapat juga fiks gue gak percaya." Alea menyilangkan tangan di dada dengan ekspresi anak kecil yang merajuk.

"Iyadah terserah lo! Gue juga sebenarnya gak enak ngerepotin mbak Sisil jadinya." Jehan tersenyum simpul.

"Yaudah jangan ribut terus ini kalian beneran gak mau sarapan?" Wanda datang untuk menawari mereka sarapan.

"Mau dong.." Jehan dan Alea kompak menjawab. Kemudian mereka ikut ke dapur bersama Wanda, membuat nasi goreng untuk sarapan.

~

Mereka sudah sampai di salah satu mall ibukota yang letaknya tak jauh dari rumah Wanda.

"Mau langsung chatime apa jalan-jalan dulu?" Wanda bertanya.

"La-"

"Jalan-jalan." Jehan langsung berjalan mendahului mereka dengan wajah lesu.

"Inginku berkata kasar." Alea mendesis pelan. Wanda tersenyum simpul.

"Beli baju yuk!" usul Alea.

Tanpa menjawab, dengan gerakan yang tiba-tiba, Jehan membelokkan kakinya ke arah toko pakaian yang cukup terkenal di mall ini.

"Lah lah lah.. Kenapa dah tu bocah." Alea yang berjalan di belakang Jehan keheranan.

"Kayak yang galau." Wanda menanggapi.

"Galau kenapa ya?" Alea mencoba berpikir.

"Entah.."

Jehan berhenti di depan butik batik ternama, yang diketahui sangat mahal harganya.

"Anjir Je, seriusan lo?!" Alea kaget bukan main.

Alea tahu, Jehan punya banyak uang hasil bekerja di tabungannya, tapi itu semua ia siapkan untuk keperluan kuliahnya nanti. Alea tahu seberapa 'pelit' nya Jehan.

[1] So I Married My Idol ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang