Selamat membaca ^_^
"Makasih, oppa.." Jehan tersenyum sendu.
"Kamu suka?" Jehan mengangguk.
"Suasana kayak gini ngingetin aku sama ayah." Jehan mendesah pelan. "Appa bogoshipda."
* A-ppa 아빠 = Ayah
Bo-go-ship-da 보고싶다 = Rindu *"Maaf.." melihat mata Jehan mulai berkaca membuat Haechan merasa bersalah.
"Kenapa minta maaf? Aku justru makasih banget, kamu ngingetin aku. Belakangan ini aku terlalu sibuk sampai lupa kalau badan dan pikiranku juga butuh istirahat."
Haechan menyeka air mata yang lolos dari pelupuk mata Jehan.
Jehan tersentak. "Ah ini.." Jehan mengusap kasar air matanya sambil tertawa canggung.
"Aku gak sedih kok, cuma terharu. Aku lagi mikir aja, beruntungnya aku bisa jadi pacar kamu." Jehan berbicara sambil menatap ombak yang menghantam bibir pantai.
"Kata orang, 'gak perlu alasan untuk mencintai seseorang'. Tapi kenyataannya, cintaku ke kamu dipenuhi alasan." sama seperti Jehan, Haechan mendengarkan sambil menatap deburan ombak.
"Sejak pertama lihat kamu sampai aku beneran ketemu dan kenal kamu, bahkan sampai sekarang. Aku terus menerus kagum sama kamu. Kamu tuh bisa jadi ganteng, manis, imut, cool, sexy. Kamu bisa jadi apa aja sesuai kebutuhan."
"Sesuai kebutuhan?" Haechan terkekeh. Mereka bertemu pandang. Jehan mengangguk sekilas lalu kembali menatap ombak.
"Kamu bisa jadi lucu bahkan gila, bercanda, ngeselin, itu semua kamu lakuin untuk menghibur orang-orang di sekitar kamu. Tapi, kamu tetap bisa serius saat dibutuhkan, pas lagi tampil misalnya. Kamu peka sama keadaan, kamu tahu apa yang orang butuhkan. Entah mereka butuh dihibur, didengar, atau butuh bantuan, kamu ngerti dan kamu memperlakukan mereka sesuai yang mereka butuhkan. Kamu suka membantu orang lain." Jehan menarik napasnya sejenak.
"Kamu bisa masak, aku suka cowok yang bisa masak. Suara kamu bagus, dance kamu juga. Kamu cerdas, cerdas berpikir, cerdas berbicara, kamu jago masalah public speaking. Kamu juga cerdas menemukan solusi, pas main game misalnya, game yang langsung ya bukan game komputer. Kamu juga cepat belajar hal baru, contohnya belajar bahasa. Kamu juga hapal banyak koreografi yang bukan dari grup kamu. Kamu juga gigih dan gak mudah menyerah. Kamu pekerja keras, kamu berlatih terus menerus, sampai kadang kurang istirahat. Kamu begitu karena kamu ingin bakatmu diakui. Kamu totalitas sama apa yang kamu kerjakan"
"Kamu mungkin kelihatan childish bagi orang-orang yang gak kenal kamu, tapi kamu sebenarnya sangat dewasa dan aku bisa lihat itu. Itu yang bikin aku senang banget sama kamu."
Haechan tertegun, ia mengagumi cara Jehan memandang dirinya.
"Teman-temanku yang non kpop fans, berpikir kalau aku suka kamu cuma dari penampilan fisik aja. Padahal, perasaanku jauh lebih berkelas dari sekadar 'cuma liat tampangnya'."
"Sejujurnya kamu itu gak ganteng."
Haechan mendelik, "Apa kamu bilang?"
"Hmm.. Emang sih, awalnya aku tertarik sama kamu karena kamu keliatan ganteng pas senyum, manis gitu. Aku terus merhatiin kamu sejak itu." Haechan tersenyum sombong.
"Tapi lama-lama aku sadar kalau kamu ternyata gak seganteng itu. Maksudku, kamu emang ganteng, tapi gantengnya biasa aja gak yang ganteng banget kayak Jaehyun oppa gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] So I Married My Idol ✔
FanfictionMenjadi pasangan hidup seorang Lee Donghyuck selalu menjadi impian Jehan. Hanya mimpi, imajinasi, sebatas menghibur diri. Namun siapa sangka, beberapa kali dipertemukan secara tak sengaja membuat keduanya saling mengenal dan menaruh hati satu dengan...